Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Sitti Nurbaya: Kasih tak sampai

Sitti Nurbaya: Kasih tak sampai

Sitti Nurbaya merupakan kisah roman yang menjadi simbol abadi kasih yang tak tersampaikan. Legenda Sitti Nurbaya berasal dari Tanah Minang, tanah kelahiran sang penulis, Marah Roesli. Banyak orang menyangka kisah romantis ini adalah kejadian nyata yang pernah terjadi. Sitti Nurbaya merupakan karya fiksi tentang cinta remaja antara Sitti Nurbaya dengan seorang pemuda Minang bernama Samsul Bahri. Bahkan pada satu saat ada istilah zaman ‘Siti Nurbaya’ yang berhubungan dengan perjodohan. Biasanya ditujukan pada seorang perempuan yang dipaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya.

Marah Roesli atau Marah Rusli lahir dari keluarga keturunan bangsawan. Gelar ‘Marah’ untuk Marah Rusli didapat dari ayahnya yang bergelar ‘Sutan’, Sutan Abu Bakar yang merupakan demang dan keturunan langsung Raja Pagaruyung. Ibunya berasal dari Jawa dan masih keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro. Dalam adat Minangkabau, anak laki-laki dari seorang ayah yang bergelar Sutan dan ibu yang tidak bergelar, akan memiliki gelar ‘Marah’.

Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai ‘Bapak Roman Modern Indonesia’. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang digunakan adalah hikayat. Penulis yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Agustus 1889 ini adalah sastrawan Indonesia dari angkatan Balai Pustaka. Sitti Nurbaya merupakan karyanya yang paling terkenal hingga saat ini. Novel ini pertama kali diterbitkan tahun 1922 dan sampai tahun 2008 telah memasuki cetakan ke-44.

Buku ini bercerita tentang Sitti Nurbaya yang merupakan anak seorang pedagang kaya raya Bagindo Sulaiman. Ia dikenal cerdas serta memiliki prinsip hidup yang kuat. Cara berpikirnya tentang pernikahan berbeda dari saudara-saudaranya. Pendirian yang kuat serta pandangannya terhadap pernikahan itu membuat Datuk Maringgih, seorang pria tua kaya raya yang kikir dan sudah memiliki banyak istri, tertarik dan ingin menjadikannya istri muda. Namun Sitti Nurbaya telah jatuh cinta pada seorang pria bernama Syamsul Bahri anak Sutan Mahmud seorang Penghulu di Padang yang merupakan tetangganya sendiri. Mereka berdua sudah saling kenal sejak kecil dan saling jatuh cinta. Kisah kasih mereka berjalan mulus hingga saat Syamsul Bahri harus melanjutkan pendidikan dokternya di Batavia (Jakarta). Dengan berat hati kedua remaja itu berpisah dan menjalani hubungan jarak jauh.

Datuk Maringgih yang sejak pertemuan awal dengan Sitti Nurbaya sudah menginginkannya sebagai istri muda mendengar kepergian Samsul Bahri. Ia kemudian melakukan segala cara untuk mendapatkan Sitti Nurbaya. Dari mulai memintanya secara baik-baik hingga melakukan cara yang licik. Rasa iri akan keberhasilan Bagindo Sulaiman, ayah Sitti Nurbaya, juga membuat Datuk Maringgih menjadi nekat hingga melakukan tipu muslihat yang membuat Bagindo Sulaiman jatuh bangkrut. Ia menawarkan pinjaman kepada ayah Sitti Nurbaya dengan bunga yang tinggi. Karena terdesak keadaan, Bagindo Sulaiman menerima tawaran tersebut. Tapi ia ternyata tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Tanpa paksaan, Sitti Nurbaya lalu mengajukan diri untuk menjadi istri muda Datuk Maringgih dengan syarat seluruh utang ayahnya dianggap lunas.

Datuk Maringgih menerima tawaran tersebut dengan gembira. Dan inilah awal dari penderitaan Sitti Nurbaya. Datuk Maringgih mempunyai watak dan perangai yang kasar. Karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya, Sitti Nurbaya lari ke Batavia menemui Samsul Bahri. Tetapi ia tidak bisa lama di sana karena Bagindo Sulaiman, ayah Sitti, meninggal dunia. Ia pun kembali ke Padang.

Kepulangan Siti Nurbaya disambut dengan kemarahan serta kebencian yang mendalam dari Datuk Maringgih. Ia kemudian berencana memusnahkan istri mudanya itu dari muka bumi. Ia memerintahkan anak buahnya untuk menawarkan nasi lemang kepada Sitti Nurbaya yang sudah ia beri racun sebelumnya. Akibat perbuatan Datuk Maringgih Siti Nurbaya menemui ajalnya.

Mendengar kekasihnya meninggal dunia, Samsul Bahri berniat untuk balas dendam. Beberapa tahun kemudian Samsul Bahri memutuskan untuk masuk menjadi opsir Belanda. Satu saat Samsul dikirim ke Padang untuk memadamkan suatu pemberontakan di sana. Di medan inilah ia bertemu dengan pemberontak yang diketuai oleh Datuk Maringgih. Dalam pertarungan itu Datuk Marringgih tewas sedangkan Samsul Bahri luka parah. Di akhir cerita Samsul Bahri menemui ayahnya dan meminta maaf. Ia akhirnya meninggal menyusul kekasihnya Sitti Nurbaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.