Sipfest 2024: Siap-siap Terima ‘Tanda Cinta’ Dari Teater Koma
Gelaran SIPFest alias Salihara International Performing-arts Festival 2024 akan kembali menyuguhkan penampilan tak biasa dari para seniman atau kelompok yang berpartisipasi. Bukan Salihara namanya jika tidak menyajikan penampilan khusus, meski itu sebuah pementasan daur ulang sekalipun.
“SIPFest 2024 adalah gelanggang bagi para seniman-penampil dan masyarakat penonton untuk berbagi kreativitas, kebaruan dan kegembiraan. Sebuah daya-upaya untuk mengembangkan orde yang lain, yang tidak biasa-biasa saja,“ ungkap Direktur Program Komunitas Salihara Arts Center, Nirwan Dewanto dalam pesan tertulisnya.
Teater Koma menjadi salah satu ‘kelompok senior’ yang bakal tampil dalam SIPFest, dengan memainkan lakon ‘Tanda Cinta’. Rangga Riantiarno, putra sulung mendiang Nano Riantiarno, akan bertindak sebagai sutradara.
Bagi Rangga, lakon Tanda Cinta menyimpan banyak kenangan akan ayahnya.
“Naskah ini adalah pentas pertama Teater Koma di Salihara pada Mei 2009. Jadi sudah 15 tahun yang lalu,” ungkap Rangga kepada Kultural Indonesia, di sela-sela latihan di Sanggar Teater Koma di kawasan Bintaro.
“Pementasan ini juga tribut untuk Papa saya, Nano Riantiarno, sebagai penulis naskah dan pemain asli tokoh Suami dalam lakon ini (tokoh istri dimainkan ibundanya, Ratna Riantiarno). Lakon ini pertama kali dipentaskan Teater Koma tahun 2005 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Tapi, sejumlah lontaran dialog dari tokoh Suami dan Istri, masih atau makin terasa relevan di masa sekarang, “ lanjut Rangga.
Tanda Cinta sendiri berkisah tentang Suami yang selalu bertanya kepada (tokoh) Istri,”Masih adakah cinta di antara kita?”
Istri tak pernah menjawab hingga Suami penasaran. Akhirnya Suami membuat pamflet cinta untuk mencari jawaban dari masyarakat luas. Tapi siapa sangka, ini malah bikin Suami terjerat masalah!
Rangga mengaku proses reading atau membaca naskah dilakukan di sela-sela latihan untuk pementasan Matahari Papua yang digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki pada 7-9 Juni lalu.
“Dua pemeran utama yaitu Lutfi Ardiansyah dan Tuti Hartati sudah saya berikan naskah Tanda Cinta sejak awal Maret untuk mereka pelajari.
Sesudah pementasan “Matahari Papua” barulah latihan “Tanda Cinta” lebih intens sejak pertengahan Juni hingga Agustus,” jelas Rangga.
Adakah sesuatu yang baru, setelah pementasan pertama di GKJ (2005), berlanjut di Salihara (2009) dan kembali lagi ke Salihara tahun ini?
Oh, ternyata memang ada yang spesial untuk penonton.
“Yang spesial, penonton pun juga akan kami berikan pamflet cinta demi menjawab pertanyaan (tokoh) Suami,” kata Rangga sambil tertawa.
Inilah yang menyenangkan dari Teater Koma: kejutan yang menyegarkan di setiap pementasan. Entah itu celetukan pemain, lelucon, sindiran, kosa kata baru atau musik latar. Hal lain yang membanggakan adalah regenerasi para pemain sehingga ikut membentuk generasi baru penonton Teater Koma di waktu bersamaan.
Berlangsung persis di tahun politik, SIPFest yang biasa digelar setiap dua tahun sekali terhenti sejak 2019. “Orde Seni Baru” menjadi jargon dalam SIPFest tahun ini. Nirwan Dewanto menjelaskan bahwa “kita” tidak hanya punya orde politik melainkan juga ada orde seni yang dapat mengajak kita memperbaharui diri dan membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutup oleh kekuasaan resmi,
“Seni memberikan alternatif terhadap klise dan kemandegan yang dijajakan oleh politik. Seni itu menggoda, mengejutkan, sekaligus menyenangkan. Membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutupi kekuasaan resmi. Kita memimpikan orde yang lain melalui kesenian. Kita menyurung orde kesenian, alih-alih orde politik, untuk mengembangkan kebangsaan dan kemanusiaan,” kata Nirwan.
Pementasan Tanda Cinta oleh Teater Koma dapat disaksikan di Teater Salihara pada 30-31 Agustus 2024.
Untuk dapat menikmati seluruh rangkaian acara yang ada dalam SIPFest 2024, pengunjung bisa langsung melakukan pemesanan tiket atau reservasi melalui laman resmi di sipfest.salihara.org. Harga tiket bervariasi mulai dari Rp75.000 (pelajar) hingga Rp155.000 (umum).
Foto: Zulpank Zulfan (Dok. Teater Koma)