Pentas Tari Kontemporer, Refleksikan Realitas Sosial Masyarakat
Jakarta International Dance Festival ( JICON), program pertunjukan tari dari Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta, kali ini bermitra dengan Dancevelope, sebuah platform dari Himpunan Mahasiswa Program Studi Seni Tari, Institute Kesenian Jakarta, menghadirkan pertunjukan dan open studio bertajuk Dancevelope : Control + Move.
Pentas yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta ini diawali dengan pentas tari kontemporer yang digelar di Teater Kecil pada 15 Oktober 2025. Pada Hari Rabu Malam itu digelar 3 pertunjukkan, yaitu, “Creature : Dancing Bodies” karya Rizqi Amalia Kamila, “Page 404” karya Riffa Arrahmi Annida dan A Lecture Performance : “ Unbodying Fragments ” oleh Siti Alisa.
Pada program Open Studio yang digelar di Studio Tari Tradisi pada 18 Oktober 2025, menghadirkan 2 pertunjukkan yaitu Lor@ng karya Dedi Ronald Maniakori dan Pe:Puan karya Savika Refa Zahira.
JICON sebagai salah satu program Komite Tari berbasiskan eksplorasi dan eksperimentasi sebagai penawaran yang kontemporer/berbasiskan gagasan. “Sebagaimana Dancevelope yang tumbuh dari ruang akademis terkait Seni Tari IKJ berpotensi menggerakkan eksplorasi dan eksperimentasi, lebih lanjut untuk ditawarkan kepada publik sebagai refleksi dan pengingat tentang keseharian realitas sosial”, ujar David Rafael Tandayu, salah satu anggota komite tari DKJ.
Pertunjukkan Dancevelope: Control+Move merupakan sebuah program laboratorium & pertunjukan koreografi yang dirancang sebagai tempat bagi koreografer untuk berkesplorasi dan menyampaikan ide-ide artistiknya melalui karya yang padat, terarah, dan penuh makna. laboratorium kreatif ini merangkul keberagaman estetika tari kontemporer, sambil menjaga integritas artistik dan kualitas pertunjukan.
CTRL+MOVE menjadi ruang eksperimental yang mendorong kebaruan dalam penciptaan tari, baik dari segi bentuk, narasi, maupun bahasa Gerak.
Pada pertunjukkan tari Creatures : Dancing Bodies, Rizqi Amalia Kamila menyajikan pertunjukkan tari yang menunjukkan seluruh unsur dalam tubuh bergerak secara bersama untuk mewujudkan suatu estetika tubuh. Karya ini berusaha mengidentifikasi keterlibatan dan respon positif yang ditimbulkan dari gerak tari pada kelangsungan hidup manusia.
Dalam pentasnya, Creatures : Dancing Bodies menggunakan 2 perangkat TV dengan kamera dibelakangnya, kemudian penari bergerak dibelakang TV dan kameranya menangkap fokus gerakan bagian-bagian tubuh dari dekat .
Pertunjukkan kedua dilanjutkan dengan A Lecture Performance : “Unbodying Fragments” oleh Siti Alisa, yang mengeksplorasi tari balet yang dibawakan dengan gaya kontemporer sambil melakukan monolog layaknya sedang mengajar, mencerita pengalaman perjalanan tarinya hingga membawakan tari hasil karyanya sendiri.
Pertunjukkan ketiga page 404: menyajian 4 penari dengan 4 platform, bisa menjadi meja sekaligus panggung jika disatukan keempatnya. Keempatnya menggambarkan masyarakat jaman sekarang yang membawa panggungnya masing-masing di media sosial, bahkan saling berebut panggung. Rifa Arrahmi Annida ingin menunjukan bahwa tari tidak hanya sebagai sarana hiburan semata tetapi juga sebagai bentuk kritik berbagai isu sosial di masyarakat.
Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia






