Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Cahayo Hati Limpapeh Persembahkan Makan Bajamba, Upaya Melestarikan Budaya Minangkabau

Cahayo Hati Limpapeh Persembahkan Makan Bajamba, Upaya Melestarikan Budaya Minangkabau

Perkumpulan budaya Cahayo Hati Limpapeh kembali menyelenggarakan kegiatan budaya, khususnya dari Sumatera Barat. Kali ini komunitas yang bergerak dalam pelestarian budaya Nusantara khususnya budaya Minang ini menggelar Makan Bajamba di Rumah Maroko, Jakarta, pada Rabu 1 November 2023.

Makan Bajamba atau Makan Barapak merupakan warisan leluhur yaitu tradisi yang menjadi petanda jati diri dan karakter dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minang, tradisi yang mengandung norma, aturan, nilai-nilai, hukum yang menjadi sistim dalam masyarakat.

Dengan mengundang 120 peserta dari berbagai kalangan, kegiatan makan bersama ini biasanya diadakan untuk melengkapi seluruh acara adat di Minangkabau, diantaranya Batagak Penghulu, Malam Ba’inai, pernikahan. Tujuan Makan Bajamba adalah memupuk tali silaturahmi dan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat status, menyetarakan derajat, yang dalam petatah petitih Minangkabau diungkapkan, “Duduak samo randah, Tagak samo tinggi”.

Makan Bajamba ini dilakukan di suatu ruangan besar terbuka dan di atas lapiak (tikar) sambil lesehan, piring-piring dan lauk pauknya disusun di sebuah jamba atau dulang. Setelah piring yang berisikan berbagai macam lauk pauk di dalam dulang tersusun dengan bentuk yang mengerucut ke atas, maka setelah itu dulang ditutup dengan tudung saji yang terbuat dari anyaman daun enau, lalu di atasnya ditutupi dengan dalamak, kain bersulam benang emas, kain khas Minangkabau. Setelah ditutup dengan kain inilah maka ia disebut Jamba. Jamba kemudian disusun dari ujung ruangan sampai ke ujung ruangan lagi.

Ada aturan tak tertulis yang biasa dipatuhi dalam kegiatan Makan Bajamba. Misalnya tuan rumah yang akan memulai makan yang kemudian diikuti para tamu. Selain itu urutan makan akan dimulai dari sayuran dahulu baru menyantap makanan lainnya seperti lauk dan daging.

Semua yang ikut di Makan Bajamba ini duduk berjejer dari ujung ke ujung ruangan menikmati sajian yang ada di depan mereka bersama-sama. Pada saat makan meski semua orang sama-sama duduk lesehan, ada sedikit perbedaan dalam tata cara duduk antara laki-laki dan perempuan, laki-laki duduk baselo (bersila) sedangkan perempuan duduk basimpuah (bersimpuh). Makan Bajamba biasanya disantap bersama-sama dengan 4 orang.

Makan Bajamba juga tidak dilihat dari saat makan bersama saja, tetapi juga merupakan proses panjang persiapan acara. Dengan tujuan utama menjalin tali silaturahmi, tidak hanya terbentuk pada saat menyantap hidangan secara bersama-sama semata, tetapi silaturahmi telah terjalin sejak pemilihan bahan, proses memasak dan berbagai persiapan lainnya.

Bumbu-bumbu yang diperlukan biasanya diambil dari ladang dan kebun rumah mereka masing-masing secara bergotong royong. Setelah bumbu disiapkan, pada umumnya kaum laki-laki yang memasak. Setiap daerah memiliki ciri khas hidangan daerahnya. Biasanya, hidangan yang disajikan itu di antaranya rendang, cancang dagiang, gulai sayur nangka atau rebung yang dimasak dengan rempah-rempah.

“Selain itu, ada beras pulut, pinyaram, kalami, dan sejumlah makanan khas lainnya sesuai dengan kebudayaan di nagarinya masing-masing, Ragam hidangan dalam kehidupan orang Minangkabau adalah ungkapan syukur atas kekayaan dan kesuburan tanahnya. ” ungkap Shinta Oemar, Ketua acara Makan Bajamba.

“Makanan tradisional menjadi elemen pokok dalam menciptakan kebersamaan antar masyarakat Minang. Segala persiapan merupakan sebuah proses kebersamaan yang mengikat menjadi tali silaturahmi,” tambahnya.

Tentang Komunitas Cahayo Hati Limpapeh

Komunitas Cahayo Hati Limpapeh adalah sebuah kelompok insan yang peduli atas kelestarian budaya Minangkabau dan pada kelestarian budaya Nusantara pada umumnya. Cahayo Hati Limpapeh bergiat melestarikan budaya Minang dengan memperkenalkan kekayaan dan nilai luhur adat istiadat budaya Minangkabau kepada generasi muda dan pada dunia dengan visi dan misi mengangkat marwah dan kehormatan yang telah diturunkan oleh leluhur sesuai budaya dan adat secara turun temurun di seluruh Minangkabau, Sumatera Barat.

Cahayo Hati Limpapeh bertujuan membantu orang di kampung halaman yang ditinggalkan. Membantu mereka yang tidak mampu, agar mereka dapat hidup layak. Menjaga kearifan lokal dengan tetap dan tidak meninggalkan busana, tradisi, norma, nilai-nilai, aturan dan hukum yang menjadi sistim dalam masyarakat Minangkabau.

“Ibu Sativa Sutan Aswar (ibu Atitje Aswar) yang adalah Pendiri dan Pembina dari Cahayo Hati Limpapeh, pada 1996 kembali ke Tanah Datar dan tinggal di sana untuk mengajar mereka menenun. Agar pakaian Minang dan tengkuluknya dipakai kembali dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga para perajin mulai kembali menenun, dan membantu mereka dalam meningkatkan nilai ekonomi rumah tangganya. Untung lah kemajuan ini sedikit demi sedikit sudah mulai terasa,” kata Ketua Perkumpulan Cahayo Limpapeh, Arlisty Sutan Assin R.

Kata ‘Limpapeh’ sendiri menggambarkan keindahan dari peranan Bundo Kanduang sebagai dasar dari sistim keluarga matrilineal. Limpapeh sebagai simbol yang mengutakamakan kekuatan pentingnya peranan bundo kanduang di dalam menjalankan nilai-nilai, norma-norma, aturan dan hukum dalam adat Minangkabau, serta pewaris pusaka tinggi dalam Rumah Gadangnya.

Sumber Foto: Ferry Irawan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.