Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Transformasi Sena Didi Mime

Transformasi Sena Didi Mime

Ada banyak kelompok teater di Indonesia, yang masih terus berkarya dan melahirkan barisan aktor generasi baru. Sebut saja Teater Koma, Teater Gandrik, dan Teater Mandiri. Diantara kelompok-kelompok teater nan legendaris ini, terselip kelompok Sena Didi Mime.

Kelompok teater pantomim ini didirikan di Jakarta pada 1987 oleh aktor Sena Utoyo dan Didi Petet. Belakangan, setelah Sena dan Didi berpulang, pementasan Sena Didi Mime ‘diperkaya’ dengan tampilnya Yayu Unru. Yayu juga telah berpulang pada Desember 2023. Toh, Sena Didi Mime menolak mandek dan terus menyiapkan pementasan baru.

Belum lama ini, misalnya, Sena Didi Mime mementaskan Rambut Merah Clara yang diambil dari cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. Uniknya, pementasan berdurasi sekitar satu jam ini tidak hanya menampilkan gerak tubuh dan mimik khas Sena Didi era Sena Utoyo dan Didi Petet. Pementasan disertai dialog yang mendukung setiap gerak para aktor, yang menjadi ruh Sena Didi Mime sejak awal pembentukannya.

“Kalau hanya teks kan sayang, harus diperkaya gerak. Kita harus merawat ingatan. (Peristiwa) ini bikin trauma iya, tapi kalau ditata dengan tepat dan timing-nya pas, ya hasilnya bagus,” ungkap Almanzo Konoralma, sutradara Rambut Merah Clara, usai pementasan.

Lakon ini berlatar kerusuhan Mei 1998 ketika penjarahan toko-toko milik pedagang etnis Tionghoa marak terjadi di Jakarta, disertai pemerkosaan kaum perempuannya. Meski banyak informasi simpang siur dan terkesan ada fakta-fakta yang disembunyikan negara seputar pemerkosaan perempuan Tionghoa, laporan itu sampai ke Presiden BJ Habibie, yang lekas merespon dengan mendirikan Komnas Perempuan dan Tim Gabungan Pencari Fakta.

Seniman-seniman Indonesia merespon peristiwa itu dengan cara berbeda. Seno Gumira Ajidarma mengupasnya dalam cerpen, serupa ketika ia ‘membungkus’ pembantaian Santa Cruz di Timor Timur dalam kumpulan cerpen Saksi Mata.

Cerpen itu sempat dibacakan perdana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, bersama Ratna Riantiarno sebagai Clara.

Di tangan Sena Didi Mime, sebanyak tujuh aktor muda — dua diantaranya perempuan, menghidupkan lakon ini seolah-olah peristiwanya baru berlalu, meski sejatinya sudah lewat 26 tahun!

Pekik ‘Reformasi!’ dan ‘Hidup Mahasiswa!’ atau ‘Reformasi Sampai Mati’, jargon-jargon dalam setiap demonstrasi mahasiswa kala itu, menjadi pembuka adegan.

Seterusnya, adegan berpindah ke perbincangan Clara dengan orangtua dan adiknya yang panik ikut dimasukkan. Gambaran mencekam suasana kerusuhan di Jakarta tercipta dengan gerak, suara, dialog, dan lampu. Adegan Clara diperkosa ramai-ramai begitu mencekam dan membawa perasaaan duka mendalam.

Sejumlah mahasiswi Universitas Atmajaya turut hadir sebagai penonton.

Saya lalu bertanya pada Almanzo, “Apa sih arti reformasi buat kamu?”

“Ini urusan membenahi rasa. Kalau moral itu urusan masing-masing. Evaluasi diri masing-masing itu perlu. Lihatlah sekarang, katanya kan reformasi tapi KKN ternyata masih ada. Lalu bagaimana menata kembali hubungan pribumi dan nonpribumi, dengan orang-orang Tionghoa? Ya saya kira seharusnya kita tidak perlu berjarak. Kita bilang orang Tionghoa pelit, saya orang Ambon dan orang Ambon yang pelit juga ada, jadi jangan dilihat individunya,” kata Almanzo.

Mengenai seni di masa reformasi, dia menilai seni seharusnya jadi penguat dan pengikat, bukan menjadi sekat pemisah karena siapapun yang tinggal di Indonesia sudah seharusnya bisa menikmati seni tanpa harus mengalami pembatasan.

Sena, Didi, dan Yayu Unru kini sudah tiada. Namun mereka meninggakan aktor-aktor generasi baru yang masih mempertahankan jati diri: Seni pantomim untuk semua kalangan. Seni untuk seluruh masyarakat Indonesia dan dunia.

Foto: Galeri Indonesia Kaya

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.