ATAVISME
Sebuah Catatan
Ruang dan waktu selalu ada di setiap cerita Budi Darma di dalam buku kumpulan cerpen Atavisme ini. Setiap kisah di dalam buku ini menggambarkan konflik psikologis dan beragam keajaiban. Keajaiban di sini juga bisa disebut sebagai keanehan. Secara definitif Budi Darma memberi batasan atavisme. Atavisme adalah kemunculan sifat-sifat (ciri-ciri) pada seseorang yang sudah lama tidak muncul pada generasi yang sebelumnya dan atavisme adalah adat kebiasaan kuno yang turun-temurun.
Dalam buku kumpulan cerpen ini atavisme ditunjukkan melalui plot cerita yang beragam. Bentuk atavisme yang dikandungnya juga unik, selalu nyata, dan menguatkan peran tokoh sentralnya. Menariknya, di setiap kisah itu selalu ada kematian. Budi Darma selalu mencoba menguraikan takdir yang akan menimpa setiap tokohnya dengan penuturan yang sangat menyentuh sekaligus bersifat psikologis. Namun barangkali itu bukan takdir, tetapi sebuah rencana dari Tuhan yang harus diceritakan lalu dimaknai sebagai sebuah keajaiban dan/atau keanehan.
Dalam cerpen berjudul Pohon Jejawi Henky Kopperlyk si insinyur Belanda muda tampan, sombong, tampak pandai tapi konyol, akhirnya dipermalukan juga di depan umum oleh tindakannya sendiri. Sebagai orang barat, Henky selalu menggunakan akalnya. Ilmu-ilmu gaib dan tempat-tempat keramat di beberapa daerah di Indonesia yang sudah dianggap bagian dari adat-istiadat dan kearifan lokal masyarakat Indonesia sejak dulu kala, mestinya dihormati oleh Henky, tapi dia tidak melakukannya. Salah satunya adalah pohon jejawi yang membuat Henky selalu penasaran. Sebelum ia benar-benar menebang pohon jejawi, ribuan burung di sekitar pohon jejawi dan dari seluruh Surabaya terbang mendekati Henky. Burung-burung itu tidak terbang untuk melumat dan memagut, tetapi hanya mengelilingi tubuhnya sambil menjerit-jeritkan sumpah serapah kepadanya. Di lain peristiwa, Henky, sebagai wali kota baru juga bersikap rasis. Ia melarang peribumi hadir dalam acara pertandingan sepakbola. Ketika kickoff, bukan bolanya yang melayang melainkan sepatunya. Sikap sombong dan rasis Henky barangkali diwariskan dari nenek moyangnya.
Sifat-sifat yang ada di dalam diri seorang manusia juga dapat muncul kembali setelah beberapa lama. Hal itu digambarkan dalam cerpen Sang Pemahat. Sifat-sifat jahat tokoh bernama Juntrung sejak ia masih sekolah muncul kembali setelah ia sukses menjadi dokter ahli bedah jantung terkenal. Entah mengapa sifat ini muncul. Apakah ada kesesuaian dengan mimpinya? Keanehan-keanehan lain yang muncul dalam cerpen-cerpen lainnya di dalam
buku ini juga berkaitan dengan pewarisan sifat-sifat di masa lalu setiap tokoh.
Lewat 17 cerpen dalam buku ini Budi Darma mengajak kita untuk meneropong lebih jauh mengapa kejahatan selalu ada di dunia nyata hingga sekarang. Manusia memiliki kebaikan dan keburukan yang meskipun sepele tetapi krusial bagi kelangsungan hidupnya. Pada cerpen berjudul Suara di Bandara kebaikan melawan kejahatan juga selalu ada di dunia nyata sepanjang zaman. Cerpen ini berkisah tentang Sandra yang melarikan diri dari Surabaya setelah berencana merobohkan tenda dan menggilas teman-temannya yang masih tidur.
Apakah kisah Sandra hendak dikaitkan dengan cerita Kafka dan Dr. Faustus (Faust) yang transendental-dimensional atau hanya sekedar sebagai peringatan? Drama Dr. Faust sangat terkenal di abad-abad pertengahan. Dalam kisah itu, Dr. Faust telah menandatangani surat perjanjian dengan iblis Mefistofelis yang ditulis dengan darah. Selama 23 tahun Mefistofelis bersedia menjadi budak Dr. Faust. Dua puluh tiga tahun berlalu, Dr. Faust menjadi budak abadi Mefistofelis. Namun, kejahatan ala Dr. Faust dilawan oleh Michael dengan kekuatan abadi untuk menebarkan kebaikan. Pada sebuah fragmen drama di era abad pertengahan tersebut, akhirnya Dr. Faust bertobat dengan pertolongan “kekuatan surga.” Mefistofelis merasa ditipu oleh si Doktor gila itu, lalu kembali ke neraka. Nah, apakah tokoh Sandra juga bertobat? Mengapa ia masih bersama para turis Baltik dan akan menyengsarakan seperti ketika merobohkan tenda dan menggilas teman-temannya, lalu melarikan diri tak bertanggung jawab?
Kumpulan cerpen ini mengajak pembaca memahami khuluk dari setiap individu (manusia) dan alam semesta yang mengelilinginya. Keanehan atau keajaiban yang selalu ada itu bisa memberi pelajaran buat kita semua, bahwa ketika kita bisa hening setiap hari barang 3-5 menit saja, kita bisa memaknai sekaligus merefleksikan kehidupan kita ini. Ternyata atavisme memang ada di lingkungan kecil keluarga dan masyarakat kita. Karena sesuatu hal atau barangkali kita tidak mampu untuk hening sejenak, atavisme menjadi tidak teramati dengan baik.
Bagi para pecinta kehidupan dan yang senang memaknai arti peziarahan hidup, dianjurkan untuk membaca buku kumpulan cerpen terakhir Budi Darma ini. Siapa tahu, Anda juga pernah mengalami beragam peristiwa serupa atau bahkan mengalami konflik batin, seperti yang dialami para pelaku yang dikisahkannya.
