Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Pameran Seni Instalasi Karya Bagus Pandega, Antara Sansevieria, Oksigen dan Nikel

Pameran Seni Instalasi Karya Bagus Pandega, Antara Sansevieria, Oksigen dan Nikel

Galeri ROH menghadirkan pameran tunggal Bagus Pandega berjudul ( Lingkaran atau Circle). Pameran yang berlangsung mulai 9 Maret–28 April 2024 ini menghadirkan 7 karya seni instalasi dari seniman asal Bandung.

Pameran tunggal kedua bersama ROH setelah tahun 2016 ini menampilkan karya hasil pemikiran Bagus Pandega yang selalu tertarik untuk mengeksplorasi energi, sumber daya, dan biofeedback melalui siklus karya, baik yang baru maupun dari masa lalu. Dengan hasil karya yang multidisiplin ini, Bagus ingin mengacaukan sistem mekanis dan industrial demi menawarkan cara-cara alternatif berhubungan dengan teknologi.

Bagus menghubungkan teknologi dengan alam dan lingkungan. Dengan tumbuhan, cahaya, audio visual, hingga alat petik tradisional dari berbagai daerah. Suatu gambaran saling keterhubungan antara teknologi, manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung, disadari atau tidak menjadi sebuah lingkaran atau circle kehidupan di dunia ini, dengan berbagai dampaknya, baik atau buruk.

Memasuki Gedung ROH Galeri yang berada di Jalan Surayabaya, Jakarta Pusat ini, seperti rumah setengah jadi berbentuk kotak dan luas, ruangannya ditampilkan dengan suasana minim cahaya. Pengunjung disambut dengan karya berjudul Ocularflux 1 (2024) dan juga Ocularflux 2 (2024) yang terletak tak jauh di belakangnya, menampilkan interkoneksi antara layar LED, lampu-lampu dan kabel-kabel serta tumbuhan yang mempunyai makna filosofis keterkaitan antara tekmologi dan alam.

Kemudian dihadirkan sebuah karya tahun 2021 berjudul A Diasporic of Mithology yang pernah ditampilan Bagus di pameran The 10th Asia Pacific Triennial of Contemporary Art di Brisbane, Australia. Karya ini menempatkan alat petik tradisional seperti taishogoto dari Jepang, mandaliong dari Sulawesi, kecapi sijombang dari Sumatera, penting dari Bali dan Lombok diletakkan melingkar yang terpetik secara elektrik dari kumpulan tanaman teh lokal yang menciptakan impuls listrik biofeedback, menghasilkan karya musik kinetik yang spontan.

Seniman lulusan Seni Rupa ITB 2008 ini juga menghadirkan bijih nikel dalam dua karyanya, yaitu Attenuation Coefficient (2024) dan Exponential Attenuation (2024) . Kedua bijih nikel berputar pada sebuah platform yang kemudian dipindai secara 3D untuk menghasilkan video yang ditransmisikan ke dalam tampilan di layar 4K.

Dua karya lainnya juga tidak kalah menarik. Hyperpnea Green (2024), sebuah karya instalasi yang mengubah udara menjadi oksigen murni, Dan Nio (2024) menampilkan video yang mengetengahkan nickel electroplating atau penyepuhan nikel pada sebuah patung seekor Orangutan.

Hyperpnea Gren terinspirasi pada jaman Covid-19. Dimana oksigen menjadi kebutuhan penting bagi penderita virus corona berat. Dalam karya ini tanaman Lidah Mertua ( Sansevieria) mengontrol aliran udara menjadi oksigen menggunakan sistem biofeedback.

Nio menyajikan gambar detail proses penyepuhan atau electroplanting suatu bahan padat dengan lapisan nikel, dalam hal ini patung seekor orangutan, butiran bulir gelembung dalam proses penyepuhan menjad komposisi gambar yang menarik.

Bahan nikel menjadi bahan pokok beberapa karya dalam pameran ini mengingat isu nikel tidak hanya menjadi persoalan teknologi dan industri tetapi juga soal ekonomi dan politik serta mempunyai dampak lingkungan dan sosial bagi alam dan masyarakat yang bersinggungan dengan tambang nikel.

Harry Burke, kritikus seni menyertakan esai dalam pameran ini. “Judul pameran ini—yang dapat diucapkan sebagai ‘lingkaran’, menguatkan poin ini. Seperti banyak instalasi yang dipamerkan, simbol ini berbentuk lingkaran, tanpa awal atau akhir. Demikian pula, tidak ada awal atau akhir dalam berhubungan. Ini adalah koan ( pernyataan dalam tradisi Zen), sebuah provokasi, yang 〇 berikan kepada kita,” ujar kritikus seni kelahiran Fillipina ini.

Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.