Akulah Banda Naira
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki pesona tersendiri. Salah satu wilayah kepulauan yang indah adalah kepulauan Banda di mana pulau Banda Neira berada. Letak kepulauan Banda berada di dalam wilayah Maluku. Lokasi Banda Neira telah terkenal sejak ribuan tahun silam, karena di sana tertanam pohon pala yang menjadi salah satu komoditas perdagangan dunia. Pohon pala itu sendiri hanya tumbuh di kepulauan Banda sebelum akhirnya dibawa oleh para pedagang keluar ke berbagai penjuru dunia.
Sebagian keindahan alam Banda Naira serta suasana masa kolonial Belanda di awal tahun 1900-an dapat kita nikmati melalui kisah dalam novel ini. Membaca Akulah Banda Naira memberikan kesan tersendiri. Ia menjelma sebagai kitab kecil yang berisi penggalan sejarah tentang masa pendudukan Belanda di kepulauan Banda serta usaha-usaha masyarakat lokal dalam menjaga kekayaan alam Banda Naira yang masih tersisa. Kisah dalam novel ini melintasi dua waktu yang berbeda. Masa lalu dan masa kini. Pada bagian kisah masa lalu novel ini menceritakan tentang semangat seorang pemuda asal Banda bernama Aru dalam mempertahankan kekayaan alam kepulauan Banda dari tangan Belanda. Baginya Belanda yang sudah terlanjur berhasil menguasai pala tak boleh menguasai mutiara sebagai kekayaan alam Banda yang tak kalah nilainya. Ia juga bergabung bersama Sio Banda, sebuah kelompok berisi pemuda-pemuda yang ingin berjuang menggempur usaha monopoli pala yang dilakukan Belanda di wilayah mereka. Ironisnya Aru justru jatuh cinta pada seorang perempuan berdarah Belanda.
Sedangkan pada kisah masa kini menceritakan seorang perempuan berdarah Indonesia-Belanda bernama Izabel. Ia masih diselimuti kesedihan setelah berpisah dari kekasih lamanya. Ia kemudian memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia setelah bertahun-tahun menetap di Amsterdam, Belanda. Ia ingin menemui sepupunya di Yogyakarta dan mencari ragam informasi tentang tekstil nusantara dan kebudayaan lain yang menjadi warisan leluhur ibunya. Namun, ada hal menarik selama perjalanannya ke Indonesia maupun setelah ia tiba. Ia merasakan perasaan janggal yang membuatnya berpikir dan bertanya-tanya setiap mendengar kata Banda dan pala. Seorang peramal di Yogyakarta juga mengatakan bahwa jodohnya kelak berhubungan dengan pala.
Pada bagian akhir novel pembaca akan mengetahui benang merah dari perjalanan kisah dua zaman yang berbeda itu. Begitu juga hubungan antar tokohnya. Novel ini menggambarkan keindahan-keindahan ragam budaya di beberapa tempat di Indonesia. Dengan demikian kisah dalam novel ini menjadi lebih menarik. Ia lebih dari sekadar novel romansa. Kedalaman riset penulis ditunjukkan melalui beragam narasi seperti tentang kondisi geografis Banda Neira, aneka kerajinan tangan masyarakat lokal, cara hidup, serta suasana saat masa kolonial. Di samping itu, beberapa diksi yang digunakan dalam percakapan antartokoh diambil dari bahasa Maluku. Misalnya dengan penyebutan beta, ale, atau peng, sebagai kata untuk menyebut ganti orang. Selain itu kita juga dapat membaca penggalan-penggalan syair lagu daerah Maluku.
Novel romansa ini tidak begitu memiliki banyak konflik pada bagian awal. Namun deskripsi mengenai para tokohnya tergambar dengan baik. Alur cerita yang dibangun oleh penulis maju dan mundur karena kisah ini menceritakan tokoh-tokoh lampau dan kini yang usianya terpaut lebih dari satu abad. Meskipun demikian setiap bab terasa menyatu dan bisa dinikmati. Penggalan kisah tokoh masa lampau dan masa kini dirangkai dengan narasi yang semakin mendekati akhir semakin memantik tanda tanya tentang hubungan antara keduanya. Dengan begitu membaca novel ini dari awal hingga akhir tak membutuhkan banyak waktu, karena rasa penasaran yang dibangun olehnya.
Novel Akulah Banda Naira adalah salah satu novel romantis yang di dalamnya terdapat kisah tragis juga manis. Setiap kisah memberikan pesan tersendiri tentang perjalanan cinta dalam kehidupan manusia. Novel ini merupakan novel terbaru dari Sekar Ayu Asmara. Sebelumnya ia menulis Biola Tak Berdawai (2003), Printu Terlarang (2004), dan Doa Ibu (2009). Selain berkarya melalui novel, ia juga menulis dan menyutradarai film Belahan Jiwa (2003), Telanjang? (2006), Pesan dari Surga (2006), dan Selamanya (2009). Beberapa karyanya, mendapatkan penghargaan di Indonesia maupun internasional.
Penulis: Sekar Ayu Asmara
Penerbit: Sheila Publisher
Tahun terbit: 2023
Jumlah halaman: 245 halaman