Delapan Teko Teh Kapitan Gan Djie
Cerita Sebuah Kedai Teh
Di tengah hiruk pikuk pembangunan MRT, kemacetan dan kebisingan suara kendaraan di Kawasan Pecinaan Glodok, berdiri sebuah bangunan bergaya kolonial tua persis di pintu masuk kawasan wisata Kota Tua. Di depannya terpampang tulisan Pantjoran Tea House, sebuah kedai teh. Konon, nama Glodok sendiri terinspirasi dari suara ‘grojok grojok’, suara kucuran air yang keluar dari sebuah bangunan kecil yang dibangun sekitar 1743 di tengah-tengah halaman Stadhuis (kini Museum Sejarah Jakarta). Orang Tionghoa yang tinggal di kawasan tersebut melafalkannya sebagai ‘glodok’, yang akhirnya menjadi nama resmi daerah tersebut.
Siapa yang tidak kenal dengan daerah Glodok yang menyimpan beragam warisan budaya dan terkenal akan berbagai hidangan orientalnya. Salah satu warisan budaya yang hingga kini masih bertahan adalah acara minum teh. Dalam rangka Imlek, Kultural Indonesia mengunjungi kedai tersebut untuk mengikuti tradisi seduh teh Gong Fu Cha, sebuah seremoni penyajian teh dengan gaya tradisional Tionghoa yang sangat otentik. Menurut Febri, tea assistant Pantjoran Tea House, seremoni Gong Fu Cha, ada sejak Dinasti Qing, dinasti kekaisaran terakhir di Tiongkok. Menurutnya seni penyeduhan ini adalah salah satu keunggulan Pantjoran Tea House. Seremoni ini dulunya merupakan upacara menyambut para penjabat/bangsawan di era dinasti tersebut. Kini, tradisi menyeduh teh Gong Fu Cha dilakukan untuk berbagai hal, menghormati orang tua, menyambut tamu yang datang, permintaan maaf anak ke orangtua, dan lainnya.
Proses minumnya pun tidak bisa sembarangan. Teh pertama dituangkan ke tasting cup, kemudian ditutup dengan sebuah mangkok kecil. Setelah itu, tasting cup tadi dibalik. Tasting cup ini biasanya juga digunakan untuk menghangatkan tangan. Memegang cup juga ada cara khusus. Sebelum minum teh, terlebih dahulu kami diharuskan melakukan beberapa hal, pertama mencium tasting cup dengan menghirup aroma teh, lalu menengok ke kanan, kemudian diakhiri dengan menghembuskan napas. Urutan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Tujuannya adalah untuk memberikan penghargaan terhadap para petani teh di berbagai belahan dunia. Setelah itu baru teh diminum. Semua proses dilakukan dengan gerakan perlahan, hampir seperti proses meditasi.
Kedai ini juga masih menjalani tradisi masa lalu, Patekoan. ‘Pa’ artinya delapan, dan ‘teiko’ merujuk pada kata teko. Tradisi patekoan lekat dengan cerita seorang kapitan ketiga keturunan Tionghoa bernama Gan Djie di jaman Batavia pada 1663. Gan Djie dan istrinya dikenal sebagai pasangan yang sangat baik hati. Pada saat itu mereka seringkali melihat banyak pejalan kaki dan pedagang keliling yang suka berteduh di depan kantor mereka karena kelelahan. Pasangan suami istri ini kemudian memutuskan untuk meletakkan 8 teko teh di depan kantornya setiap hari untuk siapapun yang ingin minum. Mereka boleh meminumnya kapan saja dan gratis. Inilah awal dari tradisi patekoan. Kenapa 8 teko? Karena 8 adalah angka keberuntungan.
Pantjoran Tea House menempati sebuah gedung kolonial tua yang telah direvitalisasi oleh arsitek Ahmad Djuhara pada tahun 2015 dan difungsikan menjadi Pantjoran Tea House sebagai bagian dari proyek Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) yang diinisiasi oleh Lin Che Wei. Gedung ini dibangun sekitar 1900 dengan nama Winkel The Lun Tai (Toko Pojok milik The Lun Tai). Awalnya, pada 1920-an, Gedung itu adalah sebuah apotek yang cukup dikenal dengan nama Apotheek Chung Hwa, toko obat tertua kedua di Jakarta setelah toko obat Tai San Ho. Memang kawasan ini dikenal dengan toko-toko obat tradisional Tiongkok.
Jika kamu ke sana, kamu akan menemukan sebuah meja panjang yang di atasnya terdapat 8 teko dan beberapa cangkir dan tulisan ‘Tradisi Patekoan (8 teko). Silahkan Minum! Teh untuk kebersamaan. Teh untuk Masyarakat’. Tradisi ini sudah menjadi legenda bagi masyarakat, terutama di kawasan Glodok dan Pancoran.
Setiap hari Pantjoran Tea House menyediakan delapan teko berisi teh hijau penuh dari pukul 08.00-18.00 WIB.
Sumber Foto: kulturalindonesia, Instagram Pantjoran Tea House