Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Naomi Samara, Mengulas Kekuasaan Melalui Tubuh Perempuan

Naomi Samara, Mengulas Kekuasaan Melalui Tubuh Perempuan

Tubuh perempuan dengan seluk beluk dan pesonanya telah mengisi khasanah seni sejak lama. Ia selalu ada dan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa.

Dalam rentang masa berabad-abad, para seniman memainkan peran dalam mempelajari dan menggambarkan tubuh perempuan. Tidak sedikit pula penggambaran ini menjelma menjadi karya-karya besar yang menakjubkan.

Di masa sekarang, dengan meningkatnya kesetaraan dan kesempatan dalam berkarya, perempuan semakin aktif menyuarakan ide-ide dan pesan-pesan di seputar tubuh dan citraan perempuan dalam karya seni.

Naomi Samara, seorang perupa kontemporer, adalah salah satu seniman yang mendedikasikan karya-karyanya untuk menyuarakan ide-ide yang bertolak dari penggunaan citra dan tubuh perempuan sebagai media penyampai pesan.

Seniman yang lahir dan tumbuh di Bali ini terpesona pada tubuh perempuan dalam segala keindahan dan potensinya. Naomi dalam karya-karyanya membicarakan tema-tema kekuasaan, warisan budaya dan identitas, kedirian dan transformasi yang diolah dan dikelola dengan begitu intim menjadi pesan-pesan dalam bentuk visual tubuh perempuan.

“Dorongan saya untuk mencipta yang mendefinisikan saya sebagai seorang seniman berasal dari keinginan untuk memahami manusia, konektivitas dan kekuatan kita untuk mengekspresikan suara batin melalui penggunaan tubuh kita sebagai alat ekspresi utama,” demikian disampaikan Naomi.

Naomi Samara, Mother 1, 122×160 cm, akrilik dan charcoal di atas kanvas (2019)

Dalam karya-karyanya, Naomi Samara banyak menggunakan tubuh sebagai medium visual untuk membahas kerentanan dalam kekuasaan. Baginya, sangat penting untuk mengidentifikasi dan menguasai femininitas sebagai seorang seniman perempuan.

“Saya merasa, mudah untuk memberi label dan identitas kelompok yang jauh lebih kompleks dan berlapis. Namun, bagi saya, sumber kekuatan dan kreativitas itu berasal dari tempat kepemilikan dan pemahaman diri. Dan, menjadi seorang perempuan merupakan bagian besar dari hal tersebut,” lanjutnya.

Naomi Samara, Mother 2, 122×160 cm, akrilik dan charcoal di atas kanvas (2019)

Sebagai seorang seniman, Naomi memiliki ketertarikan dalam melakukan pendekatan pengalaman seni sebagai sebuah narasi multifaset yang diwujudkannya dalam bentuk medium dan mode ekspresi yang variatif. Dalam mengulas seberapa signifikan perbedaan antara sudut pandang laki-laki dan perempuan dalam menggambarkan perempuan dalam seni, Naomi mengutarakan bahwa penggambaran gender yang diekspresikan dalam bentuk karya seni akan selalu subjektif.

“Kami menggunakan apa yang kami miliki, tubuh kami menjadi alat utama untuk merasakan, mengalami hidup, dan mengekspresikan diri. Secara otomatis, hubungan dengan femininitas saya dan apa yang saya ungkapkan bukanlah pengamatan eksternal tetapi eksplorasi ke dalam,” ujar Naomi.

Menurutnya, hal ini menjadikan konsep kekuasaan (power) menjadi begitu menarik. Dalam pandangan Naomi, mengamati dan mempertanyakan makna kekuasaan adalah cara untuk mendorong konstruksi gender dan menemukan ruang maskulinitas dan femininitas di dalam diri kita secara individual.

Naomi Samara, Two Head 1, 33,5×42 cm, akrilik di atas kertas
Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.