Pameran Survei Agus Suwage : The Theater of Me
Menyusuri Perjalanan Karya Agus Suwage
Museum Macan terus menghadirkan karya-karya seni rupa berkelas. Setelah menampilkan karya-karya S. Sudjojono dan perupa dalam dan luar negeri lainnya dalam tema peralihan perkembangan seni rupa yang bersinggungan dengan perubahan kehidupan sosial dan politik di berbagai negara, kini Museum MACAN kembali menghadirkan karya menarik dari perupa lainnya, yaitu Agus Suwage.
Agus Suwage : The Theater of Me merupakan pameran survei, pameran yang dibuat untuk melihat kembali perjalanan perupa dari awal karirnya hingga hari ini.
Suwage, adalah salah satu perupa kontemporer terkemuka Indonesia, kelahiran Puworejo, Jawa Tengah pada tahun 1959. Setelah menempuh pendidikan menengah atas di Yogyakarta, perupa dengan nama asli Agus Susanto ini kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Senirupa ITB pada tahun 1979 hingga 1986. Lalu menetap di Jakarta sebagai desainer grafis hingga tahun 1999 sebelum akhirnya menetap di Yogyakarta.
“Saya sebetulnya berminat di seni murni, namun saya bersyukur dapat menempuh pendidikan di desain grafis ITB, karena banyak hal yang saya dapat di bangku kuliah yang mendukung saya dalam berkarya, seperti penggunaan simbol-simbol dan teks, “ ujar Suwage.
Dengan melewati situasi sosial politik di tahun 90-an, karyanya membahas tema-tema budaya dan politik secara luas. Ia melihat secara langsung pergolakan politik dan sosial menjelang Kerusuhan Mei 1998. Pengalaman ini menjadi sangat penting dalam perkembangan Suwage sebagai seorang perupa.
Sebanyak kurang lebih 80 karya ditampilkan dalam pameran ini, dari karya instalasi, patung, lukisan, dan seni gambar, yang mengeksplorasi perkembangan karya Agus Suwage dalam konteks reformasi di Indonesia.
“Pameran tunggal saya ini seperti membuka album atau arsip-arsip dari karya-karya saya yang telah banyak menyebar kemana- mana, yang telah dimiliki oleh berbagai pihak yang kemudian oleh Museum Macan saya diingatkan kembali dengan karya-karya saya yang sempat saya lupakan“, kata perupa dengan nama asli, Oe Hok Sioe ini.
“Saya bersyukur sekali Museum MACAN telah mengumpulkan karya-karya saya, seperti mempertemukan kembali dengan anak-anak saya” , tambahnya.
Agus Suwage: The Theater of Me, melihat relasi antara seni, politik, dan masyarakat; mimpi perupa dan rasa tanggung jawab sosial; bagaimana perupa terlibat dalam proses refleksi berkelanjutan dan eksplorasi; dan bagaimana seni memainkan peran penting dalam merefleksikan perubahan sosial dan politik. Sejumlah ide seperti memori, ketakutan, keterasingan, mimpi, identitas manusia, dan humor terjalin dengan komentar sosial secara umum.
“Bagi saya, The Theater of Me adalah sebuah perjalanan melihat kembali karya-karya yang pernah saya buat selama 30 tahun berkarir di dunia seni. Melalui proses refleksi serta eksplorasi dari awal masa pencarian sebagai seorang perupa, saya melihat keterkaitan erat antara seni, politik, dan kehidupan sosial masyarakat. Anda akan menjumpai karya saya dalam berbagai fase penting seperti seri potret diri dan eksplorasi terhadap memori, ketakutan, keterasingan, mimpi, identitas manusia, dan humor”.
“Dalam berkarya saya mengambil tema-tema dalam keseharian saya, baik itu tema politik, sosial, norma-norma, toleransi beragama. Hal tersebut seperti menjadi obat untuk saya untuk mengeluarkan unek-unek dan pikiran saya terhadap situasi di sekitar saya, “ katanya lagi.
Suwage banyak menampilkan dirinya sebagai obyek karyanya, baik itu sebagai lukisan , patung hingga instalasi. Hal ini merupakan caranya untuk mengkritik situasi yang meresahkannya dengan mengorbankan dirinya sebagai obyek seni.
Dalam pameran ini, kita diajak menyusuri perjalanan karyanya mulai dari awal-awal berkarya di tahun 1990-an di mana ia banyak dipengaruhi seniman-seniman Eropa, seperti dari Jerman dan Inggris. Karya-karya instalasinya di tahun-tahun berikutnya, hingga karya terakhirnya di tahun 2019.
Karya-karya monumentalnya juga banyak dihadirkan di sini. Mulai dari Monumen yang Menjaga Hankamnas mengambarkan kekuasaan otoriter orde baru yang duduk dibawah kesenangan yang digambarkan oleh seribu botol bir. Lalu ada 100 Drawing dan 720 hari, di mana selama tahun 2012 – 2014 ia mendisiplinkan dirinya untuk konsisten membuat karya gambar kesehariannya dalam 720 hari. Karya terakhirnya di tahun 2019 Potret Diri dan Panggung Sandiwara menampilkan gambar wajahnya dalam berbagai rupa yang dihasilkannya dalam media berbahan seng berukuran 60×80 cm.
Aaron Seeto, Direktur, Museum MACAN, berkata, “Agus Suwage adalah salah satu perupa terkemuka Indonesia yang karyanya dikenal dan dicintai di Indonesia, dan telah dipamerkan serta dikoleksi secara luas di seluruh dunia. Pengaruhnya sebagai seorang perupa dapat terlihat dalam keterampilan teknis dan kemampuan melukisnya, serta bagaimana ia dapat menyampaikan harapan dan ketakutan dari generasi yang terseret arus momentum perubahan politik dan sosial menjelang Reformasi. Terlepas dari analogi dan observasi sederhana terhadap dunia yang berubah di sekitarnya, karya Agus Suwage menjadi lebih kompleks lewat interogasi diri yang terus menerus, menyelidiki mitos dan simbol yang membingkai kerumitan hubungan manusia dan kekuasaan politik nasional, menguraikan pandangan-pandangan ideal dan korupsi yang menyengsarakan.
Pameran Agus Suwage ini bagi Museum MACAN sebagai upaya penting untuk memastikan bahwa perupa terkemuka Indonesia memiliki kesempatan memamerkan karyanya pada masyarakat Indonesia. Pendekatan terhadap pendidikan seni dan program publik yang beragam, dirancang untuk menjamin perupa penting seperti Agus Suwage menjadi lebih dikenal oleh generasi yang lebih muda, dan agar mereka dapat lebih menghargai peran seni dalam membentuk pemahaman terhadap sejarah dan masyarakat.
Pameran ini dibuka sejak 4 Juni hingga 15 Oktober 2022. Pengunjung yang datang ke museum wajib menaati protokol kesehatan yang ketat dan upaya pencegahan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan bersama.
Pameran Agus Suwage: The Theater of Me dapat dikunjungi oleh publik dengan membeli tiket melalui situs Museum MACAN.