Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Misteri Kamar Rahasia di Kota Tua

Misteri Kamar Rahasia di Kota Tua

Jakarta tempo doeloe

Kapan kamu terakhir mengunjungi Museum Sejarah Jakarta? Masih ingat berita tentang sebuah ruangan rahasia yang ditemukan secara tidak sengaja oleh sekelompok seniman asal Inggris dan Indonesia beberapa tahun lalu?

Selama puluhan tahun, ruangan ini ‘terkunci’ dan nyaris tidak diketahui oleh masyarakat. Di situ terdapat sebuah dinding yang selama itu ditutupi berbagai barang dan partisi ruangan yang tidak dipedullikan orang. Padahal di balik lapisan barang-barang tersebut terdapat mural yang luar biasa besar karya seorang seniman besar di era Orde Lama, Harijadi Sumodidjojo. Sebuah mural yang menceritakan situasi yang terjadi di Batavia antara tahun 1880-1920an.

Meskipun bukan peninggalan Belanda, mural ini menyimpan begitu banyak cerita dan misteri tentang Jakarta tempo doeloe. Para seniman Inggris dan Indonesia yang menemukan karya tersebut yang secara kebetulan itu kemudian terinspirasi untuk membuat sebuah program pelestarian yang dinamakan Mystery Of Batavia. Dengan dukungan kerjasama British Council dan Pemerintah DKI, selama 1 tahun para kolaborator antar bangsa, lintas-profesi, seniman Inggris dan Indonesia, sejarawan, dan penulis mencoba menterjemahkan misteri lukisan yang menggambarkan penduduk multietnik Batavia di saat pemerintahan Belanda.

Mural seluas 200 meter persegi tersebut menggambarkan ratusan karakter, benda dan berbagai tempat. Mulai dari petinggi Belanda hingga maling kelas teri di pasar. Berbagai etnik dan bangsa tampak di dalamnya, orang-orang Eropa,Tionghoa, Arab, Jawa serta orang Melayu. Ia juga menggambarkan tempat-tempat terkenal di Batavia seperti stasiun Jatinegara, Harmoni, Kota, Tanjung Priok, pintu gerbang Amsterdam yang lenyap dihancurkan pada zaman kemerdekaan, dan Kali Ciliwung yang membelah kota Batavia dan merupakan tempat favorit mandi gadis-gadis. Ada pula gambar transportasi yang saat itu ada di Batavia seperti delman, sepeda ontel, mobil sederhana hingga trem.

Mural ini memenuhi 3 sisi dinding. Pada dinding tengah terdapat lukisan yang menggambarkan sebuah perjamuan makan yang dihadiri oleh banyak orang Belanda juga orang-orang berpakaian Jawa. Sebuah pesta rakyat. Kanan atas tampak kerumunan orang yang belum diwarnai, masih dalam bentuk sketsa hitam. Mural di sisi dinding lain menceritakan pengangkutan barang-barang di Pelabuhan Sunda Kelapa. Gambar ini juga masih dalam bentuk sketsa. Di situ juga digambarkan hukum gantung bagi para penjahat, namun maling kelas teri tampak berkeliaran dalam pesta topeng dan ondel-ondel. Tidak ketinggalan gambaran Batavia sebagai pusat ekonomi yang diwakili gambar pasar buah, pedagang pikul dan gerobak dorong serta tukang cukur.

Karya Harijadi ini tidak semata-mata berdasarkan imajinasi dari sang pelukis. Ia bersama sejarawan Sudarmadji Damais rajin berdiskusi dan mencari referensi dari sumber-sumber dari zaman itu. Mural yang disebut sebagai mural terbesar di Jakarta itu dikerjakan Harijadi bersama kedua anaknya.

Hari jadi semasa berkesenian diketahui menggunakan medium yang sangat beragam, mulai dari sketsa, lukisan, grafis, mural, patung dan relief-relief. Dialah yang mengerjakan relief yang berada di bandara Kemayoran atas permintaan Bung Karno. Harijadi adalah seorang seniman realis yang berkarya pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebelum menjadi pelukis, ia bekerja sebagai pembuat poster-poster film dan pernah menjadi seorang pembalap.

Harijadi memulai mural lukisan di Museum Sejarah Jakarta ini pada 1975 atas permintaan langsung Gubernur Ali Sadikin. Sangat disayangkan lukisan ini tidak pernah selesai. Bagian atas mural setinggi 6 meter masih berupa sketsa tanpa warna. Tapi semua itu tidak mengurangi daya tariknya. Harijadi meninggal dunia pada 1997.

Foto: WordPress.com

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.