Djakarta International Theater Platform: Dari Jepang Hingga Ukraina
Djakarta International Theater Platform (DITP) merupakan ruang kolaborasi lintas disiplin yang membuka potensi pengembangan seni pertunjukan dalam skala nasional maupun global. DITP 2024 melebarkan jangkauan kolaborasi bersama lima seniman dari Jakarta, Bandung, Ukraina, hingga Jepang.
Tahun ini, DITP menyoroti upaya manusia yang terus memaknai ulang identitas dan eksistensinya di tengah gempuran arus informasi, teknologi digital, serta perkembangan ilmu pengetahuan. Ini menjadikan para seniman tampil dengan ide-ide unik.
Seniman tari asal Jepang, Pijin Neji, misalnya, menampilkan format ‘berkisah’ kepada penonton dalam pertunjukan bertajuk Stream pada Selasa (20/8).
Pijin mengawali penampilannya dengan menyapa penonton di Teater Wahyu Sihombing, bersama satu narator merangkap pemutar musik yang dimainkan melalui komputer jinjing.
Ia mengaku terperangkap dalam beban mental saat pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Jepang. Penderitaan sebagai seniman disampaikan dalam monolog dan gerakan tubuh nan lentur.
“Seolah-olah saya terperangkap. Saya tak bisa melihat masa depan dan seperti lupa dengan masa lalu. Seolah-olah waktu sudah berubah total. Sayangnya, saat itu saya pun tidak punya job sama sekali karena produksi harus berhenti sepanjang masa pandemi,” kisah Pijin kepada Kultural Indonesia usai pertunjukan.
Seniman asal Kyoto ini mengisahkan satu per satu kejadian yang dialami saat pandemi ganas itu mencengkram dunia. Termasuk ketika ia terinfeksi virus Corona dan menulari bayinya yang baru lahir.
Pijin tak lupa menyelipkan gerakan tari di setiap pembacaan kisah, dan beraneka bunyi sebagai latar seperti suara bayi menangis.
Pada masa-masa pandemi, seniman tari panggung macam Pijin memang tak punya banyak pilihan. Ia lantas mengisi waktu dengan menulis novel. Kekuatan otot pun diakuinya menurun.
Namun ia menolak untuk menyerah. Pijin memilih tetap menciptakan karya.
“Saya menciptakan Katarimono (kesenian Jepang seperti wayang). Sedangkan untuk pertunjukan saya malam ini (penciptaannya) butuh waktu satu sampai dua minggu,” kata Pijin.
Saat pertunjukan, ia menggunakan banyak elemen selain bunyi dan gerak. Material seperti lumpurpun tak ragu untuk dieksplorasi. Selain lumpur ada tumpukan kertas seperti sampah yang ikut menjadi properti.
Apa yang ditampilkan Pijin merujuk pada tema besar kuratorial DITP tahun ini, ‘Posthuman’.
Penonton diajak untuk membuka kemungkinan-kemungkinan baru tentang bagaimana manusia memahami tempatnya di dunia.
“Tema kuratorial posthuman kami pilih sebagai bahan refleksi bersama atas gejala sosial yang kita alami akhir-akhir ini. Bagaimana kita mulai memahami kerapuhan sekaligus kekuatan diri kita sendiri, dengan terus berupaya menjawab struktur identitas kita bersama sebagai manusia, di tengah kompleksitas ilmu pengetahuan kontemporer, politik dan hubungan kosmopolit global. Apakah seni memiliki peluang untuk membayangkan masa depan?” ujar Yustiansyah Lesmana, Direktur Festival Djakarta International Theater Platform 2024 sekaligus Anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Rangkaian pertunjukan DITP 2024 dapat disaksikan mulai tanggal 19−25 Agustus dan 6−7 September 2024 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Semuanya ditampilkan gratis, namun penonton harus mendaftar melalui link: ditp24.com.
Foto: Wella Madjid | Kultural Indonesia
Dok. DITP