Melihat Kembali Sketsa-Sketsa Henk Ngantung
Pencipta Sketsa Tugu Selamat Datang
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau juga dikenal dengan nama Henk Ngantung adalah seorang pelukis otodidak dan Gubernur DKI Jakarta pada 1964-1965. Sebelum menjadi gubernur DKI Jakarta, Henk adalah pelukis yang aktif membuat sketsa-sketsa yang menceritakan keadaan politik Indonesia pada masa perjuangan dan masa paska kemerdekaan. Ia telah membuahkan beberapa karya penting seperti sketsa proses Perjanjian Linggarjati dengan berbagai sketsa-sketsa detail, dari Perdana Menteri Sutan Sjahrir mendatangani naskah perjanjian, Presiden Soekarno, dan Bung Hatta antara lain.
Ia juga merupakan salah satu pendiri dari perkumpulan seniman Gelanggang. Sebuah perkumpulan seniman yang diprakarsai oleh Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Gelanggang didirikan berdasarkan idealisme para seniman untuk lepas dari ikatan-ikatan atau pengaruh-pengaruh dari angkatan sebelumnya (Angkatan Pujangga Baru) dan juga pihak penguasa yang mereka anggap menafik dan memasung kreatifitas seni. Mereka menentang chauvinism dan menganut paham bahwa seni itu bersifat universal, tidak terkotak-kotak.
Sebelum Proklamasi, Henk membuat sebuah lukisan dengan judul Memanah. Sebuah karya yang menjadi legenda. Karya ini menjadi saksi bisu dibacakannya teks proklamasi di kediaman Bung Karno. Suatu saat di sebuah pameran, Presiden Soekarno melihat lukisan Henk itu dan ia jatuh hati pada lukisan tersebut. Diam-diam Bung Karno mendatangi kediaman Henk. Menurut bung Karno pose dari pemanah tidak dalam proporsi yang benar sehingga ia minta Henk untuk mengkoreksinya. Konon Bung Karno lalu memeragakan langsung pose lengan orang yang memanah. Lukisan yang dimulai pada 1943 itu kemudian oleh Henk diperbaiki langsung sesuai pose Bung Karno. Sebenarnya lukisan Memanah itu ia dedikasikan bagi Soekarno, tapi karena Henk membutuhkan uang Bung Karno membayarnya dengan harga yang telah disepakati. Hingga kini lukisan Memanah menjadi bagian dari 28 koleksi lukisan-lukisan Istana Kepresidenan. Konon lukisan ini menyimpan banyak cerita revolusi.
Salah satu karya Henk Ngantung yang sangat terkenal adalah Tugu Selamat Datang yang berada di depan Hotel Indonesia, sekarang Hotel Kempinsky. Monumen ini dibuat dalam rangka menyambut Asian Games IV1962, Indonesia menjadi tuan rumah saat itu. Tugu Selamat Datang digagas oleh Presiden Soekarno. Henk membuat desainnya. Setelah sukses dengan Tugu Selamat Datang, Henk kemudian kembali ditugaskan oleh Bung Karno untuk mendesain Monumen Pembebasan Irian Barat yang kini berdiri di tengah-tengah Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Pada 1960 Henk Ngantung ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ia kemudian diangkat lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 1964. Namun jabatan tersebut bertahan kurang dari satu tahun. Oleh rezim Orde Baru, Henk dicopot dari jabatan tersebut dengan tuduhan sebagai penganut idelogi komunis tanpa ada proses hukum.
Henk mengasingkan diri setelah dicopot dari jabatannya sebagai gubernur Jakarta. Dia terus melukis walaupun dalam keadaan sakit-sakitan. Ia juga harus menjual rumahnya untuk menyambung kehidupannya karena untuk waktu yang lama Henk tidak menerima uang pensiun. Baru sekitar 1980, pemerintah mulai memberikan uang pensiunnya. Sebelum kematiannya, Henk mendapat kehormatan dengan diadakannya pameran solo yang pertama dan terakhir yang didukung oleh seorang kolektor ternama Indonesia, Ciputra.
Henk Ngantung tutup usia pada Desember 12, 1991 di usia 70 tahun. Lukisan terakhirnya berjudul Ibu dan Anak.
Sumber Foto: Sketsa-Sketsa Henk Ngantung, Dari Masa ke Masa