Kultural.id Didukung Kemenparekraf Gelar Pameran Virtual Ilustrasi Dongeng
Budaya adalah kunci dalam membentuk manusia dan menunjukan jati diri seseorang. Dengan pengenalan budaya yang kuat, maka seseorang dapat memiliki jati diri yang jelas, sehingga dapat berkarya dan berkontribusi dengan maksimal.
Keragaman bentuk budaya selalu dapat menjadi inspirasi dalam berkarya, sehingga menjadikan manusia Indonesia yang unik dan utuh.
Sebagai sebuah platform digital seni dan budaya, Kultural.id ikut mengambil peran dalam memajukan seni dan budaya melalui program-program yang melibatkan seniman, pekerja seni dan budaya, serta masyarakat yang lebih luas.
Dalam kerangka besar menjalankan misi seni dan budaya tersebut, Kultural.id akan mengelar Pameran Virtual Ilustrasi Dongeng dengan melibatkan ilustrator-ilustrator tanah air. Pameran virtual ini dihelat sebagai kelanjutan dari program Digital Folklore Festival yang digagas oleh seniman dan sutradara pertunjukan Rama Soeprapto.
Digital Folklore Festival merupakan salah satu program Kultural.id yang telah bergulir sejak bulan Juni 2020 yang lalu. Dengan pendekatan yang aktif, interaktif, dan modern, Digital Folklore Festival melakukan upaya untuk melestarikan dongeng atau cerita rakyat yang merupakan bagian dari khasanah kekayaan folklore Indonesia.
Selain menggali dan melestarikan dongeng dan cerita rakyat tradisional melalui upaya alih media, Digital Folklore Festival juga berupaya merawat tradisi mendongeng dengan mendorong penciptaan dongeng-dongeng baru yang merupakan medium penyampai pesan yang menarik.
Dalam Digital Folklore Festival sebelumnya, telah dilaksanakan kegiatan kampanye berbagi dongeng. Kegiatan ini melibatkan audiens dalam menyampaikan dongeng-dongeng tradisional nusantara melalui karya video yang diunggah di media sosial instagram.
Aktivis dongeng tanah air PM Toh juga turut terlibat dalam program ini dengan menampilkan beberapa dongeng tradisional yang dikemas menjadi pertunjukan yang menarik di platfrom media sosial. Menurut PM Toh, dongeng harus terus disampaikan melalui beragam media agar terus ada dan menjadi bagian dalam konsumsi seni populer masyarakat luas.
Selain program berbagi dongeng, Digital Folklore Festival juga menyelenggarakan event serial pembacaan dongeng baru yang diangkat dari karya berjudul Bias karya penulis Titien Wattimena.
Dongeng yang awalnya merupakan karya musikal gitaris kenamaan Tohpati ini dikemas menjadi serial pembacaan dongeng dengan iringan musik oleh Tohpati yang melibatkan artis-artis tanah air yaitu Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Wulan Guritno, Tora Sudiro, Lukman Sardi, Rio Dewanto, Atiqah Hasiholan, Cut Mini, dan Shelomita.
Dari serial pembacaan dongeng Bias, Digital Folklore Festival berlanjut ke dalam bentuk Pameran Virtual Ilustrasi Dongeng.
Kegiatan yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) ini rencananya akan berlangsung pada bulan Oktober 2020 yang akan datang.
“Pemerintah mendukung seniman untuk bersiasat memanfaatkan keterbatasan untuk mencari kesempatan. Berimajinasi dan berekspresi dalam medium dan estetika yang baru dengan nilai budaya di dalamnya akan meningkatkan nilai jual dari pelaku ekonomi kreatif dan karyanya saat ini, karena masyarakat penikmat seni juga beralih digital,” papar Yuana Rochma Astuti, Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf.
Menurut Rama Soeprapto, sebagai penggagas dan konseptor gelaran ini, Kemenparekraf/Baparekraf sangat mendukung upaya-upaya penciptaan karya-karya baru terutama yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kantong-kantong baru yang mendukung terciptanya lapangan kerja dalam bidang industri kreatif.
“Pameran ini merupakan bagian dari Digital Folklore Festival yang sudah dimulai pada bulan Juni yang lalu, kita ingin melibatkan lebih banyak seniman dan audiens yang lebih luas dengan memanfaatkan medium digital,” demikian dijelaskan Rama Soeprapto.
“Dongeng Bias ini ‘kan karya story telling yang baru. Tetapi dia berangkat dari tradisi dongeng yang merupakan kekayaan budaya kita,” imbuh Rama mengenai dongeng Bias karya Titien Wattimena.
Pameran virtual ilustrasi dongeng Bias melibatkan sembilan orang ilustrator yang telah menghasilkan banyak karya dengan karakter dan gaya masing-masing. Ilustrator yang akan berpartisipiasi dalam pameran virtual ini adalah Muhammad Taufiq ‘Emte’, Age ‘Tutugraf’ Airlangga, Safiera Amelia Kurnia, Komikrukii, Cecil & Ryno, Nathan Silaban, Nadya Noor, Gandhi Setyawan, dan Djayanti Aprilia.
Dalam tim kuratorial diisi oleh kurator Bambang ‘Toko’ Witjaksono dan Eunice Nuh. Sementara itu, artistik dilaksanakan oleh Mattaniah Nuh.
“Pameran ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan dan kebanggaan atas hasil karya anak bangsa, serta memperkuat ekosistem ekonomi kreatif,” demikian pungkas Rama.