Rumah Lebah
Rumah Lebah adalah novel misteri psikologis yang mengisahkan hari hari sebuah keluarga kecil dengan sudut pandang masing masing tokoh utama. Mereka adalah Mala (anak), Nawai (ibu), dan Winaya (ayah). Alur kisahnya membawa pembaca untuk memecahkan teka teki siapakah keenam sosok misterius yang hanya bisa dilihat Mala dan mengapa mereka hadir sebagai bagian keluarga di dalam rumah itu.
Mala bersama kedua orangtuanya tinggal di sebuah rumah di daerah perbukitan.
Rumah itu jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Ketenangan sangat membantu Wiyana
dalam menulis novel novelnya. Begitupun Nawai yang merasa nyaman hidup jauh
dari ‘peradaban’. Mala sendiri mengisi harinya dengan sepi tapi bukan berarti
kesepian. Ia memang masih kecil. Namun, hari harinya lebih spesial dibandingkan
dengan anak lain sebayanya. Ia senang sekali membaca ensiklopedia. Ia bisa
menulis puisi yang sajaknya nampak mustahil dirangkai oleh seo rang anak yang
seharusnya masih duduk di bangku SD. Lebih spesial lagi, ia berinteraksi dengan
e nam orang misterius yang tinggal di dalam rumahnya, yaitu Wilis, Satira, Ana,
Abuela, dan si Kembar. Nawai dan Wiyana pun tak tahu siapa mereka sebenarnya.
Dalam kacamata orang dewasa keenam orang itu adalah teman teman bayangan
Mala. Tak hanya sebagai tem an bayangan, keenamnya turut ambil peran dan sedikit
banyak memengaruhi kehidupan Mala.
Tokoh Mala dalam novel ini dapat dikatakan cukup berbeda dari tokoh anak
anak yang cenderung digambarkan ceria, selalu ingin tahu, dan senang bermain.
Penokohan Mala memberikan pesan bahwa seorang anak dapat memiliki sisi lain
yang tak selalu mudah dipaham i oleh orang dewasa termasuk orangtuanya sendiri.
Interaksinya dengan keenam orang yang hanya bisa dilihat oleh dirinya membuatnya
berbeda dengan anak lain. Seorang kerabat keluarga menyebut Mala sebagai anak
indigo. Kerabat lain yang sebaya menganggapnya aneh dan gila. Keenam orang
misterius itu pun punya karakter yang berbeda beda. Tak semuanya membuat Mala
merasa nyaman, seperti Satira. Bagi Mala Satira cukup menakutkan. Begitupun
dengan Tante Ana. Ia adalah sosok yang kadang membuat Mala merasa tenang tapi
kadang membuatnya jengah.
Karakter-karakter tiga tokoh utama dalam novel ini diceritakan dengan detail melalui
sudut pandang masing masing tokoh. Pembaca akan bisa menangkap pergulatan
pikiran maupun perasaan tiap tokoh terhadap kehidupan yang mereka jalani serta
relasi mereka deng an tokoh tokoh lainnya. Layaknya keluarga, interaksi ketiga tokoh
utama membawa gambaran tentang bagaimana masing masing pihak berkompromi
terhadap keadaan dan berusaha memahami satu sama lain.
Setelah membaca halaman demi halaman, pembaca diajak untuk mencerna apa
yang sebenarnya terjadi pada Mala. Terdapat konflik yang cukup intens pada
beberapa bab terakhir. Melalui konflik tersebut terkuak latar belakang Mala memiliki
enam orang teman khayala n yang kerap disebut Nawai dan Winaya sebagai hantu
hantu. Kejadian kejadian pada beberapa bab terakhir selalu memantik rasa
penasaran dan membuat pembaca terus melanjutkan kisahnya. Penokohan Mala
dalam novel ini cukup mengesankan. Melalui mata Mala kejad ian kejadian yang tak
disadari oleh orang lain, termasuk ibunya Nawai bisa terlihat. Sisi misteri pada kisah
ini cukup membuat begidik, terlebih saat kisahnya diceritakan melalui sudut pandang
Mala yang mana keenam sosok itu sebenarnya nyata dan sangat dek at dalam
kehidupan Mala.
Pada akhirnya yang dapat kita petik dari novel ini adalah bahwa tak selalu adil untuk
melabeli seseorang karena ia memiliki kejanggalan kejanggalan yang kita anggap
abnormal. Sebab mereka belum tentu menyadarinya atau justru merasa kebingungan dan kesulita n untuk menghadapinya. Kemauan untuk memahami dan membantu untuk mencari solusi mungkin bisa menjadi jalan untuk mencegah kejanggalan itu menjadi sesuatu yang membahayakan.
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 288 halaman