Pameran Seratus Tahun Chairil Anwar: Aku Berkisar Antara Mereka
Hadirkan Arsip Lengkap Peninggalan Sang Pujangga
Memperingati 100 tahun Chairil Anwar, Komunitas Salihara mengadakan berbagai kegiatan. Mulai dari pameran arsip, ceramah, diskusi, malam seni, hingga kompetisi debat sastra tingkat SMA. Kegiatan Seratus Tahun Chairil Anwar berlangsung pada tanggal 26-30 Oktober 2022, namun untuk pameran arsip digelar mulai 28 Oktober – 4 Desember 2022.
Pameran arsip Chairil Anwar Aku Berkisar Antara Mereka dibuka secara resmi oleh Rizal Mallarangeng, salah satu komisaris Telkom dan penggemar sastra, pada hari Jumat sore, 28 Oktober 2022. Rizal Mallarangeng menyambut baik pameran ini,
“Saya berharap pameran ini tidak hanya bisa ditampilkan di Jakarta saja tetapi juga dihadirkan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, sebab pameran ini tidak hanya untuk penggemar sastra saja tetapi juga penting bagi generasi muda untuk mengenal tokoh sastra Indonesia,“ pesannya.
Bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi HB Jassin, pameran ini menghadirkan puluhan arsip-arsip berupa surat-surat, foto-foto dan video, sejak masa muda Chairil hingga wafatnya.
Dalam pameran ini, kurator Laksmi Pamuntjak dan Cecil mariani membagi pameran dalam beberapa potongan tema. Dalam tulisan pengantar pameran, Laksmi menyatakan bahwa dalam perayaan 100 tahun ini untuk memaknai ulang kontribusi sang penyair kepada sastra Indonesia, serta mendekonstruksi mitos-mitos seputar karya-karyanya.
“Pameran ini hendak menujukkan dalam masa kekaryaannya (1942 – 1949), Chairil melakukan kerja budaya dengan sungguh-sungguh. Ia membangkitkan kekayaan Bahasa Indonesia dengan menggali unsur baru maupun lama, asing maupun setempat. Ia mendekatkan puisi ke bahasa yang lebih membumi, yang lebih dekat ke bunyi dan ke impuls liriknya, ke bahasa sehari-hari. Ia menciptakan kata-kata baru, bangunan bahasa baru, ‘keonaran baru’ lewat permainan morfologisnya yang menggetarkan indera dan tubuh”.
Sosok Chairil Anwar memang lekat dengan julukan Binatang Jalang, ia dikenal sebagai pemberontak dengan gaya hidupnya yang bohemian, ugal-ugalan, namun cerdas, terbukti dengan menguasai 3 bahasa asing, yaitu Inggris, Belanda dan Jerman, mempunyai pergaulan yang luas dari politikus hingga tukang becak.
Sub tema-tema dalam pameran ini antara lain, mulai dari Aku Berkisar Antara Mereka yang menampilkan runtutan kejadian dalam hidup Chairil Anwar mulai dari Lahir 1922, merantau ke Jakarta tahun 1941 hingga wafat tahun 1949, lalu Gelanggang Seniman Merdeka, yang menceritakan gerakan kesenian dan tokoh-tokohnya yang didirikan oleh Chairil Anwar bersama Rivai Apin dan Asrul Sani pada tahun 1946.
Kemudian kita bergesar ke tema Chairil dan Seni Rupa, dimana pada bagian ini menceritakan kedekatan Chairil Anwar dengan para seniman seni rupa seperti Affandi, Sudjojono, Basuki Resobowo dan Sudjana Kerton.
Lalu dibahas juga soal Chairil dan Sajak, dimana pada karya-karya puisi dan prosa Chairil Anwar menjadi perdebatan di kalangan pujangga saat itu. Banyak dari karya Chairil yang dianggap karya plagiarisme. Namun kemudian oleh HB Jassin dianalisa dan keluar kesimpulan bahwa banyak karya Chairil yang merupakan saduran atau terjemahan, bukan tiruan. Menurut catatan HB Jassin, Chairil telah membuat 72 sajak asli karyanya, termasuk 1 berbahasa Belanda, 2 sajak saduran dan 11 sajak terjemahan.
Lalu ada tema Chairil dan Prosa yang terbagi dalam Prosa Terjemahan, Prosa dan Pidato, dan Chairil dan Laut. Selama dihidupnya Chairil membuat 7 prosa termasuk 1 prosa berbahasa Belanda dan 4 prosa terjemahan karya para sastrawan dunia. Selain itu ia membuat pidato di radio RRI seputar perkembangan sastra di Indonesia secara rutin. Catatan pidatonya tersimpan di Pusat Dokumentasi HB Jassin.
Yang menarik dari pameran ini adalah kesimpulan dari kurator bahwa Chairil sering menggunakan kata-kata seputar laut, seperti kapal, pulau, berlayar, laut, pelabuhan, biru, sebagai kata-kata kiasan dalam karya-karyanya. Lalu kurator menunjukkan satu puisi yang menarik bertemakan laut yang bisa jadi memiliki makna tidak sekadar tentang laut, dari karyanya tahun 1946 berjudul Kabar dari Laut.
Bagian lain dari pameran ini adalah Wafatnya Sang Pujangga dan Chairil dalam Monumen. yang menuliskan cerita fakta seputar saat–saat terakhir Chairil hingga wafat. Chairil wafat tahun 1949 dengan berbagai komplikasi penyakit, dimana kesehatannya memburuk sejak bercerai dengan istrinya Hapsah Wiraredja yang memilik satu anak perempuan, Evawani Alissa.
Sesudah wafat, Charil Anwar banyak diabadikan lewat patung monumen di berbagai daerah, baik itu di Jakarta, Malang maupun di Sumatera Barat.
Melihat pameran ini, pengunjung dapat melihat sosok dan perjalanan hidup Chairil Anwar secara utuh dan lengkap. Dan benar kata Rizal Mallarangeng, pameran ini penting untuk wawasan generasi muda dan pantas disebarkan ke kota-kota lain di Indonesia.
Pameran akan dibuka setiap hari Selasa-Minggu pukul 11:00-19.00 WIB, Senin dan hari libur nasional tutup. Harga tiket:Rp35.000 (umum) Rp25.000 (pelajar/mahasiswa). Dapat dibeli dengan mengunjungi situs Komunitas Salihara.
Sumber Foto: Ferry Irawan