Kids Biennale Indonesia, Pameran yang Ekspresikan Keinginan Anak dan Remaja Indonesia Untuk Tumbuh Tanpa Rasa Takut
Kini hadir pameran seni rupa dua tahunan khusus karya anak-anak dan remaja,
Kids Biennale Indonesia. Digelar untuk pertama kalinya, Kids Biennale Indonesia
(KBI) bekerja sama dengan Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional
Indonesia, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bertempat di Galeri
Nasional dan berlangsung pada 3 – 31 Juli 2025.
KBI merupakan sebuah platform seni inklusif tingkat nasional dan internasional
(kedepannya) yang akan diselenggarakan dua tahun sekali dan ditujukan bagi anak
dan remaja (6–17 tahun), juga mereka dengan kebutuhan khusus (hingga usia 22
tahun) untuk berkarya dan mengekspresikan ide untuk merespons berbagai isu
sosial, serta mengembangkan empati, kemampuan analitik, serta mengembangkan
karakter melalui seni dan budaya.
Esti Nurjadin, Direktur Eksekutif Badan Pengelolaan Usaha Museum dan Cagar
Budaya menjelaskan bahwa Badan Layanan Umum yang dikelolanya sangat
menyambut baik penyelenggaraan KBI ini. “Isu prundungan, identitas dan
lingkungan, sangat relevan dengan anak-anak kita. Sebagai agent of impact, Galeri
Nasional tidak hanya sebagai tempat penyimpanan dan memamerkan karya seni
saja, tetapi harus mempunyai dampak bagi masyarakat termasuk terhadap anakanak ke depannya.
“Pendekatan pameran kali ini tidak mengundang seniman-seniman yang sudah
mapan dan terkenal tetapi anak-anak dari seluruh Indonesia untuk bisa berdialog,
mengutarakan ketakutan mereka yang selama ini tidak bisa disampaikan”, ujar Esti
Nurjadin
“Seni adalah alat berdialog dan KBI adalah wadahnya, hal ini dapat memberikan
pengaruh terhadap masa depan Indonesia yang berada di tangan anak-anak
Iindonesia. Jika mereka ketakutan, bagaimana mereka akan bisa memimpin
Indonesia ke depannya,“ Kata Esti menambahkan.
Gie Sanjaya, Direktur KBI menjelaskan, “Tumbuh Tanpa Takut” kami hadirkan
menjadi tema Kids Biennale Indonesia 2025 sebagai medium perlawanan,
kesetaraan, penyembuhan, pemberdayaan, dan mempertemukan berbagai pihak
untuk bekerja sama dalam menciptakan dunia yang lebih baik.”
“Sebelumnya telah dilaksanakan Road to Kids Biennale selama dua tahun berturutturut yaitu pada 2023 dengan tema Speak Up Kekerasan Seksual Terhadap Anak
dan 2024 dengan tema Speak Up Bullying & Intolerance, kata Gie Sanjaya
kemudian.
Ia menambahkan bahwa landasan dasar penyelenggaraan pameran ini adalah
legacy, warisan baik yang akan diturunkan kepada anak-anak Indonesia ke generasi
selanjutnya. “Selama ini banyak terjadi kasus terhadap anak dan remaja di
Indonesia. Mulai dari kekerasan seksual, perundungan dan intoleransi. Melalui
media seni sebagai bahasa universal, anak–anak dan remaja dapat
mengekspresikan perasaan dan menyuarakannya lewat seni.“
Anggun Priambodo, kurator dalam pameran ini menjelaskan bahwa dalam gelaran
perdananya tahun ini, Kids Biennale langsung menerapkan sistem panggilan terbuka
(open call) secara nasional dan mendapat respons antusias yang melampaui
dugaan pihak penyelenggara. Panggilan terbuka ini diadakan sejak Februari–April
2025 melalui media sosial. “Tak disangka respon masyarakat dari seluruh Indonesia,
baik melalui komunitas seni maupun Lembaga pendidikan formal seperti sekolah
sangat antusias, bahkan banyak yang meminta diperpanjang waktu penerimaan
karyanya karena keinginan untuk berpartisipasi. Akhirnya masuk sebanyak 1.026
karya dan terkurasi menjadi 142 karya individu maupun kolektif secara nasional.”
Karya -karya tersebut dipamerkan di 2 gedung yang ada di Galeri Nasional yaitu
Gedung B dan Gedung D. Yang menarik, karya-karya yang terkumpul tidak hanya
gambar atau lukisan, tetapi banyak juga karya instalasi, patung, puisi dan lagu
bahkan multimedia yaitu video cerita dan animasi.
Asal peserta juga mewakili wilayah Nusantara, mulai dari Sumatera, baik dari
Sumatera Barat, Lampung maupun Kepulauan Riau, lalu wilayah Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, bahkan Maluku dan NTT. Masih banyak peserta dari berbagai wilayah di
Indonesia, namun belum lolos dalam kurasi.
Tak hanya itu, hadir juga karya-karya 3 Seniman Indonesia yaitu Darren Chandra
(ABK)- Bogor, Reexp – Bandung, dan M. Alwi- Banda Neira, yang mendukung
kemeriahan pameran ini.
Selama pameran berlangsung, akan diselenggarakan berbagai program untuk
anak, orang tua, dan publik. Di antaranya mewarnai paint by number maskot Kibi
dan Kibe, pemutaran film pendek, lokakarya limbah, konseling asik dengan psikolog,
gelar Wicara “Karya dan Suara”, pagelaran wayang cilik dan lain sebagainya.
Berbagai program tersebut ada yang berbayar dan ada juga yang gratis.
Untuk memasuki area pameran dikenakan tiket masuk. Untuk anak-anak Rp
15.000,00 per anak dan Rp 30.000,00 untuk dewasa serta Rp 50.000,00 untuk
WNA. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di @kidsbiennale.id.