MUSEUM MANDIRI Asitektur Bank Masa Kolonial
Pernah mampir ke Museum Mandiri? Museum yang satu ini letaknya di salah satu sudut Kawasan Kota Tua Jakarta. Berdiri di atas lahan sekitar 10.039 m2 dengan luas bangunan 21.059 m2 , Gedung ini merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Kota Tua di Jakarta.
Gedung Museum Mandiri yang dibangun pada tahun 1929 sampai 1933 ini didesain oleh dua arsitek Belanda, C. van de Linde dan A.P. Smits, serta J.J.J. de Bruijn selaku penasehat teknis. Gedung ini bergaya arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik. Pada jamannya Gedung ini digunakan sebagai kantor perwakilan Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), sebuah perusahaan perdagangan dan perbankan Belanda yang kemudian menjadi cikal bakal Bank Mandiri. Setelah Indonesia merdeka, Gedung NHM menjadi milik Indonesia. Dan pada tanggal 2 Oktober 1998 resmi dijadikan sebagai Museum Bank Mandiri.
Awalnya, pada tahun 1826, NHM cabang Batavia berkantor di kawasan Kali Besar. Seiring kesuksesannya di bidang perdagangan dan perbankan, manajemen NHM memutuskan untuk membangun kantor baru di kawasan Stationsplein.
Kantor baru NHM Batavia – atau yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan Factorij, terdiri dari empat lantai. Meski hampir 1 abad usianya, gedung ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Hal ini terlihat dari bentuk ubin serta dinding yang identik dengan jaman Belanda. Begitu memasuki gedung melalui pintu utama, tampak jelas area publik dan area back office yang dipisahkan oleh meja marmer dan teralis besi. Seperti gedung perbankan pada umumnya, gedung Factorij juga memiliki ruang penyimpanan atau kluis.
Sejak dahulu ruang kluis (vault room) sangat menentukan citra populer dari sebuah bank, sebab di ruangan inilah semua benda-benda berharga milik nasabah disimpan. Biasanya ruangan ini dilengkapi dengan konstruksi baja yang sangat kuat. Pada abad ke-19, kebanyakan bank memiliki ruang kluis yang letaknya berada di lantai basemen, akan tetapi lokasi persisnya tak selalu dicantumkan dalam denah demi alasan keamanan. Hal ini berlaku juga pada ruang kluis di gedung Factorij.
Ingin tahu ada apa saja di ruang Kas Kluis? Ruangan ini merupakan tempat untuk menyimpan uang dan dokumen milik bank. Saat ini Kas Kluis difungsikan menjadi ruang koleksi numismatik Museum Mandiri. Beberapa koleksi yang dapat dijumpai antara lain token perkebunan, mata uang gulden, serta mata uang rupiah dari masa ke masa. Selain itu, terdapat pula koleksi peti uang yang berfungsi untuk menyimpan uang atau pun mengangkut uang dari Kas Kluis ke bagian kasir (teller). Peti uang awalnya terbuat dari kayu kemudian semakin modern ukurannya semakin kecil dan terbuat dari alumunium dengan sistem pengamanan yang lebih canggih.
Ruang pameran yang berisi berbagai koleksi peninggalan Belanda berada di tiga lantai. Ada Ruang Treasury (kas afdeeling), Ruang Pembukuan (khusus buku besar), Ruang Kasir Cina (Chineesche Kas). Ruang Kasir Cina ini konon dibuat karena pada masa itu banyak orang Tionghoa yang memiliki usaha perkebunan sehingga pihak bank merasa perlu adanya kasir khusus untuk melayani nasabah Tionghoa.
Museum Bank Mandiri merupakan saksi bisu perjalanan dunia perbankan di masa lalu. Semua tentu berhubungan dengan dunia perbankan, koleksi yang ada merupakan benda-benda asli dari masanya. Misalnya meja teller yang panjangnya mencapai 122 meter, buku pertama yang digunakan untuk mencatat berbagai laporan keuangan NHM pada masa itu, berbagai ukuran brankas, kumpulan koleksi yang menceritakan perjalanan Bank Mandiri dan banyak lagi lainnya.
Untuk bernostalgia di Museum Mandiri, waktu kunjungan adalah pada pukul 09.00 – 15.00 WIB pada Hari Selasa – Minggu. Museum tutup Hari Senin dan Hari Libur Nasional. Pengunjung bisa langsung membeli tiket di loket setelah memasuki pintu utama museum. Informasi lengkap bisa diperoleh di media sosial Museum Mandiri (@museum_mandiri).
Sumber Foto: Museum Bank Mandiri