Galeri Salihara Persembahkan Pameran Karya Kartono Yudhokusumo
Bapak Seni Lukis Dekoratif Moderen Indonesia
Komunitas Salihara kembali menghadirkan karya besar pelukis tanah air. Kali ini, Kartono Yudhokusumo: Karya danArsip, dipilih karena menjadi tokoh penting dalam seni rupa Indonesia, terutama karena dipandang mengembangkan aliran dekorativisme di Indonesia di era pasca kemerdekaan. Pameran berlangsung mulai 9 desember 2023 – 12 Januari 2024.
Lebih dari 100 buah arsip dan koleksi karya Kartono dikumpulkan dalam pameran ini, sebagian milik keluarga dan lainnya milik para kolektor dan galeri. Rencana pameran ini sendiri telah disiapkan dari 2 tahun lamanya.
Amir Sidartha dan Asikin Hasan menjadi kurator dalam pameran ini. Pada pembukaannya, 9 Desember 2023, Asikin Hasan mengantar para pengunjung dan undangan mengitari area pameran di Galeri Salihara. “Pameran ini dibagi secara kronologis dari kekaryaan kartono sedari kecil hingga akhirnya beliau wafat,“ ujarnya.
Pameran ini dibagi dalam 4 periode. Pertama saat masa belajar. Dimana ia dikelilingi oleh lingkungan para pelukis. Lahir di Sumatera Utara 1924, tempat ayahnya bertugas sebagai guru, Marsudi Yudhokusumo. Dalam perjalanannya, Kartono sempat berguru pada beberapa pelukis terkenal seperti Chiyoji Yazaki, S.Sudjojono, Willem F.M. Bosschaert, B.J.A Ruthgers dan masih banyak lagi.
Kedua, masa penjajahan Jepang, dimana ia bergabung dalam pameran yang digelar oleh penjajah Jepang. Pameran Hidoep Seni Roepa bertempat di Gedoeng Pusat Keboedajaan, pada 29 April – 2 Mei 1943. Walaupun pameran ini merupakan bagian dari propaganda Jepang sebagai bagian dari saudara tua Indonesia, namun memberikan kesempatan untuk seniman Indonesia menampilkan karya-karyanya. Sebanyak 43 karya pelukis Indonesia dipamerkan dan salah satunya karya Kartono, Iboe dan Pemoeda, bersama karya pelukis lainnya, Seperti S. Sudjojono, Henk Ngantung, Emiria Soenassa, Basoeki Abdullah dan lain-lain.
Ngantung, Emiria Soenassa, Basoeki Abdullah dan lain-lain .
Ketiga, adalah masa kemerdekaan Indonesia. Masa ini merupakan masa perayaan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda. Saat pemerintahan Republik Indonesia pindah Ke Yogyakarta, Kartono pun ikut pindah. Ia banyak menghasilkan karya yang menggambarkan suasana kala itu, seperti suasana di Gedoeng Joang, latihan para TNI, suasana kehidupan sosial dan lingkungan pada masa itu.
Keempat, adalah masa pengakuan kedaulatan dan pindah ke Bandung hingga wafatnya 1957. Ia memilih Bandung karena suka dengan lingkungan serta keindahan alamnya. Sering ia melakukan perjalanan dengan motor Harley Davidsonnya dari jalur Selatan Jawa hingga Bali. Di masa ini ia semakin mematangkan karyanya. Pengkritik seni rupa kala itu, Kusnadi, mengkritik karya-karyanya sebagai dekorativisme, hingga ia dijuluki ‘Bapak Seni Lukis Dekoratif Moderen Indonesia’.
Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh berbagai pihak , termasuk pihak istana negara kala Presiden Soekarno berkuasa dan beberapa kolektor dari negara-negara Skandinavia dan Eropa Barat.
Asikin Hasan menyatakan bahwa keistimewaan Kartono terlihat dari ketekunannya belajar atau melakukan studi terhadap bentuk-bentuk yang ada di sekitar kehidupan Kartono. Mulai dari pemandangan alam, bentuk tubuh dan wajah, interior bangunan, terlihat dalam arsip-arsip karyanya dalam pameran ini, dimulai dari karyanya umur 10 tahun.
“Kegemarannya untuk mengulang tema-tema studinya dan menyajikan hal-hal yang detail dalam karya-karya merupakan keistimewaan kartono, “ ujar Asikin Hasan.
Sumber Foto: Ferry Irawan