Pameran Koleksi dan Arsip Toeti Heraty
Pengembaraan Toeti Heraty Dalam Menyelami Dunia Seni Rupa Moderen Indonesia
Memperingati 89 tahun hari lahirnya tokoh kebudayaan, almarhumah Toeti Heraty, sekaligus merayakan 29 tahun Cemara 6 Galeri dan Toeti Heraty Museum, digelar pameran koleksi dan arsip museum Toeti Heraty dengan judul Mengembara adalah menanggalkan nama, melepaskan bumi benda – benda kemilau dipermainkan angin, diambil dari puisi Toeti Heraty, Geneva, Bulan Juni, 1968.
Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi Roosseno, dikenal dalam berbagai profesi, mulai dari dosen, dokter, psikolog, sastrawan, penyair, filsuf, hingga aktifis, budayawan, tetapi juga seorang ibu, nenek, pengusaha dan masih banyak lagi.
Dalam acara pembukaan pameran, 27 November 2022 lalu, dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana. Ada catatan refleksi sosok Toeti Heraty oleh Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud dan Ristek, dan Karlina Supelli, Ketua Program Pascasarjana STF Driyakarya.
Karlina Supelli yang berhalangan hadir dan refleksinya dibacakan oleh Debra Yatim, pembawa acara, mengatakan bahwa Toeti bisa membahas dari sisi feminis tokoh Calon Arang, tokoh antagonis dari sisi patriarki tetapi juga bisa membuat puisi dari hal-hal kecil seperti kipas angin macet. “Karyanya selalu berupa kritikan berlandaskan kebudayaan yang terbuka, perspektif filosofis, mendobrak dan provokatif, namun tidak pernah terpecah, keprihatinannya yang serius akan situasi negeri ini”, ujarnya.
Hilmar farid menyatakan bahwa Toeti Heraty adalah seorang Intelektual Publik. “Dalam bukunya Aku Dalam Budaya (1984) memperlihatkan pemikiran Ibu Toeti yang berpikir kedepan tentang pembangunan di Indonesia yang seharusnya mengutamakan pluralisme dari keberagaman budaya di Indonesia,“ kata Dirjen kebudayaan itu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda pada tahun 1958, merupakan pertemuan pertamanya dengan seorang seniman seni rupa Mochtar Apin, saat berada di kapal laut bersama suaminya di Eropa. Dari pertemuan tersebut Toeti mendapat hadiah sebuah lukisan karya Mochtar Apin berjudul The Boat. Kebetulan seniman tersebut rekan sesama pengajar di ITB bersama Eddy Noerhadi, suami Toeti Heraty.
Dari pertemuan itulah, Toeti mulai mengenal karya- karya senirupa Indonesia, apalagi setelah pindah ke Jakarta dari Bandung. Ia mulai bergaul dengan kalangan seniman, sastrawan dan budayawan lainnya seperti Asrul Sani, Sapto Hudoyo, Kartika Affandi dan lainnya. Dari situlah ia mulai mengkoleksi karya-karya seniman Indonesia.
“Ibu Toeti membeli karya seni karena memang senang, bukan karena pemikiran untuk bisnis dan investasi. Karya-karya tersebut mempunyai narasi sendiri karena hubungan dekat dengan senimannya,“ ujar Inda Citraninda Noerhadi, salah satu putri kembar Toeti Heraty yang kini menjabat sebagai direktur Cemara 6 Galeri.
Pameran koleksinya merepresentasikan perjalanan pikiran Toeti yang bersentuhan dengan dunia seni rupa modern, yang membuka horizon baru kepada perbendaharaan bahasa visual yang berpengaruh terhadap penciptaan puisi dan tulisan-tulisan esainya. Bahkan kemudian beberapa buku atau jurnal-jurnal yang diterbitkan, sampulnya dihiasi dengan gambar karya- karya lukisan koleksi Toeti.
Karya koleksi Toeti hampir kebanyakan karya seni rupa modern dengan berbagai aliran, seperti kubistik, abstraksi, simbolik, ekspresionistik, dekorativisme, realis. Tak hanya lukisan tetapi juga ada patung, keramik , dan juga fotografi. Para seniman dalam karya koleksi Toeti merupakan nama-nama besar dan penting bagi perkembangan seni rupa Indonesia, dan bisa dikatakan mereka adalah tonggak sejarah seni rupa modern. Seperti di antaranya S. Sudjojono, Affandi, Ahmad Sadali, Mochtar Apin, Kartika Affandi, Agus dan Otto Djaja, Nashar, Ahmad Sadali, Trisno Soemardjo, Srihadi serta lain sebagainya.
Inda berharap dalam pameran ini, tidak hanya Galeri Cemara 6 makin dikenal masyarakat, “tetapi kegiatan ini juga sebagai upaya menyelamatkan dan melestarikan karya-karya seni rupa koleksi Toeti Heraty, dan sebagai upaya awal untuk melakukan kajian-kajian dari koleksi-koleksi tersebut yang merupakan karya yang berpengaruh terhadap perkembangan seni rupa moderen di Indonesia,“ katanya.
Pameran yang dikuratori oleh Dr. Inda C.Noerhadi dan Rifky Effendy dan ko-kurator Bagus Purwoadi dan Nirwan Sambudi ini akan berlangsung mulai 28 November 2022 – 28 Januari 2023. Pembelian tiket sebesar Rp 20.000,- dapat dibeli secara daring di Loket.com.
Kegiatan atau program untuk publik berkaitan dengan pameran ini antara lain :
A. EDUKASI
“Workshop Kolase oleh Milisifilem x Kamartkost Collective” pada Sabtu, 3 Desember 2023 | 10.00 — 11.00 WIB. Pemateri : Anisa Nabilla Khairo, Mardi Al Anhar, Syarifa Amira Satrio Putri, dan Wahyu Budiman Dasta.
B. BINCANG-BINCANG
1. Pameran Kolase Milisifilem Collective “Cutting Cyclus”, pada Sabtu, 14 Januari 2023 | 14.00 WIB. Dengan nara sumber : Hafiz Rancajale – Kurator Pameran, dan Ketua Forum Lenteng dan Linda Christanty – Sastrawan, dan Penulis Coloum. Moderator : Ronny Agustinus – Sastrawan, dan Penulis Coloum.
2. Tentang Koleksi dan Sosok Toeti Heraty, Sabtu, 21 Januari 2023 | 14.00 WIB. Dengan nara sumber Bambang Budjono – Kritikus seni rupa, Rifky Effendy – Kurator seni rupa, Ade Darmawan – Kurator, dan seniman. Moderator : Agung Hujatnikajennong – Pengajar FSRD ITB.
Sumber Foto: Ferry Irawan/Cemara 6 Galeri