Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Perjalanan Lukisan Kaca Indonesia

Perjalanan Lukisan Kaca Indonesia

Kesenian Seni Rupa Khas Indonesia Hasil Akulturasi Dari Berbagai Budaya

Ada yang terlupakan dari karya seni rupa khas Indonesia. Selama ini kesenian kita terpaku pada pakem yang dibawa dunia Barat, sehingga karya seni rupa kebanyakan yang terbentuk dari goresan cat di atas kanvas lebih berharga dibanding kesenian khas nasional, contohnya lukisan kaca.

Untuk itu, Dia.lo.gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan, menyelenggarakan pameran CERITA KACA, Perjalanan Seni Lukis Kaca Indonesia, yang memamerkan lebih dari 300 karya lukisan kaca berbagai bentuk dari berbagai sumber.

Lukisan kaca merupakan produk nasional dari akulturasi berbagai macam budaya dan kemudian menemukan bentuknya yang baru, khas Indonesia. Berawal dari perkembangannya di Eropa di abad pertengahan, kemudian dibawa lewat jalur perdagangan ke Timur Tengah dan Tiongkok pada tahun 1700-an. Yang kemudian berkembang menjadi lukisan kerajaan atau dinasti dan bangsawan di sana.

Karya seni itu kembali dibawa oleh pedagang-pedagang Arab dan Cina ke Indonesia pada tahun 1800-an, melalui Cirebon dan Bali utara di masa penjajahan Belanda lewat VOC. Di Cirebon lukisan kaca dibawa oleh pedagang dari daratan Cina untuk melengkapi altar-altar pemujaan dewa dewi mereka, yang kemudian menjadi barang mewah bagi kesultanan Cirebon. Kesenian ini kemudian berakulturasi dengan budaya lokal, wayang kulit dan penyebaran agama Islam.

Di Bali Utara, lewat pedagang asal Cina, juga terjadi peredaran lukisan kaca, para Bangsawan Bali menggemari lukisan Putri Tiongkok yang dengan berjalannya waktu berkembang menjadi kesenian lokal, lukisan adegan wayang khas Bali. Lukisan kaca juga berkembang di Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk Madura, hingga ke Tanah Minangkabau.

Berbeda dengan di Cirebon yang banyak menggambarkan tokoh-tokoh pewayangan. Di Jawa Tengah lukisan kaca banyak menampilkan adegan pewayangan dari cerita Mahabarata dan Ramayana. Namun berkembang lebih luas menjadi lukisan tentang cerita rakyat, punakawan dan lainnya, yang bertemakan kritik sosial dan perjuangan melawan penjajah.

Dalam pameran ini ruang pameran dibagi dalam beberapa zona, Dia.lo.gue Artspace dengan kurator Hermawan Tanzil dan Chabib Duta Hapsoro mengelompokkan karya-karya lukisan kaca ini bukan berdasarkan waktu namun dari tema lukisan.

Ada zona Pewayangan, zona Cerita Rakyat dan Kearifan Lokal, zona Punakawan Janaka, zona Putri Tiongkok dan Putri Campa, zona Kebudayaan Islam, zona Loro Blonyo, lalu terdapat zona karya dari tokoh pelukis kaca Indonesia yaitu Rastika dan Haryadi Suadi. Melengkapi zona-zona tersebut, ada zona Serbaneka yang menampilkan karya lukisan kaca dekoratif dari berbagai benda, baik itu gelas, toples krupuk, pajangan, reklame hingga obituary. Ditampilkan juga beberapa contoh lukisan kaca dari luar negeri, yaitu dari India, Cina & Senegal.

Terakhir ada zona instalasi Mozaik Budaya yang menampilkan bayangan kosong gambar-gambar di lukisan-lukisan kaca yang dipamerkan, di mana jika pengunjung menginjakkan kakinya di gambar tersebut maka akan muncul gambar obyek lukisan tersebut secara utuh.

Chabib Duta Hapsoro menceritakan kepada pengunjung pada acara pembukaan pameran bahwa pengerjaan lukisan kaca bisa berlangsung lama. Bisa berhari-hari dan berbulan-bulan, namun menggunakan bahan dan peralatan yang sederhana, kaca dan cat besi yang mudah dibeli di pasar. Warnanya kemudian diolah sendiri. “Lukisan kaca menggunakan teknik melukis terbalik, pada balik kaca, dibuat outline-nya dulu, baru kemudian background-nya. Lukisan kaca relatif awet karena gambarnya terlindungi dibalik kaca walaupun rentan dengan benturan“.

Menurut Hermawan Tanzil, lukisan kaca di Indonesia mengalami kejayaan jaman orde baru saat dipromosikan oleh pemerintah sebagai kesenian rakyat. Banyak sekali lukisan kaca yang dijual di pasar dan emperan masjid. Namun proses regenerasi itu terhambat, apalagi akibat pandemi covid19. Setelah itu para seniman lukisan kaca semakin terpuruk.

“Melalui pameran ini saya ingin mengangkat kembali kesenian lukisan kaca dan menampilkan pameran dengan setting dan warna yang dekat dengan anak muda, agar mereka mengenal kesenian ini, para kolektor bangga dengan koleksi milik mereka yang dipamerkan, para seniman kembali terangkat martabatnya dan kesenian ini kembali digemari oleh masyarakat,“ ujar Hermawan lagi.

Pameran ini diselenggarakan mulai tanggal 4 Februari – 11 April 2024.

Sumber Foto: Ferry Irawan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.