Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Sumbu Filosofi Jogja Menjadi Warisan Budaya Dunia

Sumbu Filosofi Jogja Menjadi Warisan Budaya Dunia

Dalam sidang Komite World Heritage UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, UNESCO telah menetapkan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia. Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Sangiran, Subak Bali, dan Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto.

Poros Kosmologis Yogyakarta dan bangunan bersejarahnya, poros tengah Yogyakarta, didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mangkubumi, dan sejak saat itu terus berlanjut sebagai pusat pemerintahan dan tradisi budaya Jawa. Poros utara-selatan sepanjang enam kilometer ini diposisikan untuk menghubungkan Gunung Merapi dan Samudera Hindia, dengan Kraton (istana) di tengahnya, dan monumen budaya utama yang melapisi poros di utara dan selatan yang dihubungkan melalui ritual. Ini mewujudkan keyakinan utama tentang kosmos dalam budaya Jawa, termasuk penandaan siklus kehidupan.

Dalam sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, yang hadir dalam sidang mewakili Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengatakan bahwa keberhasilan ini merupakah penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Bowono I, pemrakarsa Sumbu Filosofi Jogja yang penuh dengan nilai filosofi yang tinggi ini.

Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO lengkapnya berjudul Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, ditetapkan sebagai warisan dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal.
Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan petama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18. Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsep Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang dari Panggung Krapyak di Selatan menuju Utara ke Kraton Nyayogyakarta Hadiningrat, dan sampai di Tugu Jogja.

Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilignya yang penuh simbol filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Parang Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamewayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Beragam tradisi dan acara kebudayaan Jawa, baik dalam hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi Jogja pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya. Ini merupakan bukti bahwa peradaban Jawa dan tradisi budayanya masih terus dilestarikan sampai sekarang.

Selamat untuk Yogyakarta atas lolosnya Sumbu Filosofi Jogja menjadi Warisan Budaya Dunia. Selamat untuk Indonesia!

Sumber Foto: Dok. UNESCO

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.