Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Komunitas Salihara Persembahkan Pameran Seni Grafis, Marka/Matriks

Komunitas Salihara Persembahkan Pameran Seni Grafis, Marka/Matriks

Cetak Grafis, pada sejarahnya diawali untuk kebutuhan mencetak sesuatu, biasanya untuk keperluan publikasi dan promosi. Namun pada perkembangannya, dikembangkan menjadi sebuah seni cetak grafis yang menghasilkan karya personal dari pada seniman grafis. Di antara cabang seni rupa kontemporer, seni grafis bukan hanya sekadar teknik mencetak gambar pada media tertentu, tetapi sebuah ruang yang luas untuk eksperimen, dialog, dan berinteraksi antara berbagai disiplin ilmu

Untuk itu Komunitas Salihara mengadakan pameran karya-karya seni cetak grafis dari karya seniman dan seniwati, tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga yang berasal dari luar negeri. Menjadi pembuka pameran perdananya di 2025, Komunitas Salihara meresmikan pameran dengan tajuk Marka/Matriks pada Sabtu, 19 April di Galeri Salihara. Pameran ini berlangsung hingga 19 Mei 2025.

Marka yang mempunyai definisi sebagai sebagai awal mula, berupa torehan atau goresan, seperti penanda yang lahir dari gestur atau intensi berwujud garis, bentuk atau bidang. Sedangkan Matriks adalah ruang penampung marka, seperti logam, batu, kayu atau bahkan layar digital yang merekam atau menerima citra dan menahannya sebelum dicetak. Diantara keduanya terjalin relasi subtil yang saling melengkapi.

Keduanya tidak terpisahkan. Antara aksi dan wadah, antara medium dan pesan, antara tindakan mencetak dengan tatapan dan refleksi kita di hadapan hasil cetakan.

Pameran ini menghadirkan 105 karya dari 30 seniman Indonesia, Thailand dan Malaysia, dengan berbagai teknik cetak grafis yang beragam. Dari teknik cukilan kayu, etsa, litografi dan sablon hingga penggunaan fotografi, teknologi digital dan kecerdasan artifisial, seni cetak grafis terus berkembang mengaburkan batasan-batasan medium.Tidak lagi terbatas pada teknik atau prosedur tertentu, tapi menciptakan cara baru dalam berpikir dan berekspresi.

Agung Hujatnika, salah satu kurator menjelaskan bahwa pada awalnya, secara tradisional seni cetak grafis memiliki 3 teknik dasar, yaitu cetak datar, cetak tinggi dan cetak dalam. Cetak datar contohnya karya dari teknik litografi, di mana seniman membuat gambar pada plat batu, baru kemudian dicetak di kertas. Lalu Cetak tinggi contohnya adalah relief dibuat dengan membuat cukilan pada permukaan kayu baru kemudian ditempelkan di kertas. Kemudian cetak dalam

biasanya menggunakan plat logam, lalu menggunakan teknik khusus untuk kemudian baru dicetak ke permukaan kertas.

“Apa yang dipamerkan di sini adalah pengembangan dari 3 teknik tradisional tersebut,“ kata Agung yang bekerja sama dengan Asikin Hasan sebagai kurator dalam pameran ini.

Kurator Galeri Komunitas Salihara, Asikin Hasan, menambahkan bahwa karya-karya dalam pameran ini dapat membuka ruang eksplorasi serta menjadi jembatan di tengah diskursus seni cetak grafis Asia Tenggara yang begitu luas.

“Karya-karya dalam pameran ini menunjukkan bagaimana proses cetak dapat bergerak di luar fungsi tradisionalnya, menjadi ruang bagi seniman untuk mengungkapkan gagasan-gagasan seputar kekinian dan kemutakhiran,” katanya.

“Seniman yang berpartisipasi tidak hanya mengandalkan teknik yang sudah ada, tetapi juga berani untuk mengeksplorasi bahan-bahan alternatif dan alat yang tidak biasa. Dalam pameran ini, kita akan melihat bagaimana seni cetak berfungsi sebagai jembatan, menghubungkan berbagai medium dan membuka ruang bagi eksplorasi lebih lanjut,” tambah Asikin Hasan.

Ke-30 seniman yang ikut berpameran adalah Adi Sundoro, Fuad Pathil, Prihatmoko Moki, Agung, Garis Edelweiss, RW Mulyadi, Agung Kurniawan, Goenawan Mohamad, Satria Nugraha, Amnat Kongwaree, Gunawan Bonaventura, Septa Adi, Amorn Thongpayong. Haslin Ismail, Syahrizal Pahlevi, Arpatsarin Khunnarong, Henryette Louise, Syaiful Ardianto, Cecil Mariani, Krack Printmaking Collective, Theresia A. Sitompul, Devy Ferdianto, M. Muhlis Lugis, Tisna Sanjaya, Edi Sunaryo, Maharani Mancanagara, Ucup Baik, Firman , LieOng Hieng Fuong, dan Vimonmarn Khanthachavan

Agung Hujatnika menyatakan bahwa seniman grafis di Indonesia cukup banyak, dan tersebar dalam banyak komunitas. “Mereka bergabung dalam komunitas karena membutuhkan dukungan peralatan yang khusus yag dipakai secara kolektif walaupun berkarya secara pribadi. Seni grafis memang tidak dianggap eksklusif seperti seni lukis atau seni rupa lainnya karena karyanya bisa dicetak dan diperbanyak, sehingga dianggap tidak semahal karya seni lukis. Maka untuk itu perlu wadah kegiatan untuk mereka memamerkan karya, bahkan sebuah perlombaan,“ ujar Agung.

Pameran Marka/Matriks dibuka untuk umum mulai 19 April – 18 Mei 2025, setiap Selasa-Minggu pukul 11:00-19:00 WIB (kunjungan terakhir 18:30 WIB). Pengunjung dapat melakukan pembelian tiket di tiket.salihara.org dengan harga Rp50.000 (umum) & Rp25.000 (pelajar).

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.