Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Kelindan Rasa dalam Karya Atreyu Moniaga

Kelindan Rasa dalam Karya Atreyu Moniaga

Penikmat karya seni rupa dan ilustrasi bertema fantasi tentu tidak asing dengan nama Atreyu Moniaga. Seniman kreatif multi-bakat dari Jakarta ini telah menghasilkan begitu banyak karya. Sebagai seorang seniman, Atreyu Moniaga tidak membatasi diri dan karyanya di satu ranah saja, dia adalah seorang ilustrator, fotografer, dosen, dan aktor.

Menikmati karya-karya Atré, begitu ia kerap disapa, serupa bertualang di dunia ajaib yang sarat serat-serat emosi. Begitu imajinatif, romantik, sentimental, dan personal pada saat yang sama. Menurutnya, kelindan rasa yang kaya dalam karya-karya tersebut bisa hadir karena masing-masing merupakan manifestasi dari perasaan yang muncul di dalam dirinya di kehidupan sehari-hari.

“Hubungan saya dengan karya seperti hubungan seseorang dengan diary mereka. Saya jadi bisa menelusuri kembali apa yang terjadi pada diri saya pada suatu masa saat saya membuat karya tersebut,” tutur Atré.

Atreyu Moniaga

Menurut pria kelahiran 9 Desember 1988 ini, cerita-cerita dan pengalaman keseharian yang dialaminya memberi pengaruh paling besar dalam penciptaan karya-karyanya.

“Karena memang karya saya merupakan kumpulan dari kisah-kisah, baik secara naratif yang terstruktur maupun perasaan campur-aduk yang ingin saya sampaikan tetapi tidak bisa saya katakan secara verbal,” ungkapnya.

Alumni Institut Kesenian Jakarta yang tahun lalu berkesempatan berkolaborasi dengan musisi Amerika Jewel ini mengutarakan bahwa sebagai seniman, profesionalitas harus dikedepankan. Menurutnya, pekerja seni harus mampu memikirkan posisi orang lain yang bekerja dengan mereka. Memang, seniman adalah pihak yang membuat karya tetapi profesionalitas sebagai seorang pekerja seni harus dikedepankan dan bekerja dengan penuh pertimbangan agar tidak ada pihak yang dirugikan.

“Saya ingin mematahkan stigma-stigma seperti ‘seniman susah diatur’, ‘punya jam kerjanya sendiri’, ‘bekerja berdasarkan mood’, dan lain-lain yang saya tidak percaya hal seperti ini benar. Saya berharap, dengan menjadi seniman yang mempunyai work ethic yang baik, disiplin, dan mindfullness yang baik terhadap ekosistem bekerja, maka akan ada orang yang tertular bahwa menjadi seniman juga membutuhkan work ethic yang baik,” papar Atré dengan penuh semangat.

Lebih jauh, Atreyu Moniaga menilai bahwa ada aspek-aspek internal dan eksternal yang harus dibangun, dipupuk, dan dipelihara untuk menghasilkan sebuah karya yang baik. Dan, faktor yang utama adalah kejujuran, genuinitas.

“Kita jangan pernah membuat sesuatu semata-mata hanya karena orang berhasil melakukannya. Karena, ada kemungkinan hal yang berhasil dia lakukan, belum tentu berhasil kita lakukan. Kenali seperti apa diri kita, interest kita di mana, dan apa yang bisa kita kembangkan. Jika kita tinggal di daerah yang kering, tentu akan merepotkan dan sulit untuk menumbuhkan bunga teratai.”

Di samping itu, menurut Atré, membangun jaringan juga penting dilakukan. Jaringan yang luas dan dirawat dengan tulus akan memberi pengaruh yang baik bagi karya dan seniman. Membuat jaringan juga akan membantu dalam mengurangi rasa sungkan dalam berkomunikasi. Dengan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, banyak hal yang dapat terjadi secara casual karena telah saling mengenal secara personal. Karena ketika koneksi yang kita hadapi sudah menjadi teman, maka pembicaraan akan mengalir lebih akrab dan kita dapat menyampaikan ide dan pemikiran dengan lebih tenang.

Namun, pandemi yang menghantam sejak awal tahun lalu telah mengubah kegiatan-kegiatan seni seperti pameran, workshop, diskusi, dan lain-lain menjadi kegiatan virtual digital. Perubahan ini memberi pengaruh pula bagi Atré. Diakuinya, berbicara langsung secara tatap muka merupakan bagian yang sangat penting dalam proses berkarya.

Tidak hanya untuk mempresentasikan dan menjelaskan karya tetapi juga untuk mengetahui kisah di balik orang tersebut.

“Saya selalu menggunakan kesempatan untuk bertemu sebagai media untuk saling mengenal tanpa memandang status. Di sana kita dapat mendengarkan banyak cerita mulai dari struggle, pekerjaan, dan lain-lain. Menurut saya, pameran dan lain-lain bukan hanya sebagai social event tetapi membantu kita untuk bisa mengenal orang secara lebih komplex. Ini yang paling disayangkan. Interaksi kita sebagai mahluk sosial berkurang. Karena, dengan berbincang ini inspirasi muncul untuk membuat karya,” jelas Atré.

Atré berharap semua orang bisa memiliki kesempatan untuk terus berkarya, berkesenian. Karena, pandemi telah memaksa terjadinya perubahan pola hidup banyak orang menjadi lebih soliter. Dan, perasaan terasing yang timbul dari pembatasan aktivitas sosial ini bisa berkembang menjadi masalah yang sangat serius bagi jiwa seseorang. Berkarya bisa menjadi solusi mengatasi hal ini.

“Karya membuat kita jadi mempunyai media untuk berkomunikasi tanpa memikirkan sebab dan akibat. Karena, karya punya caranya sendiri untuk berbicara. Selain itu, menurut saya, membuat karya sangat membantu banyak orang untuk bisa sedikit berlibur dari kegelisahan yang kita hadapi saat ini. Ibaratnya, seperti terapi yang sangat terjangkau.”

Saat ini Atreyu Moniaga sedang bekerja menyiapkan pameran tunggal yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2021.

“Semoga semua berjalan dengan baik dan semoga pandemi telah berakhir. Jadi, kita bisa bertemu langsung dan ada beberapa confidential project yang akan segera keluar,” demikian harapan Atreyu Moniaga.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.