Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Mar Pertunjukkan Musikal dari Jalinan Lagu-lagu Karya Ismail Marzuki, Kisah Romantis Berlatar Perang Masa Kemerdekaan

Mar Pertunjukkan Musikal dari Jalinan Lagu-lagu Karya Ismail Marzuki, Kisah Romantis Berlatar Perang Masa Kemerdekaan

Ismail Marzuki, komponis Indonesia yang telah mewariskan karya-karya musik yang tidak hanya meninggalkan romantisme tetapi juga nilai-nilai nasionalisme dan sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dari lagu-lagunya lalu oleh Artswara, sebuah rumah produksi musik dan pertunjukkan yang menjalinnya menjadi sebuah pertunjukkan drama musikal yang berlatar belakang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia Mar.

Mar dipentaskan di Ciputra Artpreneur Jakarta, 26-28 Februari 2025. Pertunjukkan selama dua jam ini dibagi dalam 2 bagian dan dijeda waktu istirahat selama 15 menit. Menceritakan kisah percintaan Sersan Mayor Marzuki yang diperankan Gabriel Harvianto dan juru rawat Aryati yang diperankan oleh Galabby. Didukung oleh Bima Zeno, Chandra Satria, Gizka Aulia, Made Aurelia dan Raditio P.S, Taufan Purbo, Witri , serta Witri Diana Putri.

Kisah ini berlatar pada peristiwa perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Jogjakarta dan Peristiwa Bandung Lautan Api pada tahun 1946. Lagu-lagu karya Ismail Marzuki seperti Payung Fantasi, Rindu Lukisan, Sanda Alam, Wanita, Kopral Jono, Melati di Tapal Batas, Sepasang Mata Bola, Sapu Tangan, Selendang Sutra, serta Juwita malam, Bandung Selatan dan Aryati dirangkai menjadi kisah yang dimainkan dan dinyanyikan 24 pemain yang terdiri Nenek dan cucunya, para prajurit, TKR, Juru Rawat, Ambu pemilik warung dan putrinya, Laswi ( Laskar Wanita Indoensia) serta para warga yang saling berganti peran dari pedagang, orang-orang kota hingga dokter.

Adegan dibuka disudut kiri panggung, seorang nenek Nin, menceritakan kisah cintanya dengan sang kakek kepada cucunya Mara. Adegan kemudian berlaih ke tengah panggung menceritakan para prajurit TKR bercengkrama dengan para juru rawat di sebuah warung kopi. Dari situlah kisah ini berjalan, mulai perkenalan Mar dan Aryati, hingga mereka menikah dan akhirnya Mar gugur akibat peristiwa Bandung Lautan Api.

Maera Panigoro eksekutif produser pertunjukkan ke-13 Artswara ini menceritakan latar belakang ide Mar dari kegemaran sang Ayah, Almarhum Arifin Panigoro, yang menggemari musik jazz dan lagu-lagu karya Ismail Marzuki. “Jadi sebenarnya persiapan pertunjukkan ini sudah sejak tahun 2021 dengan mengajak Titien Watimena untuk menuliskan naskahnya. Sayangnya bapak wafat pada tahun 2022 dan akhirnya rencana pentar Mar tertunda, ditambah ibu saya juga berpulang pada

tahun 2024. Maka kemudian di tahun ini saya ingin mewujudkan pentas ini, sebagai penghormatan untuk kedua orang tua saya,“ jelasnya.

Wawan Sofwan sang sutradara menyatakan tugasnya yang dimudahkan oleh para pemain yang sudah lama malang melintang di dunia drama musikal. “Pekerjaan saya dimudahkan dengan jam terbang mereka dalam dunia akting di pentas drama musikal. Apalagi didukung oleh Dian HP untuk penata musiknya dan Iskandar Loedin untuk penata artistiknya. Saya tinggal mengasah mereka untuk lebih mendalami dan menjaga kekompakan mereka di atas panggung,“ katanya.

“Namun untuk menjaga keontetikan kisah berlatar belakang sejarah ini, kami sampai melakukan riset, baik untuk peran mereka sebagai tentara maupun jurut rawat maupun masyarakat di jaman kemerdekaan, hingga menyusuri Kota Bandung untuk melihat dan membayangkan situasi kala tahun 1946, di mana kira-kira lokasi rumah sakit, tangsi TNI dan Warung Ambu tempat para prajurit dan tentara bertemu,“ tambahnya lagi.

Dengan dukungan tata panggung dan musik live dari band pengiring pimpinan Dian HP, pentas ini berjalan dan mampu mencampuradukan perasaan penonton. Dari kelucuan, romantisme hingga semangat nasionalisme dan haru akibat gugurnya sang prajurit, sehingga Mar pantas untuk terus dipentaskan hingga ke berbagai kota untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas pertunjukkan musikal berkualitas. Tidak hanya menghadirkan hiburan tetapi juga pengetahuan dan nilai nasionalisme dan tentunya saja kecintaan pada kesenian.

Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.