Pameran Tunggal Budi Ubrux, Realisme Mistis Ratu Adil untuk Ilustrasi Buku Budayawan Sindhunata
Mitos Ratu Adil, lekat dengan penderitaan wong cilik yang tergerus ketidakadilan penguasa. Bertahan dalam penderitaan sambil mengharapkan datangnya sosok yang akan memerdekakan mereka, memberikan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat kecil dan tanah mereka.
Tema Ratu Adil ini menjadi disertasi dari budayawan Sindhunata, yang kemudian ingin diterbitkan namun ingin tidak sekedar menjadi bacaan akademis semata tetapi dengan ilustrasi dukungan dengan gambar-gambar dari pelukis handal yang mengerti dan dapat menuangkan interpretasi bukunya ke dalam lukisan.
Untuk itu Romo Sindhu meminta seniman Budi ‘Ubrux’ Haryono untuk membuat karya gambar seperti sketsa dan lukisan sebagai ilustrasi untuk buku disertasinya.
Buku berjudul Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik adalah kisah pergulatan dan perlawanan wong cilik. Buku yang bisa dibilang sebagai karya monumental Romo Sindhunata ini menggali berbagai literatur penting, cerita dan catatan yang terabaikan dari tanah Jawa pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Buku ini setebal 678 halaman dan dijual mulai dari harga Rp 299.000,00.
Tak hanya sebagai ilustrasi bagi buku wartawan senior Kompas itu, karya-karya Budi Ubrux yang terdiri dari 8 lukisan dan 40 drawing (gambar sketsa) dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta pada 12-18 Januari 2024 dan di Bentara Budaya Yogyakarta pada 26 – 31 Januari 2024.
Dari lukisan karya seniman yang tergabung pada Galery Ohana itu 6 diantaranya berukuran 2×4 meter, yang mewakili imajinasi Budi Ubrux atas disertasi yang dibacanya. Situasi wong cilik dengan gambaran laki-laki bertelanjang dada sambil memegang ayam jago, warga desa dan petani dengan hasil pertaniannya serta hewan-hewan peliharaan serta berlatar belakang alam sekitar.
Agus Noor, kurator dalam pameran ini menyatakan bahwa karya-karya yang dipamerkan merupakan gambaran pergulatan nasib wong cilik dan penantian akan Ratu Adil.
“Gambaran ‘realis mistis’ menjadi bahasa visual yang diungkapkannya untuk mencapai kesan ambiguitas, apakah ratu Adil adalah gambaran realis sosiologis atau hanya imaji mistis seputar perlawanan dan harapan rakyat?”, ujar Agus Noor dalam tulisannya.
Dengan dominasi warna kecoklatan, karya seniman yang mendapatkan Philip Morris Art Award tahun 2000 itu memang begitu realis namun juga mistis. Gambaran kumpulan wong cilik dengan ayam-ayam jagonya dengan judul All of My Hopes dan My Dignity, saat adu banteng dengan judul Ferocity of Bull Fighting, dan lukisan kisah Nabi Nuh berjudul The Boat of Emancipation and Hope seakan menembus dimensi lukisan dan terasa hidup.
Apalagi melihat kumpulan drawing yang terlihat garis-garis kecilnya yang dicoret pendek-pendek, membentuk bentuk dimensi potret tokoh, situasi dan imajinasi sederhana namun mendalam. Membuat gambar-gambarnya terlihat unik, sederhana namun mahal.
Budayawan Sindhunata menyatakan bahwa berkat karya lukisan dan gambar Budi Ubrux, buku Ratu Adil tidak hanya sebagai disertasi biasa tetapi menjadi buku ilmiah yang bernuansa seni rupa.
Sumber Foto: Ferry Irawan