Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Kreatif Merespon Pandemi

Kreatif Merespon Pandemi

Catatan Akhir Tahun KULTURAL: Christiana Gouw

Di penghujung tahun 2021 ini, kita masih mengalami dampak pandemi Covid-19. Dampak-dampak yang juga menghantam sendi-sendi kehidupan di dunia seni rupa kita.

Dengan berlakunya physical distancing di seluruh dunia yang terdampak Covid-19, banyak museum, galeri, dan kegiatan seni yang dengan terpaksa menutup segala aktivitasnya dari keramaian.

Hal itu juga berlaku di sini. Kondisi saat ini dengan segala keterbatasannya memang butuh perhatian khusus, dan memberikan tantangan tersendiri bagi para pelaku seni di seluruh dunia, begitu pula yang dirasakan oleh mereka yang ada di Indonesia.

Christiana Gouw, Pendiri CG Artspace

Situasi yang menuntut untuk beradaptasi dengan kondisi agar bisa membuka kemungkinan baru untuk mengakali situasi. Tantangan ini juga memberi kesempatan bagi perupa generasi baru untuk bereksperimen dan bisa memberikan kontribusi serta solusi dalam kehidupan bermasyarat dan menghadirkan sebuah karya yang berfungsi untuk kemaslahatan orang banyak.

Kultural.id  berupaya menggali sekelumit catatan akhir tahun lewat pandangan dan pengalaman Christiana Gouw, seorang pelaku dalam habitat seni rupa, pemilik CG Artspace, Jakarta.

Menurut Christiana, pandemi membawa dampak yang sangat besar pada galeri seni yang ia kelola, perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan agar aktivitas tetap berjalan.

“Sejak pandemi, CG Artspace tidak melakukan pameran offline, pameran offline yang dilaksanakan dengan acara pembukaan langsung dengan tamu yang hadir kisaran 80-100 orang terakhir kami lakukan 7 Maret 2020. Dan, selama tahun 2020 itu hanya ada pameran daring. Termasuk dalam penyelenggaraan program-program pameran  seperti Art Jakarta dan Jakarta Art Moments,” tutur Christiana.

CG Artspace melakukan inovasi dan penyesuaian selama pandemi. Foto: CG Artspace

Memasuki 2021, situasi pandemi mengalami pasang surut. Fluktuasi yang diikuti perubahan-perubahan aturan ini juga direspon secara kreatif dalam pengelolaan galeri seni rupa.

Bersama para seniman, kurator, dan aktor-aktor lain yang berhubungan dengan kelangsungan hidup seni rupa, secara terus-menerus melakukan penyesuaian dan adaptasi dengan harapan bahwa pukulan keras pandemi dapat diminimalisir dampaknya, dan program-program yang dijalankan tetap bisa mencapai hasil yang optimal.

“Untuk kelangsungan seni rupa, sepanjang tahun 2021 kami mulai melakukan beberapa pameran offline dengan mengikuti aturan pemerintah dengan aturan protokol kesehatan maksimal hanya tiga sampai empat orang dalam ruangan per jam kunjungan. Pada saat yang sama, program-program pameran virtual juga tetap kami laksanakan,” imbuh Christiana.

Memang, menurut Christiana Gouw, respon publik terhadap penyelenggaraan pameran secara virtual ini tidak melulu positif. Keasyikan ‘bertemu’ langsung dengan karya tentu tidak pernah dapat tergantikan oleh medium virtual. Meskipun demikian, penyajian karya secara virtual memberikan opsi-opsi yang baru dalam menikmati sebuah karya.

“Respon publik ada yang baik dan ada yang tidak, tentunya kembali ke masing-masing individu. Ada yang suka melihat dan berinteraksi langsung dengan karya, katanya lebih terasa jika dibandingkan dengan virtual. Khususnya para kolektor yang sudah berumur, mereka memang belum terbiasa dengan perubahan ini. Mereka lebih senang melihat langsung. Namun, ke depan kami tentu akan terus melakukan cara-cara baru, mengikuti keadaan yang terus berkembang,” papar Christiana.

 

Pameran tunggal karya Justian Jafin di CG Arspace. Foto: CG Artspace

 

Pameran tunggal karya Kemal Ezedine di CG Artspace. Foto: CG Artspace

 

Tidak dapat tidak, pandemi telah memunculkan cara baru dan kebiasaan baru yang mesti terus menerus dipelajari dan diaplikasikan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan karya seni rupa. Karena, tanpa kemampuan beradaptasi yang tinggi, ekosistem seni rupa akan mengalami kemandekan dan tidak akan mampu bertahan.

“Kita akan terus melakukan penyesuaian-penyesuaian, dan selama masih mungkin, melihat situasi sekarang, sepertinya kita akan masih melakukan pameran secara offline dengan protokol kesehatan yang ketat. Penyesuaian ini salah satunya akan diterapkan di tahun 2022 nanti, ada rencana menggelar art fair di taman dengan memasang tenda besar dan instalasi patung-patung outdoor.”

Pameran tunggal karya Shawnee Puti di CG Artspace. Foto: CG Artspace

Secara pribadi, lanjut Christiana Gouw, ia harus mengikuti perubahan-perubahan yang berkembang begitu cepat saat ini. Setidak-tidaknya harus mengerti teknologi terkini dan memanfaatkannya sebaik-baiknya. Dan terutama melibatkan anak-anak muda yang telah lebih fasih dalam hal pemanfaatan teknologi untuk menjalankan fungsi galeri seni.

“Harapan saya pribadi, mudah-mudahan kita bisa lebih damai dan belajar bahwa semesta ini jauh lebih besar dari kita, dan sebagai manusia, kita itu kecil sekali. Pandemi ini adalah pelajaran bagi kita semua untuk lebih fleksibel dan selalu bersyukur. Alam adalah segalanya,” tutup Christiana Gouw.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.