Pameran Tunggal Octo Cornelius Mengukur Ulang
Manfaatkan Kayu Bekas Material Rumah Tua dan Perahu Nelayan
C On Temporary, Bandung, tengah menghadirkan Pameran Tunggal Mengukur Ulang karya Octo Cornelius, mulai 27 Mei–24 Juni 2023. Pematung yang berbasis di Yogyakarta ini menghadirkan bentuk-bentuk unik dari sisa-sisa material kayu. Terinpirasi dari berkurangnya bahan-bahan kayu berkualitas, banyak bangunan yang memanfaatkan sisa kayu dari rumah tua untuk digunakan kembali.
Dari kayu bekas berkualitas baik ini, tebersit tanya, dari mana asalnya, bagaimana bentuk awalnya dan apa fungsinya, kemudian dicoba disusun kembali, dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang tampak akrab dengan keseharian kita menjadi bentuk-bentuk sebagai ekspresi kreatif sang seniman.
Lewat pameran tunggal pertamanya di Bandung, Octo memperkenalkan konsep ‘mengukur ulang’ – yaitu mengukur kembali, tindakan berulang dalam memverifikasi pengukuran yang sudah dilakukan untuk memastikan akurasi, yang bagi Octo merupakan sebuah langkah penting dalam proses pengkaryaan material kayu. Dalam karya-karya terbarunya, kita dapat melihat tempat tinggal buatan manusia, bentuk-bentuk mirip rumah, dan struktur arsitektur yang dibangun dari baha-bahan daur ulang.
Namun Mengukur Ulang bisa lebih dalam lagi maknanya. Tidak saja mengukur sebuah material tetapi juga bermakna mengukur ulang diri kita sendiri sebagai pribadi. ‘Mengukur ulang’ menggambarkan praktik introspektif. Secara sengaja mengambil langkah mundur, memaksa kita untuk mempertimbangkan tindakan dan pengalaman masa lalu kita.
Saat kita ‘mengukur ulang’, apa saja yang telah terjadi dan kita lalui, disadari atau tidak berdampak signifikan pada apa yang akan kita lakukan di masa depan. Dengan sengaja melibatkan diri dalam proses mengukur ulang, kita membuka diri untuk tumbuh, memperbaiki, dan memahami lebih dalam tentang diri kita sendiri, serta bagaimana keberadaan kita memengaruhi lingkungan sekitar kita.
Dalam pengerjaan karyanya, Octo mementingkan presisi yang merupakan aspek yang sangat penting dalam menangani kayu sebagai medium. Sifat alami kayu yang kuat namun rentan berarti bahwa Octo harus mengasah sensitivitasnya yang mendalam untuk menyeimbangkan keterbatasan material yang terlihat dengan kemungkinan-kemungkinan yang tak terlihat.
Kayu dapat retak atau pecah jika ada kekuatan yang dipaksakan pada material tersebut, namun pada saat yang sama, intervensi ini juga dapat memberikan bentuk-bentuk yang diinginkan sesuai dengan niat seninya.
Dalam pameran ini Octo menampilkan 50 komposisi karyanya. Kesemuanya dibuat dalam kurun waktu dari 2 tahun lalu sampai 3 bulan sebelum acara pameran. “Saya punya kecenderungan selalu mengolah karya, entah ada project ataupun tidak. Karena menurut saya, seniman harus mengolah karya untuk perkembangan si seniman sendiri dan juga karyanya. Dalam proses tersebut pasti akan menemukan banyak hal yang baru atau hal lama yang terbarukan pada setiap proses pembuatan karya. Dari yang berbentuk material ataupun non material (seperti konsep, ide, teknis hingga sistem-sistem yang mengikutinya),“ ujar seniman kelahiran Rembang ini.
Soal bahan baku karyanya ia dapatkan dari berbagai sumber, “ada yang dari pengepul material rumah tua, ada pula dari teman atau kerabat. Dan sebagian besar adalah bagian jointing dari konstruksi rumah. Bahkan ada juga yang dari kayu-kayu bekas kapal nelayan di Rembang.”
Ayo kita selami karya Octo Cornelius, langsung datangi C On Contemporary, dan masuk gratis.
Sumber Foto: Dok. C On Contemporary