Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

KENAPA JALUR REMPAH? Komoditi yang Membawa Nilai Budaya dan Gaya Hidup Peradapan Dunia

KENAPA JALUR REMPAH? Komoditi yang Membawa Nilai Budaya dan Gaya Hidup Peradapan Dunia

Sumber Foto: Kol. Bartelle Gallery

Pada masa keemasan kekaisaran Romawi, sekitar 117 M, tidak sembarang orang dapat memiliki rempah. Dalam kehidupan kesehariannya, berbagai rempah sudah digunakan sebagai bagian dari kuliner dan gaya hidup para bangsawan di jaman itu. Misalnya lada, selain membuat masakan lebih lezat, lada juga membuat hangat tubuh di musim dingin. Dan rasa pedas lada konon memiliki daya aprodisiak yang tinggi. Di masanya, lada menjadi katalisator yang penting dalam pembuatan wine.

Di masa ini, tidak sembarang orang bisa menikmati lada. Seorang harus berada di tingkat bangsawan, kaum elit atau minimal berpangkat setara kolonel untuk dapat merasakan enaknya daging panggang berbumbu lada. Di India, selain pada masakan, lada juga digunakan untuk Kesehatan dan pengobatan tradisional seperti Ayurveda. Konon di kerajaan kuno Mesir, Nefertiti, Nefertari sampai Cleopatra, lada yang bercampur madu dan susu digunakan sebagai bagian dari pemeliharaan kecantikan dan keharuman tubuhnya.

Dewa-dewa Mesir kuno juga dipercaya menyukai rempah dalam sajin-sajian di berbagai ritual keagamaan. Lada juga merupakan salah satu rempah yang diberikan pada Seth, Dewa Kematian. Tak hanya itu, menurut catatan kitab-kitab suci Al-Quran, Taurat dan Injil menjadi bagian dari ‘promosi’ rempah. Mulai dari ritual ibadat keagamaan sampai kehidupan sehari-hari.

Insulæ Indiæ Orientalis karya kartografer Joducus Hondius terbit pada 1606. Koleksi Bartelle Gallery

Lada sempat dijuluki sebagai Raja Rempah. Dari masa kekaisaran Romawi, sekitar 500 tahun sebelum Masehi sampai awal abad pertengahan, lada adalah salah satu rempah yang harganya 5 kali lipat dari harga emas. Selain lada, rempah lainnya yang meguasai dunia adalah pala, cengkih, kapur dan kayu manis. Konon, lada merupakan tanaman asli India yang dibawa bersama hadirnya ajaran agama Hindu di Bumi Nusantara. Tetapi ia tumbuh lebih baik dan subur di Indonesia. Sedangkan empat jenis lainnya merupakan anugrah Tuhan yang tumbuh secara alami di Nusantara.

Eropa kuno, dalam hal ini Romawi-Yunani, mendapatkan rempah melalui jalur perdagangan Etiopia dan Laut Merah. Alexandria merupakan kota Pelabuhan yang sangat ramai sehingga menjadi penghubung paling penting dalam perdagangan rempah. Venesia menjadi kaya raya karena rempah yang harganya berlipat ganda dari harga asal bahkan dari harga pedagang di titik-titik sepanjang pantai Afrika Timur. Para
pedagang Arab menutupi peta dan titik-titik penting sepanjang garis laut dan menyebarkan berbagai cerita-cerita mistis demi merahasiakan lokasi pusat rempah.

Perjalanan panjang perdagangan rempah selama berabad-abad melalui berbagai perubahan dinasti dan kerjaaan hingga abad pertengahan. Keharuman rempah Nusantara membuat kapal-kapal Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda saling berlomba menjelajahi samudra dunia. Jalur laut atau maritim menjadi jalur paling penting dunia perdagangan saat itu. Inilah asal mula Jalur Rempah atau Spice Routes. Kemudian juga dikenal sebagai jalur cendana atau kemenyan, jalur lada dan sebagainya.

Berkat rempah, dunia perdagangan jalur laut menjadi sangat aktif. Kota-kota sepanjang jalur perdagangan menjadi tempat persinggahan para pelaut dunia yang kemudian juga memperkenalkan berbagai kebudayaan dunia sehingga terjalin silang budaya.

Apa bedanya Jalur Rempah dengan Jalur Sutra? Jalur Sutra menandai perdagangan darat yang menghubungi Asia dan Eropa dengan komoditas utamanya sutra. Tercatat bahwa Jalur Sutra merupakan jalur darat dari perdagangan rempah, gading, emas, kulit binatang sampai Mutiara. Aktivitas dagangnya tidak seluas Jalur Rempah. Maka tidaklah berlebihan jika Jalur Rempah dianggap sebagai sebuah marka penting bagi pergerakan social, politik, ekonomi dan budaya dunia, baik sebelum era modern sampai paling tidak abad akhir abad 19.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.