Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Sang Penari I Ketut Marya

Sang Penari I Ketut Marya

Maestro Tari Bali

Tarian tradisional yand ada di bumi Indonesia merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang harus dilestarikan. Ada banyak tarian klasik yang kita kenal dan telah menjadi budaya lokal yang mengakar di masyarakat.

Salah satunya adalah tarian tradisional Bali. Menari bagi masyarakat Bali tidak hanya sekedar melakukan rutinitas yang menarik, tetapi lebih merupakan pengabdian pada praktik budaya dan kepada Yang Mahakuasa, karena tarian adalah bagian dari persembahan dalam upacara keagamaan dalam agama Hindu Bali.

I Ketut Marya atau juga dikenal dengan nama I Mario adalah seorang penari legendaris Bali yang diperkirakan lahir pada 1897 di desa Belawan, Denpasar, dari keluarga petani miskin. Setelah ayahnyameninggal, ibunya, bersama ke-lima anaknya pindah ke Tabanan dan menjadi abdi di Puri Kaleran Tabanan. Di sana Mario belajar menari diperkirakan sejak usia sekitar 6 tahun. Mario kecil ternyata sangat berbakat.
Seorang bangsawan bernama Anak Agung Nyurah Made Kaleran, yang mencintai seni dan banyak mendukung seniman di daerahnya, melihat bakat Mario. Konon, ia diidentifikasi sebagai ayah angkat Mario. Ia kemudian meminta dua guru tari, Pan Candiri dan Salit dari Mengwi Gede untuk mengajarnya. Dalam waktu singkat Mario menguasai Sisia Calonarang. Tariannya menawan dan gerakannya berkarakter sehingga penggemar Calonarang mengaguminya.

I Mario kemuldian menjadi penari Sekeka Gong Pangkung di Tabanan. Ia bergabung dengan penari-penari seperti Gusti Rai Gerede, I Nengah Gawang, dan Wayan Cekeg. Di sinilah Mario mulai dikenal. Dan di sini pula Mario mulai menjadi koreografer. Ia menciptakan Tari Terompong, Tari Kebyar Duduk dan Tari Oleg Tambulingan yang terkenal. Pada tahun 1958 ia pergi bersama rombongan ke Paris, Belanda, Inggris, Amerika dan Kanada. Pada tahun 1962 mereka melakukan tur ke Amerika. Ciptaannya yang monumental, Kebyar Duduk, atau jika ditarikan dengan trompong, Kebyar Trompong, memicu revolusi dalam seni tari Bali.

Kebyar dalam bahasa Bali berarti gemerlapan atau bersinar dan dalam musik menggambarkan perubahan volume dan tempo yang dinamis dan tiba-tiba. Nama kebyar duduk berasal dari cara tarian itu dibawakan. Gerakan penari hampir semuanya dilakukan dengan duduk. Tarian tersebut dibawakan oleh seorang penari pria lajang, meski riasan wajahnya membuatnya tampak hampir androgini. Ia memakai sehelai kain (kemben) sepanjang 5 meter yang dihias dengan pola bercat emas yang disebut prada. Udeng, kipas yang terus diputar-putar juga berwarna emas dan berkilau.

Bagian dari gerakan tari dilakukan dengan posisi yang sulit yaitu setengah jongkok, dan terlihat unik ketika penari dapat bergerak dengan cepat. Penekanan tari kebyar ada pada penarinya sendiri yang menginterpretasikan nuansa musik dengan ekspresi wajah dan gerak. Dalam Kebyar penari bergantung pada gamelan, ia tidak memamerkan dirinya sendiri tetapi musiknya, memproyeksikan setiap suasana hati dan nuansa ritme.
Matanya sangat aktif, menyampaikan berbagai macam emosi yang dapat berkisar dari centil hingga malu-malu hingga marah selama rutinitas. Namun tarian ini murni interpretatif dan tidak dimaksudkan untuk menyampaikan cerita.

Kebyar Duduk menjadi salah satu tarian ikonik Bali dan menjadi pokok pertunjukan publik di Indonesia dan mancanegara. Di luar negeri, Mario diberi julukan The Great Mario seperti yang dikutip Soedarsono dalam naskah bukunya (1953). Namun sayang buku itu tidak dipublikasikan.

Sumber foto: Pinterest, Wikipedia

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.