Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

GUNUNG API JASSIN, LAHAR PANAS CHAIRIL

GUNUNG API JASSIN, LAHAR PANAS CHAIRIL

Melihat Koleksi Catatan Paus Sastra Indonesia

Chairil Anwar dan Hans Baque Jassin atau dikenal dengan HB Jassin merupakan dua tokoh penting dalam sejarah sastra Indonesia. Chairil dengan karya – karya puisinya dan Jassin dengan kritik serta dokumentasinya, dua perpaduan yang penting untuk disimak lebih lanjut.

Untuk itu Dewan Kesenian Jakarta menetapkan bulan Juli sebagai Bulan Sastra sekaligus merayakan satu abad Chairil Anwar serta mendukung Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin mengadakan pameran arsip Gunung Api Jassin, Lahar Panas Chairil: Dari Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.

Pameran arsip Gunung Api Jassin, Lahar Panas Chairil
Pameran arsip Gunung Api Jassin, Lahar Panas Chairil

Pameran ini berlangsung di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki mulai 11 Juli–11 Agustus 2022. Dalam pameran ini ditampilkan berbagai barang-barang peninggalan HB Jassin dan yang berhubungan dengan Chairil Anwar.

Mulai dari surat-surat , terutama antara HB Jassin dan Chairil Anwar, buku-buku, catatan-catatan, manuskrip atau tulisan tangan karya-karya sastra yang dikumpulkan oleh HB Jassin. Barang-barang pribadi seperti mesin ketik, alat tulis hingga penghargaan -penghargaan yang telah diraih, termasuk foto-foto HB Jassin sedari kecil hingga masa tuanya.

Bisa dibilang, HB Jassin lah yang menemukan Chairil Anwar lewat tampilan puisi-puisinya yang masuk dalam majalah-majalah yang banyak dikelola oleh HB Jassin. Sehingga gaya-gaya puisi Chairil Anwar pada jamannya dipuji oleh HB Jassin dalam tulisan kritik sastranya. Bahkan pada pada tahun 1956 HB Jassin menulis buku Chairil Anwar Penyair Angkatan 45 untuk menolak tuduhan plagiat kepada Chairil Anwar.

Salah satu catatannya yang tersimpan bertanggal 27/1/1944 bertuliskan tentang kehebohan akibat puisi Chairil Anwar tentang situasi penjajahan Jepang kala itu.

Boemi serasa memberat dikepalakoe. Kedjadian2 sekelilingkoe mengedjoetkan hatiku. Sadjak Chairil Anwar telah menggegerkan markas besar. Soeatoe sadjak jang ditoelisnja dengan maksoed mentjari oeang dan dengan sendirinja tentoe mengandjoerkan tjita2 Asia Raja

siap-sedia

kawan, kawan

menepis segar angin terasa

laloe menderoe menjapoe awan

teroes menemboes soerja tjahaja

memantjar pentjar kependjoeroe segala

riang menggelombang sawah dan hoetan


segala menjala-njala!

segala menjala-njala!

kawan, kawan

dan kita bangkit dengan kesadaran

mentjoetkjoek menerang hingga beloelang.

kawan, kawan

kita mengajoen pedang ke doenia terang!

“Begitoe boenji sadjaknya itoe. Tepi markas besar mentafsirkan sadjaknya itoe lain. Soerja tjahaja dan doenia terang disangka mereka Dai Nippon.”

Kurator pameran, Hasan Aspahani & Esha Tegar Putra, menuliskan pengantar
pameran. “Hans Baque Jassin dengan kritiknya dan Chairil Anwar dengan puisinya adalah dua puncak tinggi di gunung sastra Indonesia, yang terus-menerus menantang kita untuk mendakinya. Cerita mereka berkelindan saling menguatkan. Lazimnya, kita mengenal keduanya dengan karakter yang berlawanan, Chairil liarpanas, Jassin tenang-dingin. Penelusuran dokumentasi untuk pameran ini pun berangkat dengan anggapan itu. Yang ditemukan kemudian adalah kejutan demi kejutan. Kini kita bisa katakan Chairil lahar menyembur-menggelegak. Dan Jassin diam-tenang sebagai gunung api menyimpan magma”.

Diharapkan dengan pameran ini, masyarakat dapat semakin mengenal HB Jassin
dan Chairil Anwar dan karya-karyanya dalam perjalanan sejarah sastra Indonesia.
HB Jassin sebagai dokumentator dan Chairil sebagai penyair.

PDS HB Jassin
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin merupakan kumpulan koleksi dokumentasi yang telah dikumpulkan HB Jassin sedari muda, kelebihan dari pusat dokumentasi ini adalah banyak catatan yang dikumpulkan layaknya kliping sehingga memudahkan pencarian data. Misalnya biografi, catatan dan manuskrip dari tokoh-tokoh sastra dalam dan luar negeri, hingga karya-karya sastra jaman Melayu Tionghoa di akhir abad ke-19.

Namun koleksi dokumentasinya semakin banyak hingga HB Jassin meminta kepada Gubernur Ali Sadikin kala itu yang akhirnya diberi tempat di kompleks Taman Ismail Marzuki. Kemudian pengelolaan dokumentasi dikelola secara resmi atas nama Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin. Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin dibentuk secara resmi pada tanggal 28 Juni 1976; kemudian pada tanggal 30 Mei 1977, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin.

Namun dengan berjalannya waktu, apalagi setelah HB Jassin Meninggal dunia pada tahun 2000, pengelolaan pusat dokumentasi mengalami kendala, khususnya dalam hal operasional. Bahkan pada tahun 2016 sempat pegawai Yayasan tidak menerima gaji. Sehingga tahun 2017 Gubernur saat itu Basuki Tjahaya Purnama mensubsidi operasional Yayasan melalui dana operasional pribadinya. Baru kemudian 2018 PDS HB Jassin diambil alih pengelolaannya dibawah Dinas Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Tahun 2018 PDS HB Jassin sempat berpindah tempat ke kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip di Pulo Mas Jakarta Timur sambil menunggu selesainya pembangunan Taman Ismail Marzuki. Pada 7 Juli 2022. PDS HB Jassin resmi dibuka kembali oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersamaan dengan dibukanya perpustakaan Jakarta Cikini yang letaknya bersebelahan dalam satu lantai di Gedung Panjang, Taman Ismail Marzuki. Jika di perpustakaan Jakarta Cikini berisi koleksi buku-buku yang lebih moderen, di HB Jassin-lah masyarakat dapat melihat buku-buku klasik karya-karya sastra Indonesia.

Sumber Foto: Ferry Irawan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.