Pameran Melik Nggendong Lali, Kumpulkan Karya Wirid Visual Butet Kartaredjasa
Butet Kartaredjasa, yang biasa dikenal sebagai aktor baik dalam film, sinetron atau teater, kini menghadirkan kumpulan karya-karya seni rupa terbarunya dalam sebuah pameran berjudul Melik Nggendong Lali. Pameran ini berlangsung di Galeri Nasional Jakarta, mulai 26 April–25 Mei 2024.
Tak tanggung-tanggung, lebih dari 100 karyanya ditampilkan buah perjalanan spiritualnya sejak tahun 2018 menyikapi situasi perjalanan bangsa Indonesia. Kumpulan karyanya baik secara satuan maupun kelompok terbagi dalam berbagai material mulai dari kanvas, keramik, batu, kayu, besi dan kain.
Mas Butet memang pernah berpameran tunggal tahun 2017 untuk menampilkan karya-karya lukisannya dengan media keramik, namun setelah itu pemimpin Teater Gandrik Yogyakarta ini sibuk dengan berbagai kegiatan kesenian lainya.
Keaktifannya berkarya dalam seni rupa didukung dengan perkenalannya dengan sesorang Bernama Arkand Bhodanna yang mempunyai teknik spiritual untuk mengubah takdir seseorang menurut nama panjang pemberian orang tua. Teknik ini dinamakan Manutiras.
Mas Butet yang sejak kecil selalu terpesona dengan hal mistis dan spiritual tertarik dengan metode ini. Seniman yang pernah kuliah di ISI Yogyakarta ini kemudian melakukan metode yang disarankan, dengan kegiatan menuliskan nama panjangnya yaitu Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa secara terus menerus selama 90 hari, hingga berhenti karena jatuh sakit pada tahun 2022.
Setelah mendapatkan pemulihan kesehatannya, ia mulai kembali melakukkan laku seni sebagai rasa syukur terhadap apa yang dianggapnya mukjizat karena diberi kesempatan hidup kembali setelah sakit keras. Kegiatan menulis nama panjangnya dalam satu sesi setiap hari dalam 90 hari kembali ia lakukan. Namun tak hanya menulis, kegiatan yang ia sebut sebagai Wirid Visual ini ia tuangkan menjadi bentuk-bentuk visual lainnya menjadi suatu kesatuan komposisi gambar dalam sebuah lukisan.
Wirid Visual yang membentuk bentuk gambar dari tulisan nama panjangnya itu dalam seni rupa disebut sebagai Kaligram, menurut kurator pameran Asmudjo J. Irianto. Dosen senirupa ITB ini menjelaskan bahwa wirid visual sebagai laku spiritual Mas Butet menjadikan semangat atau spirit baru yang membuatnya bertransmutasi menjadi karya seni.
“Penulisan nama yang berulang-uang menimbulkan aspek meditatif dan kontemplatif, sehingga gerak batin yang bertemu dengan kesadaran menimbulkan keratifitas imajinasi dan kebebasan. Lalu narasi tersebut terbetuk dalam gambar-gambar, seperti gambar hewan, manusia dengan gesturnya atau seperti kalimat dengan huruf besar seperti graffiti”, ujar sang kurator.
Saking produktifnya, pameran ini dipresentasikan tidak disajikan dengan gaya museum tetapi agar lebih akrab dengan pengunjung, dibumikan seperti suasana di rumah, lengkap dengan karpet, meja dan kursi kayu khas jawa seperti di rumah Mas Butet sendiri.
“Mengapa diterima untuk dipamerkan di Galeri Nasional, karena dalam karya-karya yang dipamerkan terdapat kebaruan yang bisa ditawarkan dalam jagat seni kontemporer Indonesia saat ini, “ tambah Asmudjo
Mas Butet kemudian menyampaikan dalam sambutannya saat pembukaan pameran, “Awalnya harus saya akui hal ini sebagai urusan spiritual yang sangat personal, kalau kaum Muslim wirid diucapkan, kalau saya dituliskan, lalu arsip wirid saya menjadi karya seni, awalnya karya seni yang dihasilkan hanya untuk memaknai hidup, namun semesta mewujudkan karya ini menjadi suatu pameran,“ ujar pemimpin Padepokan Seni Bagong Kusudiarjo ini.
Melik Nggendong Lali dapat diartikan dengan ‘keinginan yang membawa lupa’. Rohaniwan Katolik Romo Magnis Suseno yang membuka dengan resmi pameran ini menyatakan bahwa layaknya ibu yang merawat anak-anaknya tanpa berharap mendapat apa-apa, guru yang mendidik murid-muridnya tanpa berharap mendapatkan imbalan dari anak didiknya, begitu juga dokter dengan pasiennya, penguasa atau pemimpin negara juga harus bersikap sama karena kekuasaanya didapat dari rakyat.
“Jangan keinginan menjadi penguasa membuatnya menjadi lupa, termasuk lupa akan rasa malu,“ ujar Romo Magnis.
Tokoh lain yang hadir dalam pembukaan pameran pada 26 April 2024 ini adalah Mahfud MD. Dalam sambutannya mantan Menkopolhukam ini mengatakan “Butet adalah politisi yg ulung, ekspresi seninya mengandung nilai politik tinggi. Dengan pameran ini kita diingatkan untuk berpolitik dengan merawat negara ini dengan sebaik-baiknya dan penuh hati nurani.”
Foto: Ferry Irawan | Kultural Indonesia