Purnati di TIM/Jakarta
Persembahan Bumi Purnati Indonesia untuk Seni Pertunjukan di Indonesia
Bumi Purnati Indonesia, sebuah perusahaan kesenian independen, yang bergerak pada seni pertunjukan, konsultan seni, manajemen even, penyelenggara pameran dan penerbit, mengadakan kegiatan berjudul Purnati di TIM/Jakarta. Kegiatan ini untuk merayakan kebhinekaan dalam seni pertunjukkan Indonesia ( musik, tari dan teater).
Dalam dua hari , Sabtu dan Minggu, 25-26 Februari 2023 lalu, Purnati Indonesia menggelar pertunjukkan teater di Ruang Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Lakon yang ditampilkan ada 3, yaitu, Mirah, Singa Marunda dan Ranini.
Dalam pertunjukan dengan konsep teater rakyat ini, penonton dapat menonton sambil duduk di kursi atau lesehan, dengan kesan tidak berjarak dengan penampilan pada aktor dan aktris yang sedang pentas. Maka Ruang Wahyu Sihombing yang cukup luas terbagi dalam 3 pengaturan tata pertunjukkan yang berbeda.
Restu Kusumaningrum, menjelaskan bahwa kegiatan ini untuk menampilkan kepada masyarakat apa saja yang telah dilakukan oleh Bumi Purnati Indonesia selama ini, “pertunjukan yang ditampilkan adalah apa yang telah kami buat selama ini”, ujar Restu secara singkatnya.
Mirah
Terinspirasi dari novel Mirah dari Banda karya Hanna Rambe (2003). Tokoh Mirah diperankan oleh 2 aktris, yaitu Sri Qadariatin dan Sarah Nurmala, serta tokoh Lawao diperankan oleh Rahmat Pangestu. Disutradarai oleh Sri Qadariatin, lakon ini menceritakan tokoh Mirah yang kehidupannya tragis. Ia dipaksa pergi ke Banda Neira untuk dipekerjakan oleh orang Belanda sebagai pekerja di perkebunan pala, yang kemudian menjadi nyai, istri orang Belanda pemilik kebun. Namun kemudian hidupnya semakin terpuruk akibat masuknya penjajah Jepang ke kawasan Banda.
Singa Marunda
Singa Marunda terinspirasi dari cerita rakyat Betawi Singa Betina dari Marunda yang pernah difilmkan pada tahun 1971, yang dibintangi Conny Sutedja dan WD Mochtar. Tentang seorang gadis bernama Mirah yang tumbuh besar bersama ayahnya yang seorang jawara Betawi. Ia kemudian tumbuh besar menjadi gadis cantik yang juga jago silat. Dalam pergumulannya dalam masyarakat patriaki yang membatasi hidupnya sebagai seorang gadis, ia harus pintar dalam menjalani hidupnya, bersikap melankolis, romantis dan maskulin, yang digambarkan dalam tiga topeng.
Pertunjukan yang disutradarai Irfan Hakim ini mengajak kelompok musik Kampus Betawi, yang menggarap musik gambang kromong sebagi pengiring latar musiknya. Tokoh Mirah dimainkan oleh 3 aktris yang mewakili ketiga karakter topeng yang berbeda dalam urutan babak yang mewakilinya, melankolis, romatis dan maskulin.
Ranini
Disutradarai oleh Restu I. Kusumaningrum dan dramaturgi oleh Agatha Irena Praditya. Lakon ini mengangkat kisah perjalanan transformatif Dewi Uma menjadi Durga. Dia memiliki jiwa yang berapi-api yang dihancurkan, kemudian terlahir kembali dalam kehidupan baru.
Karya ini digarap dengan bentuk penyajian koreografi kontemporer, menggambarkan sebuah transformasi seorang Dewi Uma yang lembut dan baik hati menjadi seorang raksasa yang kuat sakti mandraguna bahkan sampai bisa mengalahkan raksasa yang ditakuti para Dewa. Pertunjukkan Ranini dipadukan antara pertunjukan layar video sebagai latar belakang, dengan kehadiran tokoh yang sama dengan yang ada di layar video.
Peluncuran Buku Tadashi Suzuki Budaya Tubuh
Selain pertunjukan teater, Purnati Indonesia juga meluncurkan buku Budaya Tubuh (Culture is The Body) kumpulan tulisan tentang teater karya Tadashi Suzuki, yang dibukukan dalam bahasa Inggris oleh Kameroon H. Steele, pada Sabtu, 25 Februari 2023 di Ruang Teguh Karya, TIM.
Di Indonesia diterbitkan oleh Bumi Purnati Indonesia dengan harga Rp 140.000,00. Berisikan 236 halaman yang menceritakan buah pikiran Tadashi Suzuki yang bisa menjadi panduan masyarakat dalam berteater. Buku ini telah mendapatkan ijin resi dari Suzuki Company of Toga ( SCOT) lembaga di mana Suzuki mengelola tempat pembinaan teater di Toyama, Jepang.
Bumi Purnati Indonesia telah lama bekerjasama dengan SCOT dalam pembinaan teater termasuk mengadakan pertunjukkan berskala internasional yaitu, Dyonisus dan Electra.
Sumber Foto: Ferry Irawan