TIM Book & Literature Festival 2025, Sediakan 5000 Judul Berbagai Jenis Buku Selama Sebulan
Taman Ismail Marzuki Book & Literature Festival kembali diselenggarakan untuk keempat kalinya. Berlangsung sejak 14 April hingga 14 Mei 2025, TIM BOOK Fest 2025, sebutan pendeknya, menghadirkan 5000 judul dari berbagai jenis buku, mulai dari novel, pengembangan diri hingga buku berbahasa Inggris dan buku-buku anak-anak.
TIM BOOK Fest 2025 resmi dibuka pada Senin, 14 April 2025 di Perpustakaan Jakarta Gedung Ali Sadikin Taman Ismail Marzuki. Hadir dalam acara Diki Lukman Hakim, Kepala Unit Perpustakaan dan PDS HB Jassin, Hikmat Kurnia Ketua IKAPI Jakarta, Anya Aprilia perwakilan Jakpro dan Aries Syafrizal dari Bukabukupustaka.
Diki Luman Hakim menyatakan akan mendukung pameran ini karena sesuai dengan peran perpustkaan sebagai mitra dari penerbit. Apalagi pameran ini akan menyemarakkan perpustakaan dengan berbagai acara selama sebulan penuh.“ Bahkan sesuai himbauan Pemda Jakarta, tempat-tempat publik akan dibuka lebih lama, perpustakaan akan tutup lebih malam. Hingga jam 10 malam,“ ujarnya.
Hikmat Kurnia menyambut baik pameran ini. “Pameran ini sangat bermanfaat karena buku harus tersebar di masyarakat. Walaupun saat ini eranya pembelian daring, tetapi penjualan lewat pameran juga penting”.
Selain menjadi ajang melihat buku secara fisik, pameran juga menjadi ajang pertemuan pembaca dan penulis, sebagai pertanggung jawaban penulis dengan pembacanya, akan ada dialog di sana. Bisa saja sekarang menjadi pembaca buku, besok menjadi penulis buku. Karena kalau sudah bisa menjadi penulis, ia telah menjadi pembaca terlebih dahulu.
“Ruang pertemuan seperti ini harus banyak diciptakan, sehingga acara-acara literasi menjadi penting. Pembaca mendapat pengetahuan, dan penulis mendapat masukan”, ujar CEO Agromedia Pustaka ini.
Lebih lanjut berbicara mengenai dunia penerbitan buku, sebagai ketua Ikatan Penerbit Indonesia untuk Jakarta Hikmat Kurnia menyatakan bahwa Kota Jakarta merupakan parameter perkembangan penerbit di Indonesia. Kini IKAPI Daerah Khusus Jakarta beranggotakan 485 anggota, yang aktif sekitar 300an.
Perkembangannya setelah pandemi, jumlah anggota relatif bertambah dari kalangan perguruan tinggi dan anak-anak muda yang membuka usaha di dunia penerbitan.
“Pandemi membawa perubahan teknologi, dan anak-anak muda melihat hal tersebut peluang baru usaha. Berbeda dengan penerbit lama agak kesulitan menyesuaikan diri akibat perubahan teknologi dan melihatnya sebagai ancaman.”
Kini dengan anak-anak muda yang bergerak, jenis buku dan tren buku berubah. Misalnya sekarang banyak buku berbasis sosial media, sebagai strategi produksi dan pemasaran. Sebagai strategi produksi, sebelum buku diterbitkan penulis sudah menayangkan ide dan tulisannya di sosial media secara bersambung atau bertahap.
Hal ini memungkinkan dirinya mempunyai pengikut dan populer di sosial media, sehingga mempermudah untuk diterbitkan karena target pembacanya sudah terbentuk, target pasarnya sudah terlihat. Sosial media menjadi tolok ukur. Memang sebelumnya juga ada era pemasaran melalui blog. Tulisan ditayangkan di blog pribadi penulis terlebih dahulu baru kemudian dibukukan seperti penulis Raditya Dika.
Penerbit baru kini menjual buku tidak memprioritaskan di toko buku tetapi lewat sosmed atau marketplace.
“Pada intinya pembaca mencari informasi, sehingga kemasan informasnyai itu, baik dalam bentuk fisik, buku atau bentuk digital tidak masalah. Ada pembaca yang suka dengan buku ada pembaca yang suka membaca dengan gawai. Penerbit harus bisa merangkul semuanya,“ kata entrepreneur yang berasal dari Bandung ini.