Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

MENGHARGAI SEJARAH LELUHUR

MENGHARGAI SEJARAH LELUHUR

Meliantha Muliawan adalah pemenang perempuan pertama UOB Painting of The Year 2021. Karyanya yang berjudul Even after death, the departed lives life, yang merupakan replika pecahan porselen Ming yang ditemukan di dasar laut Jawa, menggunakan teknik bordir pada bahan Tyvek yang menyerupai kertas.

K: Bisa ceritakan latar belakang Anda? Sejak kapan Anda tahu akan menjadi seniman?

MM: Saya menyelesaikan studi saya di Institut Teknologi Bandung pada tahun 2014 untuk jurusan Seni Lukis. Dan sejak saat itu kosisten berkarya higga saat ini. Sempat tinggal di Yogya dan sekarang menetap di Jakarta.

Hingga saat ini tidak merasakan panggilan untuk menjadi seorang seniman. Melainkan panggilan untuk mewujudkan sebuah karya. Dan untuk berkarya tidak harus menjadi seorang seniman dahulu.K: Menurut Anda kenapa seni itu penting bagi masyarakat?

K: Siapa/apa yang paling mempengaruhi karya Anda secara artistik?

MM: Hampir semua yang terlibat dalam ekosistem seni rupa: para pendidik, sesama seniman, kurator, galeri, kolektor, art handler, audience, dan sebagainya. Semuanya punya porsinya masing-masing dalam mendukung proses belajar dan artistik. Dan tidak pernah spesifik ke 1 orang. Melainkan satu kesatuan yang saling belajar satu sama lain.

K: Menurut Anda kenapa seni itu penting bagi masyarakat?

MM: Pengaruhnya seperti menyentuh alam bawah sadar seseorang. Tidak secara langsung namun pasti. Bisa menimbulkan pertanyaan ke luar dan ke dalam diri sendiri. Seperti proses belajar yang panjang.

Karena seni tidak ada batasannya, kita selalu merasa menemukan sesuatu yang baru yang kemudian mempengaruhi bagaimana kita menanggapi hidup secara lebih terbuka.

K: Bisa ceritakan tentang karya Anda yang diikutsertakan dalam event UOB Painting of the Year dan menang tahun lalu? Apa artinya bagi Anda menjadi pemenang perempuan pertama dalam event tersebut?

MM: Karya tersebut berjudul Even after death, the departed lives life. Dalam karya tersebut saya membuat replika pecahan porcelain yang ditemukan di dasar laut Jawa, sebagai bukti migrasi Tiongkok ke Indonesia saat Dinasti Ming. Replika tersebut saya buat menggunakan bahan Tyvek yang menyerupai kertas. Tujuannya untuk menerapkan praktik Joss/Ghost paper di mana kita membuat replika barang keseharian dengan bahan kertas, yang nantinya akan dibakar dalam upacara sembahyang. Dipercaya benda tersebut akan berwujud benda asli di kehidupan sang leluhur.

Jadi dapat dikatakan secara simbolis saya ingin mengembalikan benda yang pernah leluhur saya miliki. Sebagai cara saya menghargai sejarah yang telah terjadi hingga ada saya saat ini. Pada prosesnya juga membuat saya semakin mencintai kebudayaan asimilasi antara Tiongkok dan Indonesia.

K: Anda berkesempatan untuk mengikuti program residensi, bisa ceritakan pengalaman Anda?

MM: Kebetulan programnya belum dilaksanakan karena menunggu situasi pandemi aman di Jepang (residensi dilaksanakan di Fukuoka Art Museum). Namun untuk proses seleksinya sendiri cukup menarik, karena saya jadi belajar dari banyak pihak. Baik kurator dari Tim UOB maupun pihak juri dari residensi tersebut.

Pada proses persiapannya membuat saya melihat ulang praktik berkarya saya, dan hal apa yang dapat saya kembangkan sebagai perwakilan seniman Indonesia di Jepang nanti. Pihak Juri FAM juga memberikan banyak masukan yang bermanfaat. Bukan soal mendapatkan resensinya, namun proses mengikuti seleksinya sendiri menurut saya sangat bermanfaat dalam melatih diri mempelajari praktik berkarya sendiri.

K: Bagaimana Anda mendefinisikan sukses sebagai seorang seniman? Apa rencana ke depan, ultimate goals? Apakah ada dream project dalam rencana?

MM: Sukses sebagai seorang seniman ketika kita dapat mewujudkan keinginan kita untuk berkarya. Terlepas dari bagus atau tidaknya, maupun berapa lama mewujudkannya. Kadang beberapa orang memiliki hambatan untuk berkarya, namun bagi saya yang terpenting ketika kita menikmati prosesnya dan memiliki keteguhan hati untuk mewujudkan apa yang ingin kita buat.

Rencana ke depan belum ada. Tapi rencana jangka pendek lebih kepada menikmati setiap proses berkarya yang sekarang saya jalani.

Untuk dream project, dari dulu saya tertarik pada pengerjaan instalasi besar. Namun sepertinya untuk saat ini hal tersebut belum memungkinkan untuk dilakukan.

K: Apakah Anda senang membaca, jika ya, buku apa yang sedang dibaca saat ini?

MM: Ketimbang membaca lebih senang mendengarkan orang lain bercerita. Karena ilmu dapat didapatkan dari mana saja selama kita memiliki keinginan belajar.

Tapi untuk buku yang sekarang dibaca, Seni Kontemporer, Ingatan dan Sejarah oleh Alia Swastika. Buku ini mengingatkan saya bahwa karya dapat mendeskripsikan sebuah peristiwa secara luas dan imajinatif. Bahwa karya dapat memberikan dampak luas melebihi batas kebendaan yang ada.

Dari buku ini juga saya belajar membaca dan menikmati karya secara objektif sebagai seorang audience. Yang kemudian mempengaruhi cara saya menampilkan karya saya, di mana karya dapat dipresentasikan dalam banyak bentuk.

Saya rasa seniman yang baik tak hanya belajar menjadi seorang seniman profesional saja, melainkan belajar memahami sudut pandang audience yang berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan.

Sumber Foto: Dok. Meliantha Muliawan
Ferry Irawan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.