Papermoon Puppet Sajikan A Bucket of Beetles
Sebuah Perenungan Relasi Manusia dengan Alam
Papermoon Puppet Theatre, teater boneka asal Yogyakarta, kembali menghadirkan lakon bonekanya. Kali ini dalam rangkaian program Helateater dari Komunitas Salihara yang sudah berjalan sejak 18 Februari 2023, Papermoon Puppet hadir bersama 4 kelompok teater lainnya. Tampil pada tanggal 9 Maret 2023 lalu saat media preview, Papermoon Puppet Theatre menyajikan lakon A Bucket of Beetles, cerita persahabatan seorang anak dengan seekor kumbang badak. Pertunjukan ini berjalan selama 3 hari berturut-turut dengan 6 kali pentas.
Serangga, sebagai bagian dari penyeimbang alam, sering dianggap sebagai hama dan pantas dimusnahkan. Padahal serangga juga merupakan indikator sebuah ekosistem. Dalam pentas ini Papermoon Puppet mengajak penonton untuk merenungi kembali relasi manusia dengan alam, bagaimana kita menjaga dan melestarikan alam beserta mahluk hidup lain di dalamnya, bukan menghancurkan dan membuatnya sebagai alat produksi keuntungan semata.
A Bucket of Beetles adalah cerita tentang seorang tokoh anak kecil bernama Wahea yang suka bermain di dalam hutan dan kemudian bersahabat dengan seekor kumbang badak yang selalu mencari cahaya. Kumbang badak ini kemudian menyelamatkan Wahea saat terjadi kebakaran hutan. Setelah kebakaran tersebut, kumbang badak dan seisi hutan lainnya harus mengungsi. Wahea kemudian mencari hutan baru yang bisa menjadi tempat tinggal sahabatnya itu. Beberapa saat setelah kejadian itu, mereka menemukan bahwa hutan bekas tempat mereka bermain itu telah menjadi ladang perkebunan sawit.
Seperti biasa, Pepermoon Puppet menghadirkan suasana teaterikal yang menakjubkan. Panggung Teater Salihara disulap menjadi hutan belantara yang lengkap dengan pohon-pohon dan hewan. Teknik pencahayaan siluet menghadirkan suasana hutan, detil setting yang dramatis hingga kreasi motorik serangga dan boneka.
Pertunjukan ini terinspirasi dari kisah yang diceritakan oleh seorang anak laki-laki, Lunang Pramusesa, putra dari Maria Tri Sulistyani, atau dikenal dengan nama Ria Papermoon, saat berusia 4 tahun. Lunang merupakaan puppeteer termuda dalam lakon ini. Semua desain boneka hewan dalam lakon diambil dari imajinasinya. Produksi ini sebelumnya disajikan secara virtual dengan live streaming performance dari studio Papermoon Puppet di Yogyakarta 2020 lalu.
“Jadi cerita ini bertumbuh dari imajinasi anak kecil yang sedang asik merawat serangga hingga akhirnya berkembang, dari riset tentang serangga hingga akhirnya kami tahu bahwa kumbang badak ternyata dianggap hama dalam perkebunan sawit, “kata Maria yang adalah sutradara dan penulis skenario.
Papermoon Puppet Theatre didirikan pada April 2006 di Yogyakarta, Indonesia, oleh Maria Tri Sulistyani (Ria). Ia kemudian memelihara, mengembangkan, dan memperluas kerja-kerja komunitas teater boneka ini bersama sang suami Iwan Effendi, seorang seniman visual dan desainer boneka Papermoon. Mereka bekerja sama dengan seniman boneka lainnya, antara lain Anton Fajri, Pambo Priyojati, Beni Sanjaya, Muhammad Alhaq dan Hardiansyah Yoga.
Hingga saat ini, Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 pertunjukan boneka dan instalasi serta pameran seni visual dan telah berkeliling ke lebih dari 10 negara. Pada 2008, Papermoon Puppet Theatre menggagas program Pesta Boneka, sebuah biennale boneka internasional yang menyambut para seniman boneka dari seluruh dunia untuk ditampilkan di Indonesia.
Sumber Foto: Ferry Irawan