Nonton Bareng Film Buya Hamka Bersama Limpapeh
Menjaga Kelestarian Budaya Minangkabau dari Perantauan
Sumatera Barat, tanah Minangkabau adalah sebuah wilayah yang tidak hanya memiliki keindahan alam yang luar biasa tetapi juga adat istiadatnya yang unik dan kuat dijaga oleh mereka yang menyebut dirinya Orang Minang.
Kebudayaanya didasarkan oleh ajaran agama Islam. Dalam menjalankan budayanya, kaum Minang memegang prinsip ‘Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah’, Adat berdasarkan syariat, syariat berdasarkan Kitab Alquran. Sehingga ajaran Islam menjadi pedoman dalam berperilaku sehari-hari Orang Minang dan diterapkan dalam adat istiadat. Uniknya, dalam budaya Minangkabau, Kaum perempuan sangat dihormati, dalam hal ini kaum ibu, dengan menganut paham garis keturunan berdasarkan Ibu atau Matrilineal. Lewat kaum ibulah adat istiadat dipertahankan dan dijalankan serta dilestarikan. Kaum Ibu disebut sebagai Bundo Kanduang, yang menjaga pilar berkehidupan dalam keluarga.
Salah satu simbol budaya dalam berkeluarga adalah Limpapeh. Secara harafiah, Limpapeh adalah tiang besar yang menjadi sumbu sebuah rumah. Lebih luas lagi Limpapeh sebagai simbol bagi kaum Ibu di tanah Minangkabau. Yang menjaga budaya dan adat istiadat sehari-hari Orang Minang.
Prinsip ini pula yang menjadi pemikiran beberapa kaum ibu Minang di perantauan di Jakarta, yang memikirkan kaum ibu di tanah Minang, sebagai tanah asal mereka. Maka terbentuklah Perkumpulan Limpapeh, perkumpulan yang ingin mengangkat kehidupan kaum ibu di desa-desa di Sumatera Barat.
Ha tersebut diimplementasikan dalam bebagai kegiatan, salah satunya pelestarian kain tenun asli Minang. “Melalui perkumpulan ini kami membentuk kegiatan budaya, dengan berkegiatan aktif melestarikan dan mewujudkan produksi para perajin di Lintau, Tanah Datar, “ ujar Atitje Arryman, salah satu pendiri dan pembina perkumpulan Limpapeh.
Perkumpulan ini mewujudkan upaya pelestarian dan peningkatan produktivitas maupun apresiasi atas kain tenun, serta mendorong pengembangan kwalitas perajin tenun melalui berbagai program pembinaan yang terpadu dan berkesinambungan.
Program kegiatan perkumpulan Limpapeh terdiri dari dua pilar yaitu program pembinaan dan program edukasi (pendidikan) bagi pengrajin.
Kehadiran perkumpulan Limpapeh diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk mengenal lebih dekat keunikkan dan keindahan tenun Lintau di Kabupaten Tanah Datar, selain juga berupaya melestarikan tenun traditional dengan membina perajin tenun dari hampir seluruh Kabupaten di Luhak nan Tigo.
Nonton Bareng Film Buya Hamka
Sejalan dengan misi Pekumpulan Limpapeh yang ingin menjaga dan melestarikan adat istiadat Minangkabau sekaligus mengangkat harkat kaum ibu di Tanah Minang, menjelang Libur Idul Fitri diputar di bioskop – bioskop di seluruh Indonesia Film Biopik tentang Buya Hamka. Tokoh Nasional yang berasal dari Sumatera Barat.
Buya Hamka, merupakan nama pena dari seorang Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang tidak hanya seorang ustad dan ulama tetapi juga seorang sastrawan dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sekaligus tokoh pergerakan Islam moderen yang aktif di Muhamadiyah dan Majelis Ulama Indonesia.
Dalam Film ini Buya Hamka diperankan oleh Vino G. Bastian dan istrinya, Sitti Raham, diperankan oleh Laudya Cynthia Bella dan diproduksi oleh Falcon Pictures dan Starvision.
Yang menarik dalam film yang terbagi dalam 3 seri ini, perjalanan hidup Buya Hamka digambarkan dengan detail, bahkan menggunakan bahasa Minang dalam ceritanya. Dari film ini penonton bisa mengenal tidak hanya sosok Buya Hamka, tetapi juga bagaimana adat istiadat Minangkabau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam keluarga dari penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck itu.
Untuk itu Perkumpulan Limpapeh mengadakan acara Nonton Bareng pada hari Rabu, 12 April 2023 lalu di Jakarta bersama tokoh-tokoh kaum perempuan, terutama yang berasal dari Minangkabau dan masayarakat, untuk mengenal kembali adat istiadat kaum Minang yang digambarkan dalam film ini.
Naila Fauziah, Salah satu cucu Buya Hamka yang hadir mewakili keluarga, anak dari anak ke-7 Buya Hamka yang bernama Fathiyah itu mengungkapkan rasa bangga dan senangnya atas pemutaran film sang kakek. “Sebetulnya pemikiran pemikiran Buya Hamka, masih relevan sampai saat ini, sehingga kalau ada anak-anak muda yang belum mengenal Buya Hamka, dapat mengenalnya lewat film ini, mengenal ajaran dan pemikirannya, beliau ingin umat Islam menjalankan agamanya berlandaskan ilmu, memahami Islam dengan pemikiran maju dan akhlak mulia, “ ujar Naila.
Anggota perkumpulan Limpapeh hadir mengenakan pakaian adat Minang lengkap dengan bertekuluk. “Kami akan terus mengadakan berbagai kegiatan, bahkan tahun ini kami akan menggelar pameran di Belanda, menyajikan produk-produk kain tenun tradisional Minang, tentunya dengan desain yang telah disesuaikan dengan jaman dan harga terjangkau dan digemari kaum muda,“ kata Atitje Arryman.
Sumber Foto: Ferry Irawan