Meredefinisikan Kebahagiaan
Setelah membaca kumpulan cerita dalam buku ini, muncul pemahaman bahwa kebahagiaan dapat berupa manifestasi dari penerimaan seseorang terhadap dirinya maupun jalan hidup yang dipilihnya. Rangkaian peristiwa yang dialami seseorang di masa lalu pun dapat menjadi salah satu penentu bagaimana seseorang akan memaknai dan memperoleh kebahagiaan. Penambahan kata-kata Hampir Seluruhnya pada judul buku ini rasanya pas untuk menggambarkan bahwa kebahagiaan tak selamanya menyangkut hal-hal yang indah, menakjubkan, dan berupa sesuatu yang selalu diinginkan oleh banyak orang.
Ada 11 kisah menarik dalam buku ini. Setiap kisah menghadirkan tokoh yang perjalanan hidupnya unik dan bercampur antara suka dan duka. Mereka memiliki definisi kebahagiaan masing-masing yang mampu menyentuh hati pembaca. Dalam kisah berjudul Ad maiorem dei gloriam, Suster Tula, seorang biarawati yang tinggal di biara pensiunan, suatu hari bertemu dengan seorang anak kecil bernama Sebastian. Ajaib, Sebastian segera menganggap Suster Tula sebagai neneknya saat mereka pertama kali bertemu. Hubungan mereka bertumbuh dengan baik. Suster Tula begitu menyayangi Sebastian begitu juga sebaliknya. Setelah itu Suster Tula sering diam-diam pergi dari biara ke rumah Sebastian. Di sana ia menjaga Sebastian layaknya nenek mengasuh cucu tercintanya. Disadari atau tidak, masa lalu memang mempengaruhi mekanisme kehidupan di masa kini. Itu adalah salah satu pesan yang coba disampaikan oleh buku ini. Kebahagiaan yang ditemukan oleh Suster Tula lewat perjumpaannya dengan Sebastian juga dipengahuri oleh masa lalunya. Ia merasa biara pensiunan bukanlah dunia asalnya dan ia harus mencari jalan untuk kembali, menemukan kebahagiaan yang dulu ia rasakan. Sebastian adalah jalan untuk kembali itu.
Narasi yang dibangun oleh penulis dalam buku ini juga menunjukkan bahwa terkadang seseorang perlu berdamai dengan masa lalu dan berjalan ke depan untuk tetap tumbuh. Hal itu lah yang dialami oleh Sandra setelah anak semata wayangnya meninggal dunia dalam cerita berjudul Siapa Namamu, Sandra? Berbekal sedikit materi dan banyak keberanian Sandra pergi ke Vietnam. Ia ingin sekali pergi ke situs bersejarah Mỹ Sơn di negara tersebut. Secara harafiah ia mengartikan nama itu sama dengan ‘anak laki-lakiku’. Meskipun tak berhasil sampai ke Mỹ Sơn ia dihadapkan pada suatu kejadian yang membuat ia memahami siapa dan seperti apa anaknya. Melalui kisah Sandra ini juga tersirat bagaimana Sandra berusaha berdamai dengan dirinya sendiri atas apa yang menimpa anaknya.
Lewat 11 kisahnya penulis membawa pembaca masuk dalam kehidupan yang unik dengan narasi yang menarik dan mengalir. Pemilihan-pemilihan diksi yang cerdas untuk mengungkapkan perasaan tokoh dan suasana cerita membuat buku ini terasa istimewa. Latar kebudayaan Batak dalam beberapa cerita, salah satunya yang berjudul Kisah Sesungguhnya Tentang Lelaki Raksasa memberi warna tersendiri dalam buku kumpulan cerita ini. Mitos tentang lelaki raksasa bernama Parulian di Tapanuli dihubungkan dengan kisah seorang gay bernama Tunggul. Dari situ dapat dipahami bahwa takdir yang mereka hadapi dalam kehidupan masing-masing dipengaruhi oleh mekanisme kehidupan sosial yang cenderung penuh tekanan. Hampir semua cerita dalam buku ini memberi kesan yang emosional. Saat membaca beberapa kisah, mungkin kita akan menemukan banyak hal-hal sedih dan pilu dibandingkan kisah bahagia. Namun, akhir ceritanya justru memberikan refleksi bahwa kebahagiaan setiap orang berbeda-beda dan cara mereka menemukan kebahagiaan terkadang lebih penting dibandingkan kebahagiaan itu sendiri. Meskipun ada kisah-kisah yang pilu, penulis juga menyuguhkan kisah yang cukup berbeda. Hal itu dapat kita temukan dalam cerita berjudul Divisi Doa Tak Berjawab yang menceritakan kehidupan seorang laki-laki setelah ajalnya. Lewat kisah itu penulis mengundang pembaca untuk berimajinasi tentang kehidupan baru selepas ajal. Gambaran tentang surga yang indah-indah justru berbeda dengan yang dikisahkan oleh penulis. Surga di sini ibarat sebuah perusahaan yang memiliki macam-macam divisi kerja beserta para karyawan. Cerita itu menyimpan sebuah ironi tentang kehidupan manusia dan urusan mereka dengan doa.
Beberapa cerita dalam buku ini juga mengangkat isu mengenai homoseksualitas. Narasi yang dibangun penulis untuk mengangkat wacana homoseksualitas dalam fiksi ini berhasil membuka ruang empati dalam melihat sisi kehidupan yang selama ini masih termarginalkan dan dianggap tabu oleh sebagian besar lapisan masyarakat di Indonesia. Misalnya dalam cerita Keturunan Kita Akan Sebanyak Awan di Angkasa seorang ibu harus menghadapi ragam tantangan baik dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri ketika anak laki-lakinya memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki. Selain itu, kisah-kisah tentang tokoh gay dalam buku ini juga secara tak langsung mempertanyakan apakah mereka telah memperoleh kebahagiaan atas kehidupan yang mereka jalani.
Buku kumpulan cerpen ini memiliki daya tarik tersendiri. Karya Norman Erikson Pasaribu ini sangat menarik untuk dibaca. Cerita-ceritanya menyentuh dan reflektif. Penulis sendiri sudah menulis kumpulan cerita lain dan puisi. Tahun 2014 buku kumpulan cerita pendeknya berjudul Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu diterbitkan. Lalu ia menulis buku puisi berjudul Sergius Mencari Bacchus yang berhasil memenangkan Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2015 dan masuk sebagai finalis Kusala Sastra Katulistiwa tahun 2016. Buku Puisi itu juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Cerita-cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya adalah karya terbaru Norman Erikson Pasaribu. Buku tersebut juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan berhasil memenangkan penghargaan internasional Republic of Consciousness tahun 2022. Penghargaan sastra tersebut diadakan oleh kelompok penerbit asal Inggris. Selain itu masuk dalam Longlist The 2022 International Booker Prize.
Penulis: Norman Erikson Pasaribu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2022
Jumlah halaman: 202 halaman