Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

CANTIK ITU LUKA

CANTIK ITU LUKA

Cantik Itu Luka pertama kali diterbitkan 20 tahun silam. Novel sastra ini merupakan salah satu novel laris dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, di antaranya Inggris, Belanda, Jepang, Korea, Perancis, dan Yunani. Pada tahun 2018 Cantik Itu Luka menjadi karya Eka Kurniawan yang membuatnya dianugerahi Prince Claus Awards di Belanda untuk bidang Sastra/Literatur. Cantik Itu Luka adalah kisah tentang Dewi Ayu, seorang perempuan berdarah Indonesia-Belanda yang hidup di Kota Halimunda. Perjalanan hidup Dewi Ayu dari ia masih bocah hingga beranak empat penuh dengan lika-liku yang mungkin tidak diinginkan sebagian besar orang. Dewi Ayu sangatlah cantik. Bahkan ia mungkin yang paling cantik di Kota Halimunda semasa hidupnya. Ia kemudian melahirkan empat orang anak: Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik. Ketiga anak pertama mewarisi kecantikan ibunya. Namun, anak terakhir justru memiliki rupa yang sangat bertolak belakang dengan namanya. Ironisnya kecantikan yang dimiliki Dewi Ayu maupun ketiga anak pertama tidak seindah takdir yang mereka hadapi.

Saat menginjak usia belasan tahun baik Alamanda, Adinda, maupun Maya Dewi telah menikah dan masing-masing memiliki seorang anak. Namun, mereka harus menghadapi kenyataan suram bahwa masing-masing anak mereka begitu juga suami-suami mereka meninggal dunia secara tragis. Tiga putri cantik Dewi Ayu meyakini bahwa kehidupan mereka telah dikutuk. Ada roh jahat yang selama ini membayangi kehidupan mereka dan berperan menciptakan malapetaka tersebut. Malapetaka yang hinggap di kehidupan mereka adalah aksi balas dendam si roh jahat itu. Di sisi lain, anak terakhir yang bernama Cantik itu adalah malapetaka yang lain di dalam kehidupan Dewi Ayu. Suatu kali Dewi Ayu berdoa agar dia memiliki anak yang buruk rupa. Setelah itu ia hamil dan lahirlah Cantik yang dalam novel ini digambarkan kulitnya hitam legam, hidungnya seperti colokan listrik, dan mulutnya menyerupai lubang celengan babi. Meskipun novel ini menggambarkan Cantik bagai monster, Cantik tumbuh menjadi anak yang dapat melalukan segala hal seperti membaca, menulis, maupun memasak tanpa ada yang tahu siapa yang mengajarinya. Cantik percaya bahwa kehadiran seorang pangeran mampu mengubah citra dirinya yang buruk rupa itu. Oleh karena itu ia tak pernah bosan menunggu kehadiran pangeran tersebut.

Kisah mengenai kehidupan Dewi Ayu serta anak-anaknya dalam novel ini begitu panjang. Berlatar masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga tahun 1990an. Meskipun demikian novel yang pernah meraih penghargaan World Readers tahun 2016 ini sama sekali tidak membosankan. Alur ceritanya dibuat maju mundur dan memiliki tensi dalam setiap kisah kilas baliknya. Perpindahan plot cerita dituliskan secara rapi sehingga pembaca dapat menikmati alur kilas balik yang ada di setiap bab dalam novel ini. Dalam kisah yang panjang ini, Eka Kurniawan menghadirkan banyak tokoh. Pengenalan beberapa tokoh di awal cerita membuat kesan penasaran tentang apa yang tokoh-tokoh itu akan lakukan dan bagaimana mereka akan membawa kisah bernuansa romansa, sejarah, dan tragedi ini. Penokohan menjadi salah satu aspek yang menarik dalam Cantik Itu Luka. Novel ini memiliki cukup banyak tokoh penting, tetapi penulis memberikan penokohan yang kuat. Relasi antartokoh melalui dialog-dialognya membangun gambaran yang jelas tentang karakternya. Novel ini memberikan gambaran tentang perempuan yang berani menentukan pilihan melalui tokoh Dewi Ayu dan anak-anaknya. Keberanian itu membawa mereka melewati berbagai kesenangan sekaligus kesialan yang sama sekali tidak tampak disesali.

Cantik Itu Luka tidak hanya menarik dari sisi alur cerita, tapi juga cara penulis memilih meggunakan bahasa-bahasa yang lugas dan beberapa kosakata yang berani untuk menuliskan cerita. Kisah ini tidak berkutat pada kisah kehidupan pribada Dewi Ayu semata tapi juga situasi sosial yang terjadi semasa hidupnya. Ada sejarah, mitos, serta unsur kebudayaan masyarakat masa lampau yang terangkai dengan baik dalam kisah ini sehingga pembaca bisa melihat sudut pandang lain tentang Indonesia serta penggalan sejarahnya yang mungkin tak bisa ditemukan dalam literatur arus utama. Hingga sekarang novel ini masih dicetak ulang. Rasanya tak ada kata terlambat untuk menikmati salah satu karya sastra Indonesia yang indah dan mendunia ini.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.