Basoeki Abdullah
Lahir tanggal 27 Januari 1915 di Solo, Jawa Tengah. Sejak usia sangat muda ia belajar melukis dari ayahnya, pelukis ternama, Abdullah Surio Subroto, salah seorang pelopor seni rupa modern Indonesia di awal abad ke-20. Bakat dan keterampilan melukisnya memang menonjol, dan Basoeki Abdullah kemudian dianggap berhasil melampaui keterampilan teknik ayahnya yang bercorak realis-naturalis itu. Tahun 1933 ia berkesempatan belajar di Academie van Beeldende Kunsten, Hague, Belanda. Lukisan-lukisan potret yang dihasilkannya kebanyakan potret wanita cantik dari kalangan bangsawan dan pemandangan alam, dan masih berciri Mooi Indie yang cenderung mempercantik tampilan wajah dan alam. Karya-karya ini rupanya sangat diminati oleh kalangan bangsawan yang sering ia lukis. Ia pernah memperoleh penghargaan di bidang seni-budaya dari Kerajaan Thailand, juga dari Pangeran Sihanouk, Kamboja.
Basuki Abdullah dikenal sebagai pelukis aliran realisme dan naturalisme. Lahir di masa kolonial dan meninggal di era kemerdekaan membuatnya menjadi native post kolonial. Mungkin konteks tersebutlah yang membuat Basuki Abdullah tak kunjung berhenti dalam mengeksplorasi berbagai tema dan teknik lukis. Ia terpengaruh oleh banyak teknik dan aliran di masa hidupnya. Mulai dari sekolahnya di Belanda, hingga studi bandingnya ke negara-negara eropa lain.
Meskipun demikian ia tetap tidak meninggalkan berbagai kearifan lokal negeri ini. Tema kebangsaan dan bela negara tidak luput dari lukisannya. Jika kita melihat karyanya, Abdullah terpengaruhi oleh aliran romantisisme tetapi tidak terlalu berlebihan dan masih mengusung aliran realisme. Meskipun begitu, aliran realisme yang diusung juga selalu memiliki gambaran yang di indah-indahkan.
Mungkin berbagai kontradiksi tersebut juga yang menjadikannya salah satu seniman terhebat sepanjang masa di Indonesia. Basuki Abdullah adalah seorang maestro yang tak pernah berhenti melukis bahkan tidak takut untuk terus bereksplorasi. Dinamika lukisannya sama seperti kehidupannya yang melewati berbagai masa yang yang cukup rumit. Dilengkapi dengan kecintaan dari dini pada seni dan pendidikan yang mumpuni.
Basuki Abdullah meninggal setelah mencoba untuk melawan perampok yang membobol rumahnya di malam hari. Saat itu Basoeki Abdullah tengah memanjatkan doa di kamar pribadinya. Diketahui bahwa penyusup yang masuk ke rumah Abdullah adalah tukang kebunnya sendiri. Pencuri tersebut tengah mencoba untuk mencuri sebuah jam tangan. Setelah terjadi kejar-kejaran, Basuki dipukul dengan senjata miliknya sendiri oleh si pencuri.
Berita kematian Basuki Abdullah menjadi tajuk utama di masa itu. Dalam surat wasiatnya Basuki Abdullah menyerahkan rumah beserta sebagian besar karya dan koleksinya untuk negara. Pada tahun 2001 rumah itu dijadikan Museum Basoeki Abdullah dengan mempertahankan bentuk asli rumahnya.