Mengenal Gigi – Gianti Giadi, “ Menari Value-nya Sangat Tinggi”
Dalam dunia seni tari Indonesia, terdapat nama Gigi diantara jajaran penggiatnya. Wanita dengan nama lengkap Gianti Giadi ini pemilik dan pengelola institusi tari Gigi Art of Dance, Gigi Dance Company dan Gigi Foundation. Sebagai institusi pendidikan dan wadah bagi penari professional untuk berkarya di masyarakat dalam berbagai bidang.
Penari dan Koreografer lulusan Lasalle College of Arts, Singapura ini sedari kecil memang akrab dengan dunia tari. Tumbuh dari keluarga dengan ibu seorang penari tradisional Reita Resmijati Subita. Selain bersekolah, hari-harinya diwarnai dengan kegiatan menari, baik itu belajar tari, mengajar, mengikuti pementasan orang tuanya, perlombaan hingga lulus sekolah mempunyai keinginan untuk hidup dari dunia tari.
Kini pemegang sertifikasi dan lulus dari program pengajar dari Broadway Dance Center, New York, Amerika Serikat tahun 2019 ini disibukkan dengan kegiatan menari setiap harinya. Mulai dari mengajar, melatih, membuat konsep dan mengadakan pertunjukkan baik inisiatif sendiri maupun permintaan dari berbagai pihak, di dalam dan luar negeri.
Berikut petikan wawancara tentang profil Gigi untuk Kultural Indonesia.
K: Nama Gianti Giadi itu unik ya, ada arti dari nama Anda tersebut?
GG: Tidak ada artinya, tapi sebenarnya ibu saya menamakan saya Gigi karena terinspirasi dari drama musikal GIGI.
K: Sewaktu dulu bercita-cita menjadi penari setelah lulus sekolah, mengapa memilih sekolah di luar negeri daripada masuk institusi pendidikan seni di Indonesia?
GG: Tipe gerakan, teknik dan program yang saya cari memang adanya disana, di mana mereka mengajarkan balet, teknik kontemporer, dan juga subjek lainnya. lalu kebetulan dapet beasiswa juga jadi memilih untuk kesana.
K: Apa yang Anda dapatkan dari belajar dari institusi pendidikan seni di luar negeri?
GG: Saya tidak hanya mempelajari sejarah tentang tari dunia, komposisi dan koreografi, pedagogy dan mengajar, tetapi juga mendapatkan akses bertemu koreografer dan mengikuti program-program lainnya di seluruh dunia. Selain itu saya dapat mengamati langsung kultur tari se-Asia, melihat karya kolaborasi dan penciptaan karya, juga mendapatkan akses ke dalam festival-festival yang diadakan di singapura dan dunia.
K: Bagaimana awal strategi bisnis Anda sebagai pemilik sekolah tari?
GG: Tentunya kami menjalankan program – program, menjalankan kelas-kelas dan membuat banyak pop up events. Ditambah mengadakan events setiap 3 bulan sekali. Di sekolah tari kami menyediakan berbagai genre tari, level, umur yang beragam, lalu membuka program ke sekolah-sekolah, menjual merchandise, mengundang guru tamu untuk sharing knowledge. Kami membuka akses terhadap semua pihak untuk bisa belajar tari dan berusaha untuk tetap eksis di dunia edukasi tari, perlombaan ataupun komersil.
K: Sebagai pemilik institusi pendidikan profesi kesenian, apakah kondisi di Indonesia telah kondusif untuk orang hidup dari berkesenian saja?
GG: untuk saya ya, karena kami sudah berjalan selama 15 tahun dan sudah membangun nama, hanya memungkinkan jika kita bisa banyak skill dan tidak hanya melakukan 1 hal saja. Dunia seni pertunjukan ini ekosistemnya besar dan saling membutuhkan. Lebih baik kita bisa semua punya skill supaya lebih banyak dicari dan dibutuhkan orang dan disitulah di mana kita berkelanjutan.
K: Apa yang Anda rasakan atau dapatkan saat menari hingga akhirnya menarilah menjadi jalan hidup Anda?
GG: Aku merasa sangat komplit sewaktu menari. Karena saya percaya menari itu adalah suatu percakapan antara tubuh, pikiran dan perasaan. Jadi ketika itu terjadi, saya merasa sangat utuh. Selain itu, saya sangat suka sharing dan melihat impact yang positif terhadap anak-anak muda lewat tari. Karena tari saya bisa melihat mereka berkembang, mendapatkan suatu penghargaan dan kemenangan, kebanggaan ketika membawa nama Indonesia di ajang Internasional, dan banyak lagi. Jadi value-nya itu sangat tinggi. Selain baik untuk tubuh terus fit, kita happy ketika menari.
Saya membuka kelas down syndrome dan untuk anak-anak disabilitas dan melilhat hal ini berguna untuk perkembangan mereka karena tari, karena itu saya ingin melakukan ini selamanya.
K: Siapa idola penari yang menjadi panutan Anda dan mengapa? ( dalam dan luar negeri)
GG: Nomor 1 ibu saya, karena beliaulah yang mengajarkan saya menari pertama kali. Kalau di dalam negeri banyak sekali, semua seniman gerak di Indonesia pastinya sudah menginspirasi saya. Namun untuk penari dari luar negeri, Crystal Pite dan Hofesh Schecter. Keduanya adalah koreografer yang selalu membawa isu-isu sosial dan politik.
K: Sebagai pengajar, apa dampak baik dari seorang anak yang belajar menari untuk mempengaruhi perkembangan kepribadiannya?
GG: Banyak sekali, mulai dari meningkatkan gerak motorik, meningkatkan memori pada saat menghafal gerak, koordinasi tubuh dan pikiran, teamwork, pada saat menari bersama teman, membentuk kelenturan dan kekuatan tubuh. Selain itu juga menumbuhkan spatial awareness, disiplin, kreatifitas, ekspresi dan emosi, dan masih banyak lagi.
K: Apakah Anda juga gemar membaca buku, apa buku favorit Anda dan mengapa?
GG: Buku favorit saya adalah semua seri Chicken Soup For The Soul, karena cerita-cerita pendeknya yang berdasarkan kisah nyata sangat menginspirasi saya untuk menjadi orang yang lebih baik. Saya juga suka membaca komik sedari kecil, terutama komik Topeng Kaca.
K: Harapan Anda untuk dunia tari di Indonesia?
Saya berharap dunia tari Indonesia semakin dimengerti, dilakukan dan didukung banyak orang. Semua tari tradisi untuk menjadi lebih accessible untuk ditonton dan dipelajari, dan standar tari di Indonesia semakin meningkat dan bisa memenangkan kompetisi di luar dan mengharumkan nama Indonesia.
Selain itu dunia tari Indonesia mempunyai standar silabus dan tersedia sertifikasi pengajar tari di semua genre, serta semua komunitas terbuka untuk berkolaborasi dan saling belajar dari satu sama lain.
K: Adakah Impian pencapaian Anda dalam dunia tari yang ingin Anda capai, apakah itu dan mengapa?
GG: Saya ingin mempunyai gedung sekolah dan gedung pertunjukkan sendiri supaya tidak perlu kawatir atas kelangsungan sekolahnya kedepannya, dan bisa melanjutkan tujuan besar kita yaitu membantu anak-anak Indonesia menemukan super power dan potensi dirinya lewat seni pertunjukan. Dengan gedung pertunjukkan sendiri, kami bisa terus berkarya menujukkan hasil talenta kami tanpa memikirkan biaya sewa gedung.
Sumber Foto: Dok. GG