Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Mengenal Seni Relief di Era Bung Karno Lewat Pameran di Galeri Salihara.

Mengenal Seni Relief di Era Bung Karno Lewat Pameran di Galeri Salihara.

Presiden Soekarno, dikenal sebagai sosok yang dekat dengan dunia kesenian. Ia tidak hanya dikenal sebagai kolektor yang mengumpulkan lukisan dan patung untuk ditempatkan di istana negara, tetapi juga ikut mengenalkan berbagai bentuk seni rupa lainnya, seperti mural, mozaik dan relief.

Sebagai kepala negara ia juga dekat dengan beberapa seniman kala ia menjadi presiden, sebut saja nama Harijadi Sumadidjaja, S. Sudjojono, Trubus Soedarsono dan para pelukis dari Sanggar Pelukis Rakyat. Diantaranya terlibat dalam pengerjaan proyek-proyek relief di beberapa tempat, seperti Gedung Sarinah, Bandar Udara Kemayoran, hotel-hotel berbintang seperti Samudra Beach Hotel di Sukabumi, Hotel Ambarukmo di Yogyakarta dan Grand Inna Bali Beach di Bali.

Namun kini peninggalan relief-relief tersebut banyak yang tidak terawat, bahkan terlupakan. Untuk itu Komunitas Salihara mempersembahkan pameran berbasis kesejarahan dengan tajuk Relief Era Bung Karno yang telah resmi dibuka pada 11 Mei 2024 di Galeri Salihara. Pameran akan berlangsung hingga 25 Juni 2024.

Kurator Galeri Komunitas Salihara, Asikin Hasan, mengatakan bahwa pameran ini diselenggarakan untuk menumbuhkan kembali apresiasi terhadap karya relief sebagai bagian dari tumbuh kembang kesenian modern serta bangsa Indonesia secara keseluruhan.

“Pameran ini berencana menggunakan pendekatan seni media baru, seperti proyeksi video dan digital sculpting, sebagai media ungkap termutakhir yang dapat menjangkau pelaku dan penikmat seni generasi baru di Indonesia. Penggunaan media baru ini juga menjadi upaya pengarsipan digital sejarah kesenian modern Indonesia.” lanjut Asikin dalam keterangan tertulis.

Berbeda dengan relief di era Candi Hindu Budha, relief jaman Bung Karno menampilkan nilai–nilai luhur ke-Indonesiaan, seperti sifat gotong royong, cinta kasih, solidaritas, kehidupan kaum buruh tani dan semangat kemerdekaan.

Asikin menjelaskan bahwa saat Soekarno tidak lagi berkuasa, peninggalan relief tersebut banyak yang tidak terawat, walaupun status bangunan tempat relief itu ditampilkan di bawah lembaga negara seperti Kementeriat Sekertariat Negara yang menaungi bangunan bekas bandara udara Kemayoran.

“Ada banyak persoalan, pertama tidak adanya tulisan yang menjadi referensi keberadaan karya seni relief tersebut, sehingga minimnya informasi ke masyarakat menimbulkan ketidaktahuan dan tidak teredukasinya masyarakat, sehingga kadang terjadi vandalisme“ ujarnya.

Contohnya yang terjadi pada relief di bangunan bekas bandara udara Kemayoran, di mana temboknya sudah ditembus oleh akar-akar pohon dan mengakibatkan masuknya aliran air hujan yang menetes dan perlahan-lahan merusak relief tersebut, atau yang terjadi di Gedung Sarinah, relief yang ada pernah terabaikan dan dijadikan area dapur oleh restoran cepat saji di tahun 1990-an. Pahatan pada relief itu ada yang patah dan retak. Perlu empat bulan dilakukan konservasi hingga dapat dilihat seperti sekarang.

Pameran Relief Era Bung Karno menampilkan arsip dan dokumentasi terkait karya-karya relief di Indonesia dalam bentuk foto, video, digital sculpting, dan 3D print ke dalam sebuah pameran yang diolah secara artistik. Dalam proses pelaksanaannya, tim Galeri Salihara bekerja sama dengan fotografer dan seniman yang ahli dalam bidang digital sculpting dan 3D printing untuk membuat dan mencetak sebagian panel atau subjek relief terpilih. Relief-relief yang akan ditampilkan di antaranya adalah relief yang berada di Bali Beach (Bali), Samudra Beach (Sukabumi), hingga Hotel Ambarrukmo (Yogyakarta).

Melalui pameran ini pengunjung akan melihat gagasan Presiden Soekarno tidak hanya lewat proyek-proyek yang ia gagas bersama seniman sezaman namun juga melalui video wawancara dengan kurator, seniman, dan instalasi-instalasi yang padu.

Diharapkan pameran ini dapat menggugah semua pihak agar bersama ikut tergerak untuk merawat dan melestarikan karya seni rupa bersejarah tersebut.

Pameran ini dapat dikunjungi mulai Selasa-Minggu kecuali Senin dan hari libur nasional, mulai pukul 11.00–19.00 dengan membayar tiket @ Rp35.000.Informasi pembelian tiket bisa melalui tiket.salihara.org.

Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.