Pameran Repatriasi, Menggali Kembali Kekayaan Masa Lalu Indonesia Lewat Saksi Bisu Peradaban Nusantara
Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menyelenggarkan Pameran Repatriasi, Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara. Bertempat di Gedung A Galeri Nasional, Mulai tanggal 28 November – 10 Desember 2023. Dalam pameran ini diperlihatkan benda-benda hasil repatriasi sejak era 1970-an sampai sekarang.
Pameran ini tak hanya memperlihatkan benda-benda mati saksi peradaban bangsa Indonesia, melainkan pula menyuguhkan pengetahuan yang terkandung di dalamnya: bagaimana riwayat benda, konteks historis keberadaannya, dan kisahnya yang ‘tersandera’ di negeri penjajah selama ratusan tahun. Melalui pameran ini diharapkan generasi muda dan masyarakat pada umumnya bisa belajar sejarah kolonialisme di Indonesia serta bagaimana perlawanan terhadap dominasi kolonialisme itu sendiri.
Kotak Tembakau
Kotak bako masyarakat suku Sasak
Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek mengatakan, “Repatriasi benda sejarah ini bukan sekadar mengembalikan barang dari belanda ke Indonesia, melainkan untuk mengungkapkan pengetahuan sejarah dan asal usul benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui Masyarakat.”
“Keberadaan benda tersebut di Indonesia juga mengalami pertukaran makna: semasa di Belanda koleksi tersebut dipasang sebagai wujud kebudayaan dominasi bangsa Belanda atas jajahannya, sementara di Indonesia koleksi tersebut memberikan bantuan kepada kita untuk memahami peradaban bangsa Indonesia di masa lalu,“ ujar sang kurator Bonnie Triyana dalam tulisan pameran ini.
Gagang Keris
Hulu milik bangsawan atau keluarga kerajaan terbuat dari emas
Upaya repatriasi peninggalan Sejarah Nusantara ini jauh telah diupayakan sejak jaman kemerdekaan. Tahun 1951 setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar, tidak serta merta peninggalan sejarah Nusantara dikembalikan ke Indonesia. Mohamad Yamin, anggota DPR pada saat itu sudah menuntut pengembalian benda-benda bersejarah dan purbakala di Nusantara yang dirampas dari Indonesia.
Pada 1972 keropak Nagarakertagama kembali ke tanah air. Menyusul enam tahun kemudian arca Prajñaparamita dan sejumlah pusaka Kerajaan Lombok dikembalikan dari Belanda. Pengembalian benda-benda tersebut mengawali babak baru hubungan kebudayaan kedua negara yang sempat membeku akibat konfik di era revolusi kemerdekaan. Pemulangan ke tanah air atau repatriasi pada era 1970-an membuka pintu bagi dialog kedua negara, khususnya dalam bidang sejarah dan kebudayaan pada umumnya.
Arca Prajñaparamita dan Arca Durga
Māhisāsuramardini
Upaya itu terus dilakukan hingga sekarang. Pembicaraan mengenai repatriasi artefak dari Belanda ke Indonesia mulai semakin intensif pada akhir 2020. Pada Juli 2022, surat permintaan pengembalian pertama dari pihak Indonesia diserahkan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid kepada Dirjen Kebudayaan Belanda Barbera Wolfensberger yang mewakili Sekretaris Negara bidang Kebudayaan dan Media Gunay Uslu.
Juli 2023 Sekretaris Negara bidang Budaya dan Media Belanda Gunay Uslu melakukan serah terima benda dengan Dirjen Kebudayaan Indonesia Hilmar Farid di Museum Volkenkunde, Leiden. Benda yang dikembalikan antara lain pusaka Kerajaan Lombok, keris Kerajaan Klungkung, empat arca Singhasari, dan koleksi seni Pita Maha.
Dalam pameran ini terasa istimewa bagi para pegunjung, setelah melakukan pendaftaran secara online tanpa dikenakan biaya alias gratis. Pengunjung memilih jadwal yang dipilih pada jam tertentu per harinya lalu melakukan scan barcode di meja registrasi.
Bros
Bros segi enam ini simbol status, biasanya dipakai oleh orang-orang ningrat atau bangsawan
Setelah dikelompokkan per jam yang diplih, pengunjung diperbolehkan masuk tanpa membawa tas. Ada banyak ruangan dalam pameran ini. Dalam ruang pertama dipajang arca-arca dari Candi Singosari. Arca Prajñaparamita, Arca Durga Mahisasuramardini, Arca Mahakala, Arca Nandiswara dan Arca Ganesha. Pengunjung akan diterangkan kelima arca ini oleh pemandu, yang menjelaskan juga soal latar belakang pameran repatriasi ini. Berikutnya pengunjung akan memasuki ruang-ruang berikutnya namun dilarang untuk memotret yang menggunakan telepon genggamnya. Namun diperbolehkan melakukan catatan menggunakan alat tulis sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu yang bertugas.
Ruangan berikutnya terdiri dari berbagai koleksi berharga. Mulai dari koleksi benda pusaka milik Pangeran Diponegoro, seperti Keris Kiai Nogo Siluman, Tongkat Kiai Tjokro, Tombak Kiai Rodhan dan Pelana kuda Kiai Gentayu.
Kemudian dipamerkan juga benda-benda milik Kerajaan Klungkung dan Mataram Lombok saat Belanda melakukan penyerangan dan perampasan barang-barang milik Kerajaan. Benda-Benda bersejarah dari Kerajaan Mataram Lombok disimpan di Museum Nusantara yang ada di Delft, Balanda sejak tahun 1911–2013,yang ditutup akibat krisis ekonomi Eropa. Sebanyak 150.000 barang telah dikembalian ke Indonesia. Peninggalan tersebut berupa koleksi senjata, koleksi perhiasan seperti cincin dan bros, dan perabotan rumah tangga serta koleksi lukisan dan patung dewa dewi Hindu Budha.
Sumber Foto: Dok. GalNas