Dance For All, Pentas Tari Balet dari Cicilia Ballet School dan EKI Dance Company
EKI Dance Company bersama Cicilia Ballet School mempersembahkan suatu pentas tari balet berjudul Dance For All yang digelar pada 21 Juli 2024 di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukkan selama 120 menit ini akan ditarikan oleh 213 penari dari kedua kelompok tari. Sebanyak 22 penari dari EKI Dance Company dan sisanya penari dari Cicillia Ballet School dari berbagai cabang, baik dari pelajar hingga dewasa.
Dalam pementasan ini ada sebelas nomor tari, yang terdiri dari 8 tarian dari Cicilia Ballet School dan 2 tarian dari EKI Dance Company, serta 1 tarian hasil kolaborasi penari Cicilia dan EKI. Yang menarik dalam kolaborasi ini, bukan hanya menarikan balet klasik, dalam Dance for All juga ada genre tari kontemporer dan hiphop yang seluruhnya dibawakan oleh para penari yang telah berlatih bersama selama 3 bulan.
“Selama ini EKI Dance dikenal dengan kelompok tari tradisional dan kontemporer, dalam kesempatan ini mereka akan menarikan tarian balet secara keseluruhan untuk pertama kalinya di atas panggung,“ ujar Nala Amyrtha dari EKI Dance Company yang juga sebagai penari sekaligus produser pementasan ini.
Kesebelas nomor tari tersebut adalah Dance for All, My Little Dolls, Musical Doll, The Movements, ThE bOx, The Little Fairies, Good at Dancing, Le Monsta, Maya, Firebird dan Fairy Doll.
Nala menjelaskan kolaborasi ini dilakukan karena kebetulan pendiri Cicillia Ballet School, Ibu Ade Setiowibowo juga sebagai pelatih tari balet di EKI Dance Company. Maka dalam beberapa nomor tarian berjudul Legenda Burung Api dari Manggarai, akan dilakukan oleh penari EKI Dance dan dilatih oleh ibu Ade. Selain itu akan ada nomor tarian berjudul Fairy Doll yang 4 penari laki-laki dari EKI Dance terlibat dalam tarian yang dilakukan oleh penari dari Cicillia Balet School.
Fairy Doll diadaptasi dari Fairy Doll atau Die Puppenfee 1903 dari koreografer Sergey and Nikolay Legat. Musiknya oleh Joseph Bayer, Piotr Tchaikovsky, Anton Rubenstein, Riccardo Drigo, Antoly Lyadov, dan lainnya. Fairy Doll mengisahkan sebuah toko boneka yang menjual beragam boneka berbagai negara seperti Austria, Jepang, Cina, Perancis dan Spanyol. Keajaiban pun terjadi di toko boneka tersebut karena boneka-boneka tersebut menjadi hidup dari sihir Fairy Doll.
Kemudian, Legenda Burung Api dari Manggarai terinspirasi dari legenda Firebird dari Rusia. Musiknya diambil dari Suite from The Firebird (1919 version) dari komposer Igor Stravinsky dengan orkestra New York Philharmonic dan konduktor Leonard Bernstein. Legenda Burung Api dari Manggarai merupakan karya mendiang pendiri EKI Dance Company, Rusdy Rukmarata. Menariknya, dalam karya adaptasi ini, Rusdy menambahkan karakter bebek yang fisiknya tidak sempurna, tapi membuat sang Burung Api yang sempurna, jatuh cinta.
“Ceritanya ada sebuah desa yang dilanda masa kegelapan penuh kesengsaraan, kemudian seorang dukun memanggil Burung Api membawa cahaya bagi warga desa. Namun tiba–tiba muncul seekor bebek yang berpenampilan jelek di antara mereka. Penduduk desa merasa terganggu tapi sang burung malah tertarik dengan si bebek. Saking tertariknya dengan si bebek, justru membakar sang bebek hingga mati. Burung Api bersedih sehingga kegelapan melanda kembali desa. Sang dukun kemudian mengubah Burung Api dan Bebek menjadi manusia. Mereka kemudian saling mencintai walaupun dalam ketidaksempurnaan. Akhirnya kebahagiaan hadir kembali,“ ucap Nala bercerita.
Aiko Senosoenoto, pendiri EKI Dance Company juga berharap pementasan ini bisa dinikmati semua kalangan. “Melalui sajian dalam Dance for All , kami ingin menyampaikan bahwa tari termasuk ballet adalah untuk semua masyarakat. Siapapun dapat belajar untuk menari dan tari juga dapat dinikmati oleh siapa saja. Semoga bisa menambah kegairahan dunia tari Indonesia,” jelas Aiko yang juga Direktur Utama EKI Dance Company.
Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia