YANG FANA ADALAH WAKTU
Di Penghujung Kisah Ping dan Sar
Novel ini merupakan novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni yang masih mengisahkan lika-liku kehidupan sepasang kekasih Pingkan (Ping) dan Sarwono (Sar) yang belum terselesaikan di dua novel sebelumnya. Dalam novel ini, Ping dan Sar dikisahkan sedang menjalani hubungan jarak jauh Kyoto (Jepang)-Solo, karena Ping menempuh pendidikannya. Sar yang sempat sakit-sakitan karena berpisah dengan Ping mulai membaik kondisinya. Ia melanjutkan hari-harinya sebagai seorang dosen dan bertukar kabar dengan Ping yang jauh di negeri sakura. Dalam novel ini percakapan antara Ping dan Sar dilakukan melalui pesan pendek elektronik. Percakapan dua tokoh utama dituliskan dengan begitu mengalir dan membuat pembaca memahami persoalan-persoalan yang dihadapi dua tokoh utama dalam hubungan mereka. Seperti halnya hubungan percintaan pada umumnya, hubungan Ping dan Sar juga diuji oleh beragam tantangan. Perbedaan latar belakang Ping dan Sar masih menjadi pertentangan bagi keluarga Sar yang lebih menginginkan Sar menikah dengan orang Jawa. Di satu sisi, Katsuo, pemuda Jepang yang menyukai Ping lambat-laun mulai mundur untuk mendekatinya. Pada akhirnya kisah Ping dan Sar menunjukkan bahwa waktu dan segala yang terjadi tidak menghalangi cinta mereka.
Kisah Ping dan Sar dapat dikatakan merupakan kisah-kisah percintaan yang istimewa karena penuturannya. Sapardi Djoko Damono terkenal dengan puisi-puisinya. Novel Trilogi Hujan Bulan Juni merupakan novel fiksi yang puitis. Kisah Ping dan Sar terangkai dengan baik termasuk tentang lika-likunya. Perasaan-perasaan Sar terhadap Ping begitu pun sebaliknya dikisahkan melalui perumpamaan-perumpamaan yang indah. Kisah Ping dan Sar sendiri di awal novel diumpamakan seperti burung merpati. Baik merpati jantan atau betina pasti hidup melewati musim hujan dan kemarau. Mereka sama-sama beradaptasi untuk menghadapi rintangan di setiap musim. Perumpamaan lainnya adalah ungkapan Sar akan perasaannya terhadap Ping, “Kita boneka kulit yang silih-berganti ditancapkan dan dicabut dari batang pisang yang semakin malam semakin berlubang-lubang.” Hal itu diungkapkan Sar untuk menunjukkan bahwa apa yang dilalui oleh Sar dan Ping berdasar pada kehendak Tuhan.
Selain puitis, novel ini juga filosofis. Penulis menunjukkan persoalan-persoalan dalam suatu hubungan romantis yang umum terjadi, tapi kompleks. Misalnya perbedaan budaya antara Ping seorang perempuan berdarah Manado dan Sar yang berdarah Jawa. Ada juga perbedaan-perbedaan pola pikir dalam menghadapi suatu permasalahan yang bisa ditemukan pembaca melalui percakapan-percakapan antartokoh utama tersebut. Konflik-konflik yang dimunculkan dalam novel ini bukanlah konflik-konflik yang besar, melainkan tentang bagaimana Ping dan Sar menata hati mereka serta berusaha agar hubungan mereka tetap bertahan walaupun terpisah jarak dan perbedaan latar belakang. Kisah Ping dan Sar membawa pesan bahwa suatu hubungan berkaitan dengan komitmen pihak-pihak yang menjalankan. Ping dan Sar pernah merasakan kekosongan saat keduanya terpisah jarak serta waktu yang terus berjalan membawa mereka menemukan berbagai persoalan yang bisa saja membuat hubungan mereka kandas sewaktu-waktu. Namun, kesungguhan Ping dan Sar untuk selalu setia satu sama lain dapat membuat hubungan mereka abadi.
Novel Yang Fana Adalah Waktu merupakan salah satu novel yang bisa dinikmati oleh pembaca yang ingin menikmati fiksi romansa dan puisi sekaligus. Sapardi Djoko Damono sendiri sudah menulis puisi sejak dirinya duduk di bangku SMA. Selain puisi, ia juga menulis cerpen, novel, esai, drama serta menerjemahkan puisi. Karya-karya Sapardi Djoko Damono selain Trilogi Hujan Bulan Juni adalah novel Trilogi Soekram, buku puisi Babad Batu, Melipat Jarak, Ada Berita Apa Hari Ini, Perahu Kertas, dan lain-lain. Sapardi Djoko Damono juga memperoleh beberapa penghargaan semasa hidupnya baik dari Indonesia maupun mancanegara. Mantan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia itu tutup usia pada tanggal 19 Juli 2020. Puisi-puisi romantis Sapardi Djoko Damono adalah karya yang indah dan sepertiya dapat dinikmati lintas generasi.
Penulis: Sapardi DJoko Damono
Tahun terbit: 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 144