Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

PAMERAN TUNGGAL WAYAN NUSA DIRGANTARA

PAMERAN TUNGGAL WAYAN NUSA DIRGANTARA

Panorama Dalam Diam, Menangkap Sepinya Pantai di Bali Saat Pandemi

Wayan Yusa Dirgantara, perupa muda asal Tabanan Bali takjub melihat suasana di kampung halamannya saat pandemi Covid-19 di pertengahan 2021. Saat itu ia pulang kampung dari kuliahnya di ISI Yogyakarta. Kesibukan turistik hilang, hingar bingar pariwisata di pantai Jimbaran kosong seketika. Masyarakat gagap hingga lupa punya pantai yang kembali bisa dinikmati di rumah sendiri tanpa turis.

Saat itu ia tengah menyelesaikan tugas akhirnya. Penat dengan mencari ide-ide karya, ia pulang ke kampung halamannya, apalagi pandemi Covid -19 sedang meraja. Setiba di rumah, suasana tampak berbeda. Suasana pariwisata telihat kosong, kini sepi dari wisatawan.

Tiap hari ia kembali ke pantai. Pantai Bali tanpa turis merupakan pemandangan yang tidak biasa baginya. Budaya masyarakat pesisir di Jimbaran yang pernah ada kala itu hadir kembali. Mereka berdatangan kembali ke pantai, menikmati suasana pesisir dan kembali ke laut yang selama ini selalu padat akan pendatang.

Orang-orang kini kembali menikmati laut, makan bersama di pantai, bersenda gurau hingga rapat keluarga di pantai. “Ini kebiasaan asli orang Jimbaran, yang Bapak pernah temui saat berkuliah di tahun 1994”, ujar orang tua Wayan.

Ombak laut yang sepi membawa sekumpulan sampah plastik, terombang ambing tak berarah. Gambaran itu ia tuangkan di karyanya menjadi sebuah lukisan berjudul Tarian dari pulau plastik.

“Saya lalu berpikir, apa yang belum bisa dibeli oleh investor di Bali. Sambil menikmati suasana pantai menunggu sunset, saya dengan selembar tikar duduk di dipinggir pantai menikmati matahari . Hanya sunset yang tidak bisa dibeli”, katanya. Jadilah karya berjudul Another Sunset. Suasana sunset yang sepi dari suasana pariwista yang hiruk pikuk, yang mungkin tidak akan kembali lagi. Bali kini kembali normal.

Suasana ini menjadi sumber inspirasinya untuk berkarya. Wana biru laut, pasir pantai dan suasana pesisir digambarkan dalam kanvas-kanvas yang menjadi bagian dari karya tugas akhirnya. “Ingatan itu saya coba reka kembali ke Jogja di akhir 2021. Saya kulik kembali, mencari tone warna yang pas lalu saya tumpahkan di kanvas.”

“Suasana Bali yang diam tanpa aktifitas itu menjadi inspirasi saya dalam mengadakan pameran tunggal ini”, ujar lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 2021 ini.

Tak lama kemudian finalis UOB Painting Of the Year 2021 dihubungi pihak Artsphere untuk mengadakan pameran tunggal. Bagaikan berjodoh, koleksi lukisan dari karya tugas akhirnya termasuk tulisan pengantar pameran yang sudah disiapkan akhirnya bisa digunakan.

Kemudian digelarlah Pameran Tunggal Wayan Yusa Dirgantara Panorama Dalam Diam, kerjasama Artsphere dengan Artspace di Artotel Thamrin Jakarta. Pameran digelar 29 Juli – 11 September 2022.

Wayan Yusa Dirgantara lahir pada 2 Agustus 1995. Bakat melukisnya menurun dari bapak dan kakeknya. Kakeknya seorang pelukis Bali , Wayan Teher namanya. Kakek dan bapaknya melukis dengan semangat idealisme. Ada jamannya lukisan hasil karya seniman, tidak boleh dijual secara komersil. Termasuk kakeknya yang lebih banyak melukis tentang spiritualisme walapun memiliki studio di pinggir pantai. Bapaknya membuka art shop dan melukis untuk dijual ke turis – turis hingga berhenti setelah bom Bali tahun 2003.

Sedari kecil Wayan Yusa diarahkan menjadi pemusik hingga memiliki studio musik sendiri. Awalnya keluarganya tidak menginginkannya menjadi seorang pelukis namun dengan semangatnya yang tinggi, serta dipengaruhi karya-karya kakeknya sebagai panutan akhirnya dia diijinkan menjadi pelukis dan kuliah di ISI Yogyakarta.

Sebelumnya ia juga berguru dengan seorang seniman, yaitu Putu Suta Wijaya untuk mengasah bakat melukisnya, dengan bekerja menjadi asisten.

Pada semester 4 kuliahnya ia berhasil menjual lukisan pertamanya, ukuran 2 meter kali 2 meter dengan harga 6 Juta Rupiah pada sebuah kegiatan pameran saat itu, walaupun setelah itu akhirnya dia mengetahui bahwa lukisannya mendapat harga termurah dari lukisannya yang berukuran terbesar pada pameran yang dia ikuti saat itu.

Satu lagi hal yang menarik dari Wayan Yusa, ternyata ia seorang dengan buta warna parsial, yaitu buta warna sebagian. Ia tidak bisa melihat tingkatan ketiga dari sebuah warna, yang mengarah ke tingkatan lebih gelap. Namun begitu, ia mencari trik tersendiri dalam mencari tone warna yang pas untuk mengekspresikan lukisannya, baik dengan membaca keterangan dalam kemasan cat maupun membuat warna dengan mesin mix, selain mendapat masukan dari teman-teman di sekelilingnya. Walaupun demikian ia mengaku kerap salah memilih warna saat membeli cat.

Sumber foto: Dok. Artsphere

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.