EKI Dance Company Pentaskan Lutung Kasarung Dengan Kemasan Moderen dan Interaktif
EKI Dance Company kembali menyajikan produksi pentas musikal ke khalayak. Kali
ini mengambil cerita tradisional dari Jawa Barat, Lutung Kasarung. Pementasan ini
digelar di Ciputra Artpreneur Gallery pada tanggal 22 – 25 Mei 2025.
Awalnya pementasan ini hanya melakukan 4 kali pementasan yaitu tanggal 22 Mei 1
kali pentas, 23 Mei 1 kali pentas dan 24 Mei 2 kali pentas. Tiket dengan tiga kelas,
Silver Rp 100.000,- Gold Rp 200.000,- dan Platinum Rp.300.000,- dengan cepat
ludes terjual dari waktu pre-salenya di Bulan Maret 2025. Karena banyaknya
permintaan dari penggemar musikal melalui media sosial untuk menambah
pementasan, maka pada bulan April 2025 diputuskan penambahan pementasan
tanggal 24 ditambah 1 kali pementasan. Ternyata penambahan satu kali
pementasan itu tidak cukup. Maka di hari Minggu 25 Mei 2025 digelar lagi
pementasan sebanyak 2 kali.
Cerita perpusat pada persaingan kakak beradik Purbasari (Nala Amrytha) dan
Purbararang (Ara Ajisiwi) yang merupakan putri di Kerajaan Pasir Batang. Sang
Raja Rama Prabu (Uli Herdi) menggelar pemilihan Ratu yang akan
menggantikannya di antara kedua putrinya.
Dari gelaran pemilhan ratu tersebut Purbasari menjadi pemenangnya. Namun
karena rasa iri dari Purbararang, maka Purbasari secara tiba-tiba terkena penyakit
kulit yang membuatnya buruk rupa dan kemudian dibuang ke dalam hutan. Kejadian
itu secara sengaja dilakukan oleh Purbararang agar ia bisa menjadi ratu.
Di dalam hutan ternyata ia berkenalan dengan seekor lutung yang disecara ajaib
bisa berbicara. Lutung tersebut bersama kawanannya menemani Purbasari di hutan
selama bertahun-tahun sambil secara perlahan penyakit kulitnya menjadi sembuh.
Kemudian Raja Rama Prabu yang rindu akan Purbasari jatuh sakit dan ingin
putrinya kembali. Maka ia mengadakan hajatan sayembara, yaitu memilih pasangan
putri yang paling tampan. Tentu saja Purbararang dengan pasangannya Indrajaya (
Alip Purnomo) yakin akan menjadi pemenang karena selama itu mengetahui
Purbasari hanya sendiri di hutan dan terjangkit penyakit kulit.
Walaupun demikin Purbasari tetap diberikan undangan untuk mengikuti sayembara
ini. Purbasari akhirnya hadir dalam acara hajatan tersebut dan ditemani oleh lutung
sahabatnya yang dipanggil dengan nama Tungtung.
Namun ternyata Purbasari telah sembuh dan sang raja melihatnya ingin
menjadikannya ratu, hingga membuat Purbararang murka dan ingin membunuh Purbasari. Namun belati yang dihunus Purbararang menusuk Tungtung yang
menghalangi Purbasari. Purbasari sangat berduka dan menyatakan rasa kehilangan
dan cintanya kepada Tungtung. Tiba-tiba TungTung berubah menjadi pria tampan.
Ternyata Tungtung merupakan pangeran yang dikutuk menjadi lutung karena watak
sombongnya di masa lalu. Ia adalah Pangeran Guruminda (Gerry Gerardo).
Akhirnya Purbasari menjadi bahagia, dan mengajak kakaknya Purbararang untuk
sadar akan kesalahannya dan berdamai.
Ekidance seperti pentas-pentas sebelumnya, selalu tampil apik dan berwarna.
Namun kali ini tidak semegah pertunjukkan sebelumnya yang dilakukan di ruang
teater dengan panggung besar. Panggung dibuat dilantai dengan latar belakang
monitor besar sebagai bagian dari set panggung teater, dan di sisi depan, kanan dan
kiri dibangun set tempat duduk penonton.
Produser Eksekutif Aiko Senosoenoto menjelaskan bahwa set panggung teater
semacam itu sengaja dipilih agar situasi yang lebih intim dengan penonton, karena
konsep cerita yang banyak mengajak penonton ikut aktif dalam pementasan.
Memang benar, pada awal memasuki area pementasan, penonton sudah diberikan
kipas kecil berbentuk lingkaran dengan warna berbeda di kedua sisinya. Saat
adegan pemilihan putri tercantik penonton juga diajak untuk memilih menggunakan
kipas tersebut.
Lalu juga dibagikan pisang untuk penonton, yang nantinya penonton akan dilibatkan
dalam alur cerita. Apalagi jauh sebelumnya lagu-lagu tema dalam pementasa sudah
disebar melalui aplikasi musik daring Spotify, supaya calon penonton lebih akrab
dulu dengan lagu-lagunya. Tentu saja hal ini berhasil, karena banyak adegan yang
dimana penonton diajak untuk bernyanyi bersama.
Tak hanya itu, penonton diberikan kejutan lainnya berupa kehadiran mobil dari pihak
sponsor yang ikut dalam bagian cerita pementasan dan gelembung-gelembung
sabun menjadi penambah kemeriahan pementasan.
Ara Ajisiwi menjelaskan bahwa awalnya pementasan Lutung Kasarung merupakan
pementasan untuk program Galeri Indonesia Kaya, yang kemudian dikembangkan
menjadi pementasan tersendiri. “Cerita Lutung Kasarung dengan persaingan
kecantikan sesuai dengan jaman sekarang dengan banyaknya media sosial menjadi
ajang pameran kecantikan dari penggunanya untuk mendapatkan banyak ‘likes’,”
ujarnya.
“Tantangannya bagaimana membawa cerita tradisional dikemas menjadi fun dan
related dengan jaman sekarang sehingga dapat dinikmati oleh kalangan anak muda.
Sehingga cerita tradisional jauh dari kesan serius dan sakral,“ tambah Ara yang juga
menjadi sutradara dalam pementasan ini.
Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia