Pameran Tunggal Natsuko Tanaka, Seniman yang Memadukan Batik dan Melukis dalam Karyanya
Natsuko Tanaka, seniman Lukis asal Kyoto Jepang, jatuh cinta pada Batik.
Berangkat dari gaya hidup seniman yang soliter dan otonom dalam berkarya,
dihadapkan proses berkesenian membatik yang sangat komunal dan berkarya
dalam suasana kebersamaan. Sejak kepindahannya ke Indonesia tahun 2020,
pengalaman mengunjungi Cirebon dan melihat produksi Batik, membuat hatinya
tergerak untuk lebih dalam mempelajari Batik. Hal itu dilanjutkan dengan kerja
workshop di Rumah Batik Pal Batu, Jakarta.
Di tahun 2025 ini, untuk pertama kalinya seniwati lulusan Kyoto City University of
Arts ini mengadakan pameran tunggalnya di Galeri Kertas Studio Hanafi di Kawasan
Depok, Jawa Barat. Pameran bertajuk Over and Across ini berlangsung sejak 25
Oktober – 22 November 2025. Di sini dipamerkan 11 karya Natsuko Tanaka yang
memadukan seni Batik dan seni lukis kontemporernya.
Dalam lawatannya mengunjungi bengkel Batik di Cirebon, Natsuko terkesan dengan
pola kerja para pembatik yang asik ngobrol, bersosialisasi dengan sesama pembatik
namun tetap fokus pada area kain yang ditopang telapak tangannya masing-masing.
Hal itu ia sadari berbeda dengan teknik lukis yang biasa ia lakukan.
Dalam melukis ia berhadapan dengan kanvas yang luas, yang dalam prosesnya ia
dapat berdialog, mundur sejenak, menegaskan kembali, kuas-kuas catnya ke dalam
kanvas, berhadapan yang belum tahu akan jadi apa hasilnya. Hidup soliter dan
otonom dalam ide dalam studionya. Berbeda dengan karya batik. Pandangan dan
gerakan berpusat pada tangan, memegang canting dan menopang kain. Yang
hasilnya sudah terbayang dan akan dipakai oleh tubuh manusia.
Hal ini menjadi perenungan betapa kontradisksinya proses keduanya. “Saat saya
melukis selama 20 tahun di Kyoto, saya hanya berlaku ‘seni untuk sunyi, untuk diri
sendiri’, jadi saya hanya memikirkan diri sendiri dan karya saja. Namun saat saya
belajar Batik, saya belajar ‘seni untuk masyarakat, untuk kehidupan sosial di sekitar’.
Rizki Asasi, kurator Galeri Kertas menjelaskan bahwa karya-karya dalam pameran
ini tidak bisa disebut sebagai karya lukis atau karya Batik. “Hasil dari dua metode ,
batik dan lukis membuatnya saling berdialog, berproses untuk saling mempengaruhi
dan saling melengkapi.”
Sesuai judulnya, Over and Across, kain batik karya Natsuko memang melalui proses
batik pada umumnya, pencantingan dan pewarnaan. Bagian warna-warna yang
dihasilkan dari teknik Batik celup menjadi elemen visual yang kemudian berinteraksi
dengan goretan cat acrylic yang ditorehkan Natsuko. Menjadi hasil paduan antara
masa lalu dan masa kini, intuisi dan meditasi, antara yang akrab dan yang asing.
Natsuko juga terkesan dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Yang
dimana bermacam budaya, etnik, agama dan ras hidup menyatu dalam toleransi.
Dalam ke-11 karyanya yang dipamerkan, menjadi sebuah seri dengan judul yang
sama Garden of Forgiveness. Baginya Indonesia menjadi taman dari toleransi,
karena kehidupan sosialnya yang multi kultural, berbeda dengan di Jepang yang
mono kultural.
Bahkan ada 1 karya yang dihasilnya dari karya bersama antara dirinya dengan
seniman setempat yang aktif di Studio Hanafi. Dalam pameran ini disediakan satu
bentang kain dan pengunjung dapat menggoreskan “malam” menggunakan canting
di kain tersebut yang telah disediakan, dan diakhir pameran, karya bersama tersebut
akan ditampilkan serta dilelang. Hasilnya akan disumbangkan untuk anak-anak di
Palestina yang menderita akibat situasi perang di negaranya.
Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia






