Jakarta International Contemporary Dance Festival – JICON
Pandemi membawa sebuah pengertian baru tentang tubuh dan ruang dalam seni pertunjukan tari, karena adanya pemberlakuan pembatasan jarak sosial di masa pandemi menghadirkan interface sebagai sebuah relasi baru antar manusia.
Medan sosial dalam seni pertunjukan tari di masa pandemi ini juga terkait dengan kompleksitas ekosistem seni pertunjukan di dalam platform digital yang sebenarnya juga menghasilkan sebuah kemungkinan baru di dalamnya.
Kemungkinan baru inilah yang kemudian bisa dijadikan rujukan dalam pertumbuhan praktik artistik seni pertunjukan tari di masa depan, termasuk pengertian-pengertian koreografi di dalam tari yang perlu dicairkan, karena tuntutan eksplorasi lintas disiplin dan lintas medium di masa pandemi, akan menjadi kemungkinan baru bagi perluasan-perluasan praktik artistik di dalam seni pertunjukan tari.
Jakarta Interantional Contemporary Dance Festival (JICON Dance Fest) adalah semacam rumah besar dari beragam platform seni pertunjukan tari yang diinisiasi oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai usaha untuk menjembatani tuntutan kompleksitas medan sosial ekosistem praktik artistik seni pertunjukan tari di masa pandemi.
Tuntutan intermediary (keterhubungan) di dalam medan sosial seni pertunjukan tari juga menghasilkan stake holder-stake holder baru dalam membangun pertumbuhan ekosistem seni pertunjukan yang lebih luas, partisipatif, dan lebih beragam.
13 Oktober 2021, bertempat di Creative Hall MBloc Space, dilakukan pembukaan JICON Dance Fest. Opening act ini menjadi penanda JICON Dance Fest dimulai dan akan berlangsung hingga 30 Oktober 2021.
Opening act diisi dengan dance talk ringan tentang tari dan ekosistemnya yang dibahas oleh Avianti Armand dari simpul seni DKJ, Wendi Putranto dari Mbloc Space, Rama Thaharani dari SEACN dan Yola Yulfianti selaku Ketua Komite tari DKJ.
Acara dibuka dengan sambutan dari ketua pengurus harian DKJ Danton Sihombing, dan ditutup dengan penyerahan hadiah oleh Gumilar Ekalaya yang merupakan PLT. Kepala Disparekraf DKI Jakarta untuk pemenang Jakarta Mari Menari, sebuah lomba tari yang diselenggarakan oleh Komite Tari DKJ dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta dalam rangkaian JICON Dance Fest.
“Dewan Kesenian Jakarta selaku mitra Gubernur Provinsi DKI Jakarta melaksanakan perannya dalam memberikan advokasi yang terkait dengan pemajuan kesenian di Jakarta. Salah satu bentuk advokasi yang diajukan adalah Simpul Seni, sebuah operating system untuk ekosistem kesenian di Jakarta yang berbasis empat platform; pendanaan, kolaborasi, infrastruktur, dan program. Termasuk juga dalam rangkaian advokasi ini adalah usulan pembentukan dana abadi kesenian untuk Jakarta,” demikian papar Danton Sihombing dalam sambutannya.
Selain berbicara mengenai karya, JICON Dance Fest juga mengulas mengenai arsip seni tari dan seniman yang terlibat di dalamnya. Untuk pengarsipan ini, komite tari DKJ meluncurkan website yang bertajuk Telisik Tari.
Yola Yulfianti selaku ketua Komite Tari DKJ menyampaikan bahwa ke depan JICON akan menjadi platform yang mandiri dan membentuk ekosistemnya sendiri.
“JICON Dance Festival diharapkan mampu mencairkan suasana di antara stake holder di dalam ekosistem seni pertunjukan tari, agar menjadi sesuatu yang lebih organik, baik pihak pemerintah, non government, publik penonton, dan seterusnya. Kami percaya bahwa ide koreografi apapun, secara bersamaan selalu menyibak kemungkinan stake holder baru dan memungkinkan membentuk ekosistemnya sendiri secara spasial dan performatif,” demikian disampaikan Yola Yulfianti.